NILAI EDUKATIF DAN KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA
HIRATA
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Waluyo (2002:68) berpendapat bahwa karya sastra hadir
sebagai wujud nyata imajinatif kreatif seorang sastrawan dengan proses yang
berbeda antara pengarang yang satu dengan pengarang yang lain, terutama dalam
penciptaan cerita fiksi. Proses tersebut bersifat individualis artinya cara
yang digunakan oleh tiap-tiap pengarang dapat berbeda. Perbedaan itu meliputi
beberapa hal diantaranya metode, munculnya proses kreatif dan cara
mengekspresikan apa yang ada dalam diri pengarang hingga bahasa penyampaian yang
digunakan.
Sastra sebagai hasil pekerjaan seni kreasi manusia tidak
akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra.
Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering
bermula dari persoalan dan permasalahan yang ada pada manusia dan
lingkungannya, kemudian dengan adanya imajinasi yang tinggi seorang pengarang
tinggal menuangkan masalah-masalah yang ada disekitarnya menjadi sebuah karya
sastra.
Fiksi pertama-tama menyaran pada prosa naratif, yang dalam
halini adalah novel dan cerpen, bahkan kemudian fiksi sering dianggap
bersinonim dengan novel (Abrams dalam Nugiyantoro, 2000:4). Prosa dalam pengertian kesastraan
juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text) atau wacana naratif
(narrative discource) (dalam pendekatan structural dan semiotic). Istilah fiksi
dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal itu
disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyarankan pada
kebenaran sejarah (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2000:2).
Karya fiksi dengan demikian menyaran pada suatu karya yang
menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan
terjadi sungguh-sungguh sehingga ia tak perlu dicari kebenarannya pada dunia
nyata sehingga kebenarannya pun dapat dibuktikan dengan data empiris. Ada
tidaknya, atau dapat tidaknya sesuatu yang dikemukakan dalam suatu karya
dibuktikan secara empiris inilah antara lain yang membedakan karya fiksi dengan
karya nonfiksi. Tokoh, peristiwa dan tempat yang disebut-sebut dalam fiksi
adalah tokoh, peristiwa, dan tempat yang bersifat imajinatif, sedang pada karya
nonfiksi bersifat faktual (Nurgiyantoro, 2000:2)
Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan erbagai
ermasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati
berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian
diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Oleh
karena itu, fiksi menurut Altenbernd dan lewis (dalam Nurgiyantoro, 2000:2)
dapat diartiakn sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya
masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan
antar manusia.
Ada berbagai bentuk karya sastra, salah satunya yaitu novel.
Novel dapat dikaji dari beberapa aspek, missal penokohan, isi, cerita, setting,
alur dan makna. Semua kajian itu dilakukan hanya untuk mengetahui sejauh mana
karya sastra dinikmati oleh pembaca. Tanggapan pembaca terhadap satu novel yang
sama tentu akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat pemahaman dan daya imajinasi
mereka, missal pada novel karya Andrea Hirata yang berjudul Sang Pemimpi. Novel
Sang Pemimpi karya Andrea Hirata menggambarkan secara gambling warna-warni
kehidupan remaja. Novel ini menarik untuk dianalisis karena didalam novel ini
menceritakan realita kehidupan anak remaja di tanah Belitong yang memaknai
kesengsaraan dalam meraih mimpi-mimpinya.
- Rumusan Masalah
- Bagaimanakah nilai-nilai edukatif yang ada pada novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata?
- Bagaimanakah deskriksi karakter 3 tokoh utama (Arai. Ikal dan Jimron) dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirarta?
- Tujuan Penelitian
- Mendiskripsikan nilai-nilai edukatif yang ada pada novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata.
- Mendeskripsikan karakater 3 tokoh utama yaitu Arai, Ikal dan Jimbron
- Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para
pembaca, baik bersifat teoritis maupun praktis.
- Manfaat Teoritis
- Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan perkembangan ilmu sastra.
- Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya penggunaan teori-teori sastra secara teknik analisis terhadap karya sastra.
- Manfaat Praktis
- Bagi pengarang penelitian ini dapat memberikan masukan untuk dapat menciptakan karya sastra yang lebih baik.
- Bagi pembaca penelitian ini dapat menambah minat baca dalam mengapresiasikan karya sastra.
- Bagi peneliti, penelitian ini dapat memperkaya wawasan sastra dan menambah khasanah penelitian sastra Indonesia sehingga bermanfaat bagi perkembangan sastra Indonesia
LANDASAN
TEORI
Pengertian
- Pengertian Novel
Nurgiyantoro (2000:18) mengungkapkan novel adalah suatu
cerita fiksi yang tidak selesai dibaca sekali duduk dan terdiri dari tema,
alur, plot, dan penokohan. Novel merupakan bagian dari karya sastra yang
berbentuk fiksi atau cerita rekaan, namun ada pula yang merupakan kisah nyata.
Pengertian novel dari berbagai tokoh.
1.
Novel adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk
sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya
komunitasnya yang luas pada masyarakat (Jakob Sumardjo Drs).
2.
Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat
nilai-nilai budaya social, moral, dan pendidikan (Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra.
Yuni Pratiwi, M.Pd, Dra. Abdul Roni, M. Pd).
3.
Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu :
undur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena
sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra (Drs. Rostamaji,M.Pd,
Agus priantoro, S.Pd).
4.
Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai
unsur-unsur intrinsic (Paulus Tukam, S.Pd)
- Jenis Novel
Novel
terdiri dari 2 jenis yaitu:
- Novel Populer
Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan
banyak penggemarnya khususnya pembaca dikalangan remaja. Ