Senin, 06 Mei 2013

Kritik Sastra





 NILAI EDUKATIF DAN KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA



PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah
Waluyo (2002:68) berpendapat bahwa karya sastra hadir sebagai wujud nyata imajinatif kreatif seorang sastrawan dengan proses yang berbeda antara pengarang yang satu dengan pengarang yang lain, terutama dalam penciptaan cerita fiksi. Proses tersebut bersifat individualis artinya cara yang digunakan oleh tiap-tiap pengarang dapat berbeda. Perbedaan itu meliputi beberapa hal diantaranya metode, munculnya proses kreatif dan cara mengekspresikan apa yang ada dalam diri pengarang hingga bahasa penyampaian yang digunakan.
Sastra sebagai hasil pekerjaan seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, kemudian dengan adanya imajinasi yang tinggi seorang pengarang tinggal menuangkan masalah-masalah yang ada disekitarnya menjadi sebuah karya sastra.
Fiksi pertama-tama menyaran pada prosa naratif, yang dalam halini adalah novel dan cerpen, bahkan kemudian fiksi sering dianggap bersinonim dengan novel (Abrams dalam Nugiyantoro, 2000:4). Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text) atau wacana naratif (narrative discource) (dalam pendekatan structural dan semiotic). Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal itu disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyarankan pada kebenaran sejarah (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2000:2).
Karya fiksi dengan demikian menyaran pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga ia tak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata sehingga kebenarannya pun dapat dibuktikan dengan data empiris. Ada tidaknya, atau dapat tidaknya sesuatu yang dikemukakan dalam suatu karya dibuktikan secara empiris inilah antara lain yang membedakan karya fiksi dengan karya nonfiksi. Tokoh, peristiwa dan tempat yang disebut-sebut dalam fiksi adalah tokoh, peristiwa, dan tempat yang bersifat imajinatif, sedang pada karya nonfiksi bersifat faktual (Nurgiyantoro, 2000:2)
Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan erbagai ermasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Oleh karena itu, fiksi menurut Altenbernd dan lewis (dalam Nurgiyantoro, 2000:2) dapat diartiakn sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antar manusia.
Ada berbagai bentuk karya sastra, salah satunya yaitu novel. Novel dapat dikaji dari beberapa aspek, missal penokohan, isi, cerita, setting, alur dan makna. Semua kajian itu dilakukan hanya untuk mengetahui sejauh mana karya sastra dinikmati oleh pembaca. Tanggapan pembaca terhadap satu novel yang sama tentu akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat pemahaman dan daya imajinasi mereka, missal pada novel karya Andrea Hirata yang berjudul Sang Pemimpi. Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata menggambarkan secara gambling warna-warni kehidupan remaja. Novel ini menarik untuk dianalisis karena didalam novel ini menceritakan realita kehidupan anak remaja di tanah Belitong yang memaknai kesengsaraan dalam meraih mimpi-mimpinya.
  1. Rumusan Masalah
  1. Bagaimanakah nilai-nilai edukatif yang ada pada novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata?
  2. Bagaimanakah deskriksi karakter 3 tokoh utama (Arai. Ikal dan Jimron) dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirarta?
  1. Tujuan Penelitian
  1. Mendiskripsikan nilai-nilai edukatif yang ada pada novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata.
  2. Mendeskripsikan karakater 3 tokoh utama yaitu Arai, Ikal dan Jimbron
  1. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para pembaca, baik bersifat teoritis maupun praktis.
  1. Manfaat Teoritis
  1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan perkembangan ilmu sastra.
  2. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya penggunaan teori-teori sastra secara teknik analisis terhadap karya sastra.
  1. Manfaat Praktis
  1. Bagi pengarang penelitian ini dapat memberikan masukan untuk dapat menciptakan karya sastra yang lebih baik.
  2. Bagi pembaca penelitian ini dapat menambah minat baca dalam mengapresiasikan karya sastra.
  3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memperkaya wawasan sastra dan menambah khasanah penelitian sastra Indonesia sehingga bermanfaat bagi perkembangan sastra Indonesia
LANDASAN TEORI
Pengertian
  1. Pengertian Novel
Nurgiyantoro (2000:18) mengungkapkan novel adalah suatu cerita fiksi yang tidak selesai dibaca sekali duduk dan terdiri dari tema, alur, plot, dan penokohan. Novel merupakan bagian dari karya sastra yang berbentuk fiksi atau cerita rekaan, namun ada pula yang merupakan kisah nyata. Pengertian novel dari berbagai tokoh.
1.      Novel adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat (Jakob Sumardjo Drs).
2.      Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya social, moral, dan pendidikan (Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd, Dra. Abdul Roni, M. Pd).
3.      Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu : undur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra (Drs. Rostamaji,M.Pd, Agus priantoro, S.Pd).
4.      Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsic (Paulus Tukam, S.Pd)
  1. Jenis Novel
Novel terdiri dari 2 jenis yaitu:
  1. Novel Populer
Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya khususnya pembaca dikalangan remaja. Ia menampilkan masalah-masalah yang actual dan selalu menzaman, namun hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel populer pada umumnya bersifat artificial, hanya sementara, cepat ketinggalan zaman dan tidak memaksa orang membacanya sekali lagi (Nurgiyantoro, 2000:18)
  1. Novel Serius
Novel serius adalah novel yang membutuhkan ketenangan dan konsentrasi tinggi dalam membacanya serta disertai kemauan untuk melakukannya. Novel serius disamping memberikan hiburan yang memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca, atau paling tidak mengajaknya untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan (Nurgiyantoro, 2000:18)
c. Unsur-Unsur Novel
Novel mempunyai unsur-unsur yang terkandung di dalam unsur-unsur tersebut adalah :
  1. Unsur Intrinsik
Unsur Intrinsik ini terdiri dari :
a. Tema
Tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari jalan cerita novel (Drs. Rustamaji, M.Pd, Agus priantoro, S.Pd)
b. Setting
Setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita, setting ini meliputi waktu, tempat, social budaya (Drs, Rustamaji, M.Pd, Agus Priantoro, S.Pd)

c. Sudut Pandang
Sudut pandang dijelaskan perry Lubback dalam bukunya The Craft Of Fiction (Lubbock, 1968).
Menurut Harry Show (1972 : 293) sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu :
1.      Pengarang menggunakan sudut pandang took dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri.
2.      Pengarang mengunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati dari luar daripada terlihat di dalam cerita pengarang biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga.
3.      Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.
d. Alur / Plot
Alur / plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu alur maju (progresif) yaitu apabila peristwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung (Paulus Tukan, S.Pd)
e. Penokohan
Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa diketahu karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal. (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus Priantoro, S.Pd)
f. Gaya Bahasa
Merupakan gaya yang dominant dalam sebuah novel (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus Priantoro, S.Pd)
  1. Unsur Ekstinsik
Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang, dan lain – lain, di luar unsur intrinsic. Unsur – unsur yang ada di luar tubuh karya sastra. Perhatian terhadap unsur – unsur ini akan membantu keakuratan penafsiran isi suatu karya sastra (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus Priantoro, S.Pd).
Pengertian Nilai Edukatif
Dalam KBBI (Suharso dan Ana, 2005:690) kata nilai mempunyai arti harga, banyak sedikitnya isi, kadar mutu, sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.
Sementara itu juga dalam KBBI (suharso dan ana, 2005:127) kata edukatif mempunyai arti bersifat mendidik atau berkenaan dengan pendidikan.
Menurut Waluyo (2002:27) makna nilai yang diacu dalam sastra adalah kebaikan yang ada dalam makna karya sastra bagi kehidupan seseorang. Hal ini berarti bahwa dengan adanya berbagai wawasan yang dikandung dalam karya sastra khususnya novel akan mengandung berbagai macam nilai kehidupan yang akan sangat bermanfaat bagi pembaca.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara yang teratur untuk mencapai tujuan. Metode yang ada harus mampu merumuskan ide dan pikiran yang didasarkan pada pendekatan ilmiah..
Dalam menganalisis analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode pembacaan heuristic merupakan cara kerja yang dilakukan oleh pembaca dengan menginterprestasikan teks sastra secara referensial lewat tanda-tanda linguistic. Pembacaan heuristic juga dapat dilakukan secara structural (Pradopo dalam sangidu, 2004:19). Kerja heuristic menghasilkan pemahaman makna secara harfiah, makna tersurat actual meaning (Nurgiyantoro, 2000:33)
Pengertian lain disampaikan olehj Riffaterre (dalam Sangidu, 2004:14) yang memaparkan bahwa pembacaa hermeneutic atau retroaktif merupakan kelanjutan dari pembacaan heuristic untuk mencari makna (meaning of meaning atau sigficance). Hubungan antara heuristic dengan hermeneutic dapat dipandang sebagai hubungan yang bersifat garadasi sebab kegiatan pembaca atau kerja hermeneutic haruslah didahului oleh pembacaan heuristic. Kerja hermeneutic yang oleh Riffatrre disebut juga seabgai pembaca retroaktif, memerlukan pembacaan berkali-kali dan kritis (Nurgiyantoro, 2000:33)
Tahap pertama analisis data dalam penelitian ini adalah pembacaan heuristic yaitu penulis menginterprestasiakn teks novel Sang Pemimpi. Caranya yaitu membaca dengan membaca cermat dan teliti tiap kata, kalimat, ataupun paragraf dalam novel guna karakter tokoh. Tahap kedua penulis melakukan pembacaan hermeneutic yakni denga menafsirkan makna peristiwa atau kejadian-kejadian yang terdapat dalam teks novel Sang Pemimpi hingga dapat menemukan nilai-nilai eduaktif dalam cerita tersebut.


PEMBAHASAN

A. Nilai Edukatif
Nilai dalam pendidikan sering dikaitkan dengan edukatif yaitu nilai positif dalam bidang keagamaan, sosial, etika, dan estetika. Kata edukatif berasal dari bahasa inggris educate, yang berarti mendidik. Menurut Suharso dan Ana (KBBI.2005 : 127) edukatif artinya bersifat mendidik yang berkenaan dengan pendidikan. Nilai edukatif adalah hal-hal yang dapat memberikan tuntunan kepada manusia dalam pertumbuhan dan perkembangannya hingga tercapai kedewasaan dalam arti jasmani dan rohani. Nilai edukatif juga dapat diartikan nilai positif terkait dengan proses pendidikan.
Peneliti menganalisis novel sang pemimpi karya andrea hirarta mengunakan teori Tillman tentang nilai edukatif. Menurut Tilllman (2004:xx) nilai edukatif ada 12 macam antara lain :
1. Kedamaian                          6. Kerendahan hati                  11. Kebebasan
2. Penghargaan                        7. Kerja sama                          12. Persatuan
3. Cinta                                   8. Kebahagiaan
4. Toleransi                              9. Tanggung jawab
5. Kejujuran                            10. Kesederhanaan

            Dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirarta yang dikaji oleh peneliti terhadap nilai edukatif di antaranya nilai cinta dan nilai tanggung jawab.

1. Nilai Cinta
Nilai Cinta dan kasih sayang adalah perilaku yang menerima adanya unsur memberi perhatian, perlindungan, penghormatan, tanggung jawab, dan pengorbanan terhadap orang yang dicintai dan dikasihinya.
Menurut Tillman (2004: 66) cinta adalah prinsip untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan yang dalam dan mulia. Dengan saling pemeliharaan, persahabatan, dan pengertian untuk melenyapkan kecemburuan serta menjaga tingkah laku.
a. Cinta Terhadap Tuhan
            Nilai kasih kepada Tuhan berhubungan dengan agama. Agama dalam kehidupan menusia merupakan syarat wajib bagi manusia sehingga diharapkan dapat terbentuk manusi relegius. Menurut Mangun Wijaya (dalam Nurgiantoro, 2000: 326) berpendapat bahwa kehadiran unsur relegius dan keagamaan dalam sastra adalah semua keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan sastra tumbuh oleh sesuatu yang bersifat relegius pada awalnya segala sastra dan relegius.
            Novel Sang Pemimpi kerya Andrea Hirarta merupakan novel yang juga mempunyai nila keagamaan. Tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron dalam novel Sang Pemimpi digambarkan sebagai anal-anak yang kuat pada agama da rajin beribedah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:

Setiap habis mangrib. Arai melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran di bawah temaran lampu minyak. Seisi rumah kami terdiam. Suaranya sekering ranggas yang menusuk-nusuk malam. Setiap kerinduan tajwid yang dilantunkan hati muda itu adalah jerit kerinduan yang tak tertanggungkan kepada ayah-ibunya (sp. 2009: 27)

            Kutipan di atas menggambarkan nila edukatif cinta terhadap Tuhan. Rasa cinta itu ditujukan Arai dengan selalu mengaji setiap habis mangib, merupakan tanggung jawab seorang muslimin untuk selalu beribadah kepada Tuhan.
            Rasa cinta Terhadap tuhan juga ditujukan oleh Arai, Ikal, Jimbron dan orang tua mereka. Dari SD mereka sudah harus belajar mengaji dan khatam Al-Quran, orang tua mereka juga harus menyunati anak laki-laki. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut.
Setelah pulang sekolah, jangan harap kami bisa berkeliaran. Mengaji dan mengaji Al-Quran sampai khatam berkali-kali. Kalau tamat SD belum hafal Juz’ Amma, siap-siap saja dimasukkan ke dalam beduk dan beduknya dipukul keras-keras sehingga kita keluar berjalan zig-zag seperti ayam mabuk. Ketiga pertinggi masjid itu lebih keras daripada orang tua kami sebab merekalah yang mengajari orangtua kami mengaji sekligus menyunati mereka. Dalam budaya orang Melayu pedalaman, siapa yang mengajari mengaji dan menyunati perkakasmu, maka dialah pemilik kebijakan hidupmu (SP. 2009:47)
            Nilai edukatif yang terkandung dalam kutipan di atas menggambarkan nilai edukatif cinta terhadap Tuhan dengn ditujukan dengan selalu taat beribadah dan selalu mentaati semua perintah Tuhan untuk orangtua yang memiliki anak laki-laki wajib menyunatkan anaknya.
            Berdasarkan uraian di atas dpat disimpulkan bahwa tokoh Arai, Ikal, Jimbron da masyarkat Melayu pedalamn memiliki rasa cinta dan kasih terhadap Tuhan. Hal ini dapat ditujukan ketaatan mereka dalam beribadah dan mengikuti perintah Tuhan.

b. Kasih Sayang Terhadap Sesama
Berbuat baik terhadap sesama merupakan salah satu bentuk cinta dan kasih sayang. Saling mengasihi sesama makhluk Tuhan merupakan perilaku yang baik. Dengan saling mengasihi setiap individu dapat mengerti dan membantu kesulitan yang dihadapi orang lain selain itu, dengan saling mengasihi juga dapat menunjukan rasa sayang di antara sesama.
Sikap Arai merukapan bentuk aksih sayang terhadap sesama. Sikap Arai selalu melindungi Ikal dari hal-hal paling kecil. Arai merupakan saudara sekaligus sahabat yang terbaik buat Ikal. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Aku dan Arai ditakdirkan seperti sebatang jarum di atas meja dan mangnet dibawanya. Sejak kecil kami melekat kesana kemari. Aku makin dekat dengannya karena jaraj antara aku dan abang pangkuanku--- abangku langsung---- sangat jauh. Arai adalah saudara sekaligus sahabat terbaik buatku. Meskipun kami seusia, dia lebih abang daripada abang manapun. Dia selalu melindungiku. Sika itu tercermin dari hal-hal paling kecil. Sering ketika bangun tidur, aku menemukan kuaci, permen gua merah, dan mainan kecil dari tanah liat sudah dua kali di saku bajuku. Arai diam-diam membuatnya untukku (SP.2009: 25-26)
Dari kutipan diatas dapat diambil edukatif dari sikap Arai untuk melindungi yang dia sayangi karena Arai tidak tega melihat saudaranya kekurangan apa pun. Rasa cinta dan kasih sayang itu ditujukan Arai dengan sikap selalu melindungi Ikal dan selalu memberi makanan dan mainan yang Arai taruh di dalam saku baju Ikal setiap hari.

2. Nilai Tanggung Jwab
            Tanggung jawab individu pada lingkungannya berhubungan dengan moral. Pada umumnya, orang yang tidak memiliki moral akan dikucilkan dari pergaulan di lingkungannya. Tanggung jawab berhubungan dengan moral manusia dalam memiliki itikad baik terhadap oarang lain. Individu mempunyai rasa tanggung jawab terhadap apa yang telah dikerjakan dapat berdiri sendiri, tidak mudah frustasi dan akan menghadapi masalah dengan pertimbangan.
            Dalam novel Sang Pemimpi karya Andra Hirarta terapat beberapa nilai tanggung jawab dalam bekerja juga tanggung jawab dalam pendidikan. Dalam novel Sang Pemimpi nilai tanggung jawab dapat dilihat dalam kutipan berikut.
“Aku dan Arai sering dihukum Taikong Hamin. Karena napasku tak panjang kalau mengaji, kalau mengaji, pada suatu subuh yang dingin, aku disuruh menimba air dan mengisi tong sampai penuh (SP. 2009: 47)
            Kutiban diatas mengambarkan rasa tanggung jawab Ikal dan Arai waktu menerima hukuman dari Taikong Hamin. Ikal melakukan kesalahan waktu mengaji dan dai wajib menerima hukuman walaupun hukuman itu berat bagi Ikal karena harus dilaksanakan di pagi-pagi hari dengan cuaca yang dingin tetapi Ikal menerima hukuman itu dengan rasa tanggung jawab.
            Rasa tanggung jawab juga dimiliki para orang  tua terhadap anak-anaknya. Demi mengambil rapor Ikal dan Arai, ayah Ikal pasti mengambil cuti bekerja selama 2 hari untuk mempersiapkan perjalanan jauh menuju SMA Negeri di Magai yang berjarak 30 kilometer. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut.
“Buktinya, jika tiba pembagian rapor, Ayah mengambil cuti dari menyekop xenotim di isntalasi pencucuian timah: wasrai. Hari pembagian raporku, dan rapor Arai, adalah hari besar bagi Ayah layaknya hari Maulid Nabi peringatan lahirnya Nabi Muhammad bagi umat Isalam (SP. 2009: 76)”

“Ayah pasti menuntun sepedanya waktu mendekati Bukit Selumar, dan tetap menutunnya ketika menuruni bukit itu sebab teralu curam. Dia akan melakukan hal yang sama saat mendaki dan menuruni Bukit Selinsing. Lelaki tua itu harus menaklukan dua bukit demi mengambil raporku dan Arai (SP. 2009: 80)
            Nilai edukatif pada kutipan diatas menggambarkan rasa tangung jawab seorang Ayah untuk anak-anaknya. Tanggung jawab sebagai Ayah untuk mengambil rapor anak-anaknya di SMA yang jaraknya begitu jauh dari rumahnya, demi anak-anaknya juga ayah mengambil cuti 2 hari dari pekerjaannya.
  


B. Karekter Tokoh
Pengertian Tokoh
Menurut Aminudin (2002: 79) tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Istilah tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiyantoro, 1995: 165). Tokoh adalah salah satu unsur yang penting dalam suatu novel atau cerita rekaan. Menurut Sudjiman (1988: 16) tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan.
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 1995:165) tokoh cerita merupakan orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama oleh pembaca kualitas moral dan kecenderungan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa tokoh cerita adalah individu rekaan yang mempunyai watak dan perilaku tertentu sebagai pelaku yang mengalami peristiwa dalam cerita.

Tokoh Utama
Menurut Sudjiman (1988:17-18) berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita dapat dibedakan tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh yang memegang peran pemimpin disebut tokoh utama atau protagonis. Protagonis selalu menjadi tokoh yang sentral dalam cerita, ia bahkan menjadi pusat sorotan dalam kisahan.
Pembaca dapat menentukan tokoh utama dengan jalan melihat keseringan pemunculannya dalam suatu cerita. Selain lewat memahami peranan dan keseringan pemunculannya, dalam menentukan tokoh utama dapat juga melalui petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya. Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya. Selain itu lewat judul cerita juga dapat diketahui tokoh utamanya (Aminudin, 2002:80).

Penokohan dan Perwatakan
Penokohan dan perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah, pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya. Menurut Jones dalam Nurgiyantoro (1995:165) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Sudjiman (1988:22) watak adalah kualitas nalar dan jiwa tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain. Penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh ini yang disebut penokohan.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa penokohan adalah penggambaran atau pelukisan mengenai tokoh cerita baik lahirnya maupun batinnya oleh seorang pengarang. Menurut Nurgiyantoro (1995:194-210) ada dua penggambaran perwatakan dalam prosa fiksi yaitu sebagai berikut:

1. Secara eksplositori
Teknik eksplositori sering juga disebut sebagai teknik analitis, yaitu pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan diskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca secara tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kediriannya yang mungkin berupa sikap, sifat watak, tingkah laku atau bahkan ciri fisiknya.

2. Secara dramatik
Penampilan tokoh cerita dalan teknik dramatik dilakukan secara tidak langsung. Artinya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku dan juga melalui peristiwa yang terjadi. Wujud penggambaran teknik dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah teknik, di antaranya adalah:
a. Teknik cakapan
Percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita biasanya juga dimaksudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan.
b. Teknik tingkah laku
Teknik tingkah laku menyaran pada tindakan yang bersifat nonverbal, fisik. Apa yang dilakukan orang dalam wujud tindakan dan tingkah laku dapat dipandang sebagai menunjukkan reaksi tanggapan, sifat, dan sikap yang mencerminkan sifat-sifat kediriannya.
c. Teknik pikiran dan perasaan
Pikiran dan perasaan, serta apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh tokoh dalam banyak hal akan mencerminkan sifat-sifat kediriannya juga. Bahkan pada hakikatnya, pikiran dan perasaannyalah yang kemudian diejawantahkan menjadi tingkah laku verbal dan nonverbal.
d. Teknik arus kesadaran
Arus kesadaran merupakan sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh, dimana tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketidaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak (Abrams dalam Nurgiyantoro 1995:206).
e. Teknik reaksi tokoh lain
Teknik reaksi tokoh dimaksudkan sebagai reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata, dan sikap tingkah laku orang lain, dan sebagainya yang berupa rangsangan dari luar diri tokoh yang bersangkutan.
f. Teknik pelukisan latar
Suasana latar sekitar tokoh juga sering dipakai untuk melukiskan kediriannya. Pelukisan suasana latar dapat lebih mengintensifkan sifat kedirian tokoh.
g. Teknik pelukisan fisik
Keadaan fisik seseorang sering berkaitan dengan keadaan kejiwaannya, atau paling tidak pengarang sengaja mencari dan memperhubungkan adanya keterkaitan itu. Misalnya, bibir tipis menyaran pada sifat ceriwis dan bawel

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa penokohan dapat diwujudkan dengan cara langsung dan cara tidak langsung. Secara langsung berarti pengarang secara langsung mengungkap watak tokoh dalam ceritanya. Sedangkan secara tidak langsung, pengarang hanya menampilkan pikiran-pikiran, ide-ide, pandangan hidup, perbuatan, keadaan fisik, dan ucapan-ucapannya dalam sebuah cerita. Dengan demikian penggambaran watak secara tidak langsung pembacalah yang menyimpulkan watak tokoh dalam cerita yang dibacanya.

Karakter Tokoh Novel Sang Pemimpi
Tokoh dalam novel sang Pemimpi ini menempatkan posisi sebagai pembawa dan penyampaian pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Pada bagian ini, penulis menganalisis perwatakan tokoh utama dalam novel sang pemimpi. Tokoh uatanya yaitu Ikal, Arai, dan Jimbron.
A.    Ikal
Tokoh Ikal merupakan tokoh utama dalam novel sang pemimpi. Tokoh Ikal dalam novel ini merupakan kedudukan yang tidak bisa terlepas dari tokoh Arai dan jimbron. Ketergantungan tokoh Ikal pada Arai terlihat begitu kentara dalam cerita ini. Dirinya seakan tidak berdaya dan selalu mengikuti tindakan Arai. Hal ini sudah terlihat saat Ikal masih kecil. Ketergantungan Ikal terhadap Arai tergambar pada beberapa kutipan di bawah ini.
“Aku tak tahu apa yang telah merasukiku, aku juga tak tahu apa rencana Arai. Yang ku tahu adalah allah yang telah menghadiahkan karisma yang begitu kuat kepada sang simpai keramat itu, mungkin sebagai kompensasi kepedihan masa kecilnya. Hanya dengan menatap, dia mampu mengiasaiku. Atau mungkin dia juga bertindak tolol karena persengkongkolan kamisudah mendarah daging. (Hirata: 34)”
“arai jelas menuju pasar. Tak yahu apa maksudnya. Begitulah arai, isi kepalanya tak kan pernah sapat ditebak.
Di depan toko A Shiong, arai berhenti. Dia mengambil  karung uang yang sedang ku sandang. Sambil mengunbar senyum tengiknya. Dia mengedipka sebelah mata sembari mengeluarkan suara khehk! Persis burung terkukur terlindas truk. Langkahnya pasti menuju toko A Shiong. Aku was-was mengantisipasi tindakannya. Aku tak rela uang hasil jerih payah kami itu dihamburkannya untuk hak yang konyol. Perlu diketahui. Uang itu menebas purun harus berendam dalan rawa setinggi dada dengan resiko ditelan buaya mentah-mentah. Tapi seperti biasa. Arai selalu meyakinkan. Lihatlah ekspresi dan gaya berjalan. Aku terhipnotis olek kekuatan kepercayaan dirinya. Aku seperti kerbau dicocok hidung. Bahkan untuk bertanya pun mukutku terlanjur kelu. (Hirata: 35-36)”
            Seiring dengan perjalana waktu. Ikal swmakin bertambah dewasa. Kedewasaan Ikal dam berpikir tercermin saat dia menyadari bahwa tindakan atau rencana yang dilakukan oleh arai tidak bisa diterima begitu saja. Dirinya sadar bahwa dia harus lebih bijak dalam menghadapi permasalahan yang terjadi. Dalam kondisi tertentu, terkadang Ikal tdak dapat mengendalikan emosinya yang tiba-tiba meledak. Tetapi lewat kearifan dalam berpikir, hal ini bisa diatasi. Peristiwa yang mencerminkan hal tersebut adalah pada saan Ikal merasa kesal pada tingkah laku Jimbron yang selalu menbicarakan tentang kuda. Ikal pun marah namun langsung mengendalikan situasi dengan menashati Jimbron agar tidak selalu membicarakan kuda.
“Aku sudah muak, Bron!muak!muak! muaaak dengan cerita kudamu itu! Apa sudah tak ada hal lain?! Tak taukah kau Bron? Jiwamu telah dirasuki setan kuda!”
“Jimbron berdiri mematung, dia sekakan tak percaya kata-kata kasar itu terhambur dari mulutku dan ditumhkan untuknya. Bibirnya bergetar, wajahnya pucat dan sembap. Air mata menepi di pelupuknya. Napasnya cepat. Dia sangat terkejut. Dia sangat tersinggung. Dia tahu kalau aku tak pernah marah dan lebih dari itu. Aku tahu persis bahwa Jimbron yang besar seperti pimtu, yang gempal dan polos adalah laki-laki lemah lembut yang tak pernah dikasari oleh siapapun. Pendeta Geovanny telah membesarkan dengan kehalusan tutur kata. (Hirata: 123)”
“aku menghampiri Jimbron. Kulepaskan slang yang mekkingkari lehernya dan kubimbing dia keluar dari toilet. Tubuhnya massih bergetar. Kuelus-elus punggungnya. Kugandeng tangannya sambil berjalan menuju kantin sekolah yang telah sepi. Jimbron tersendu seda tampa air mata. Dadaku sesak dibuatnya. Kupesankan teh manis kesukaannya dengan cangkir terbesar yang ada. Jimbron masih shok. Dia benar-benar terpukul.(Hirata: 124)”
“kisah kuda ini sudah keterlaluan, kawan. Tidakkah kau ingat dulu daat kita di sekolah dasar diajari mengaji oleh Taikong Hamid, sejak itu tak ada hal lain yang kupedulikan selain kuda? Seekarang kita sudah tidak sekolah dasar lagi, Bron. Sebentar lagi kita dewasa. Kau tahu kan arti dewasa, Bron? Akil balik menurut ketentuan agama. (Hirata:125)”
Berbagai masalah yang dialami oleh Ikal ternyata sempat membuat dirinya menjadi pribadi yang pesimistis. Dia merasa pa yang dilakukannya delama ini tidak akan mewujudkan impiannya menjadi orang sukses.
Keinginan untuk berubah dan dan bangkit dari permasalahan yang dihadapi membuat Ikal menyadari semua kesalahannya. Dia merasa berdosa terhadap orangtua yang selama ini telah berkorban demi kesuksesannya. Akhirnya, harapak Ikal untuk memperbaiki semua kesalahannya muncul setelah meresapi nasihat dari P. Mustar. Pada akhirnya, Ikal pu meminta maaf kepada Ayah karena telah mengecewakannya.
Sifat Ikal yang baik tercermin saat dia berkiinginan untuk membalas semua perbuatan Arai yang telah berjasa untuknya. Dia ingin agar Arai bahagia. Cara yang dia gunakan adalah membantu Arai untuk mendapatkan hati seorang wanita yang bernama Zkiah Nurmala.
“Aku ingin membuat Arai gembira. Aku ingin berbuat sesuatu seperti yang dia selalu lakukan kepadaku dan Jimbron......(Hirata:160)”
            tokoh Ikal adalah orang yang bertekad kuat atas kemauannya, dia ingin mengubah sifat buruknya dan ingin membahagiakan orang tuanya. Dia bekerja keras untuk mengubah sikapnya dan berjanji untuk mempernaiki nilai dan prestasi yang menurun di sokilahnya. Jamji Ikal, bahwa dia ingin lulus dari SMA dengan nilai yang memuaskan sehingga dapat membayar pengorbanan ayahnya pada Ikal.
            Ikal juga mempunyai sifat ‘polos’ yang tergambar pada sat dia dan Arai terpana melihat kapal-kapal yang berukuran besar di Tanjung Priok.
            Ikatan batin yang kuat antar tokoh Ikal dan Arai serta rasa optimisme yang tinggi tergambar dari keyakikan Ikal bahwa sahabatnya Arai yang telah lama menghilang masih hidup. berikut kutipannya.
“mengingat unuk dan eksentriknya Arai, semua kemungkinan itu bisa terjadi. Arai adalah orang yang selalu ingin tahu, ingin mencoba hal-hal baru, dia pembosan dan anti kemapanan. Meskpun amat rindu, aku tetap tenang. Secara naluriah, aku tahu bahwa bagaimanapun keadaanya, Arai masih hidup. dia tidak mati, dan suatu hari nanti seperti dia selalu lakukan sejak kami kecil dulu, dia akan datang kepadaku membawa kejutan aneh yang sama sekali taj bisa kubayangkan. Seperti dia duku mengejutkan Jimbron dengan membawa pulang kuda putih Pangeran Mustika Raja Brana. Itulah Arai, dan itulah yang aku rindukan darinya. (hirata: 232)”
            Ikal memiki kesungguhan dan kesabaran dalam menjalani hidup dan menggapai cita-citanya.

B.     Arai
Seperti halnya Ikal, tokoh Arai memiliki kedudukan yang sangat penting dalam novel. Tokoh Arai memiliki sifat unik. Dia bisa membuat orang kesal atau marah namun juga menjadi sumber inspirsi bagi tokoh-tokoh lainnya. Penuh dengan kejutan dan sulit ditebak adalah ciri khasnya.
Pada awal cerita kita bisa mengetahui betapa bandel dan usilnya tokoh Arai saat dia dengan terang-terangan menjadi dalang dalam kerusuhan upacara di sekolan. Hal ini membuat P. Mustar menjadi berang sehingga memerintahkan dua penjaga sekolah untuk mengejarnya. Dalam pengejaran, muncullah ide gilanya. Dia mengajak ikal dan Jimbron untuk masuk ke dalam peti es yang berisi ikan agar mereka bisa melepaskan diri dari P. Mustar. Usaha itu rupanya cukup berhasil.
Selain itu kejahilan Arai muncul saat dia mencoba membalas perlakuan Taikong Hamim yang menghukum Jimbron yang bujunya dipenuhi dengan gambar kuda. Jimbron dihukum meringkik seperti kuda di depan santri-santri lainnya. Untuk membalasnya, Arai melafalkan kata Amin yang sangat panjang setiap taikong hamim membaca Al Ftihah pada saat mereka melaksanakan salat berjamaah.
Arai adalah orang yang tabah dalam menjalani hidup., dan itu membuat Ikal seakan-akan tidak percaya, meskipun kehilangan semua anggota keluarganya, Arai seolah-olah tidak larut dalam kesedihan yang menimpanya. Disaat orang lain bersedih untuknya, Arai justru memperlihatkan sikap yang sebaluknya. Hal inilah yang membuat Ikal merasa nyaman dan menganggap Arai saudara dan sahabat terbaiknya.
”..... aku tergeletak. Mata Arai bersinar-sinar. Aku tersenyum, tapi tangisku tak reda karena seperti mekanik gerak balik helikopter aneh itu, Arai telah memutarbalikkan logoka sentimental itu. Dia justru menghiburku pada saat aku harus menghiburnya.(Hirata: 21-22)”
Potret anak yang mandiri dan serba bisa Arai tunjukkan saat dia mengajarkan Ikal mencari akar banar dan akar purun yang akan mereka jual kepada pedagang kelontang. Selain itu, Arai merupakan pribadi yang saleh. Setiap selesai magrib dia menyempatkan diri untuk melanturkan ayat suci Al Quran untuk dipersembahkan kepada kedua orangtuanya dengan suara yang indah dan tajwid yang benar.
Pesoha dari tokoh Arai seakan menyihir Ikal untuk melakukan hal-hal yang diinginkannya. Walaupin Ikal kurang berkenan, namun dia selalu terhasut untuk melakukan segala perintah dari Arai. Berikut kutipan;
“begitu Arai menghasutku sambil memperlihatkan gambar sebuah grup orkes Melayu pada sebuah sampul nuku. Dia telah menerapkan sisir belah tengah seminggu sebelumnya dan tak sedikitpun kulihat nialai tambah  pada wajahnya. Karena Arai memang diberkahi dengan bakat menghasutm aku termakan juga.(hirata: 28)”
Arai juga mempunyai sifat yang gigih dan peduli dalam menjalani hidup, itu tergambar saat dia memotivasi Ikal agar bangkit dari keterpurukan. Keyakinan dan semangatnya untuk meraih mimpi menjadikan Arai pribadi yang tidak pernah menyerah. Hal ini yang ia tularkan kepada sahabatnya Ikal. Sifat lain dati tokoh Arai adalah tidak pernak putus asa. Baginya, hidup adalah berusaha sebaik mungkin walaupun hasilnya tidak sesuai harapan. Tidak berkecil hati saat Nurmala tida kunjung membuka hati untuk Arai.
Arai juga memiliki sifat yang suci yaitu rela berkorban untuk orang yang dicintainya. Kecintaan kepada Jimbron itu dia perlihatkan di saat dirinya secara diam-diam bekerja sampai larut malam di Capo. Arai rela bekerja di di peternakan kuda milik Capo agar dia bisa membawakan kuda dan memberikan kesempatan kepada Jimbron untuk menungganginya. Keiklhasan Arai melakukan semua ini tergambar dari bagaimana ia merahasiakan semuanya bahkan harus berbohong kepada Ikal. Baginya kebahagiaan Jimbron lebih penting dibandingkan kebahagiaan dirinya.
Sungguh hal yang manusiawi disaat manusia merasakan kesediahan dalam berjuang menghadapi hidup, Arai yang terkenal tangguh, tidak pernah putus asa, pekerja kerasm rela berkorban untuk sesama, selalu optimis dalam menjalani hidup dan sang motivator ulung yang harus takluk disaat dia merindukan kedua orangtuanya yang sudah tiada orangtuanya. Arai pun menangis karena tidak bisa berbagi kebahagiaan dengan orangtuanya ketika dia dinyatakan lulus mendapat beasiswa untuk melanjutkan sekolah ke eropa. Kerinduan kepada orangtuanya jelas pada kutipan dibawah ini.
“kami bangkit nenuju suara itu. Dari ambang puntu kami melihat wajah Arai aembap berurai air mata. Ia membekap erat foto ayah-ibunya serta surat keputusan beasiswa itu. Dia menatap kami dengan pandangan penuh kerinduan. Kerinduan pada ayah-ibunya. Seumur hidupku aku tak pernah melihat Arai menangis, tah pernah melihat begitu sedih. Air mata berjaTuhan membasahi bingkau plastik foto itu. Membasahi kertas tebak mengilat yang dipegangnya bergetar-getar. Kami masih berdiri mematung diambang pintu ketika dia mengatakan dengan lirih sambil tersedu sedan, “... aku Lulus...”(hirata: 246)”

C.    Jimbron
Pada awal kemunculannya dalam cerita, Jimbron dideskripsikan sebagai pribadi yang berperawakan subur dengan kelakuan dan wajah seperti anak-anak. Trauma masa kecil menjadikan dia gagap dalam situasi panik atau terlalu bersemangat. Hal ini dipicu oleh kejadian yang memilukan disaat dia gagal menyelamatkan nyawa ayahnya yang terkena serangan jantung.
Dalam novel, tokoh Jimbron digambarkan memiliki kekurangan dari segi fisik yaitu kakinya panjang sebelah.
“Jimbron yang tambun dan invalid-kakinya panjang sebelah terengah-engah dibelakangku. Wajahnya pias. Dahinya yang kukuh bersimbah keringat....(Hirata: 2)”
Hal yang paling unik dalam tokoh Jimbron, adalah dia sangat tergila-gila pada kuda. Kegilaanya terhadap kuda itu terjadi saat dirinya menonton koboi di balai desa, seminggu sebelun ayahnya meninggal. Dia menganggap kuda sebagai binatang yang gagah dan mampu menyelamatkan orang sakit karena larinya yang cepat. Baginya, tiada hari tanpa kuda. Karena ulahnya menggambar kuda di buku agama, Jimbron dihukum Taikong Hamim untuk memeragakan kuda yang saat menringkik. Tentu saja hal ini dilakukan ddengan senag hati. Baginya, tiada topik yang menarik untuk dibicarakan selain kuda.
Jimbron juga memiliki sifat rela berkorban untuk pujaan hatinya. Dia dengan rela selalu datang setiap minggi pagi untuk membantu Laksmi mencuci wadah cincau yang telah kosong.
“setiap minggu pagi, Jimbron menghambur ke pabrik cincau. Dengan senang hati, dia menjadi relawan untuk membantu Laksmi. Tanpa diminta, dia mencuci kalengkaleng mentega Palmboom, wadah cincau jika isinya telah kosong. Dia ikut pula menjemur daun-daun cincau.(Hirata:69)”
Selalu bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu walaupun hal tersebut merugikan dirinya merupakan watak Jimbron yang tidak dipahami oleh Ikal. Jimbron kurang atau tidak menyadari bahwa dirinya merupakan objek penderita karena kepekaan lingkunyan sekitar sangat kurang.
Kecintaak terhadap kuda membuat Jimbron smakin trsiksa. Sifatnya berubah menjadi lebih pendiam saat mendengar kabar bahwa Capo akan memelihara kuda. Hal ini tidak bisa dipercaya oleh Jimbron. Dia menjadi cemas dan takut jika kabar itu hanya kabar burung. Setelah mengetahui kabar itu benar, kegilaanya terhadap kuda semakin menjadi-jadi. Tidak ada pekerjan lain selain memikirka kuda.
Jimbron memiliki sifat tegar dan pantang menyerah walaupun lujaan hatinya tidak mampu dia raih. Jimbron rela duduk ber jam-jam di depan pabrik cincau meski sekadar untuk melihat pujaan hatunya. Kenyataan yang ia hadapi merupakan hal positif dari tokoh Jimbron. Berikut kutipahnya.
“Jimbron duduk melamun berjam-jam di depan pabrik cicncau, berjam-jam memandangi Laksmi dari jauh. Laksmi dan kuda adalah dua kecintaan besar dalam hidupnya, dan keduanya tak bisa dia jangkau. Dia sungguh patah hati. Jimbron, Laksmi, dan pabrik cincau itu memendam kesedihannya masing-masing.(Hirata: 168)”
            Walaupun tokoh Jimbron dianggap memiliki keternatasan dalam hal berpikir, namun Jimbron memiliki kepekaan dan rasa sayang yang besar terhadap dua sahabatnya yaitu
Ikal dan Arai. Tanpa sepengetahuan dua sahabatnya itu, diam-diam dia menabung dan memberikan tabungannya kepada Ikal dan Arai sebagai bekal mereka berdua merantau ke Jakata. Sontak saja hal ini membuat Ikal dan Arai terkejut. Jimbron merasa terharu karena bisa membantu kedua sahabatnya. Berikut kutipannya.
Kami kembali ke kamar kontrakan di pasar Magai. Ketika berkemas-kemas untuk berangkat, Jimbron mengahmpiriku dan Arai.
“Kud......kuda Sumbawa ini untukmu Ikal.”
Aku terkejut, jimbron menyerahkan tabungan kuda Sumbawanya untukku.
“Kuda sandel untukmu, Rai.”
Kami terpana dan tak sanggup menerimanya.
“Dari dulu, tabungan itu memang aku siapkan untuk kalian.”
Air muka Jimbron yang polos menjadi sembap. Dia terharu karena dapat berbuat sesuatu untuk membantu sahabatnya.(hirata:204)

KESIMPULAN

Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya.
Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk  mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut.
Nilai edukatif adalah hal-hal yang dapat memberikan tuntunan kepada manusia dalam pertumbuhan dan perkembangannya hingga tercapai kedewasaan dalam arti jasmani dan rohani. Nilai edukatif juga dapat diartikan nilai positif terkait dengan proses pendidikan. Dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirarta ini memiliki nilai edukatif yang bisa dijadikan pembelajaran bagi kita semua dimana peneliti mengambil nilai edukatif cinta dan tanggung jawab.
Tokoh dalam novel sang Pemimpi ini menempatkan posisi sebagai pembawa dan penyampaian pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Karakter tokoh utama dalam novel ini juga mengambarkan tentang anak-anak yang hebat yang tak pernah berhenti untuk bermimpi dan juga tentang makna dari kebersamaan.



DAFTAR PUSTAKA
Hirata, Andrea .2008. Sang Pemimpi. Yogyakarta. PT. Bentang Pustaka.
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian fiksi. Yogyakarta:Gajah Mada Press.

Tes Formatif Bahasa Indonesia Kelas VIII

Soal teks LHO kelas VIII Klik link bawah ini untuk mengerjakan soal. https://forms.gle/8ZCj6n3udrjJqv8A8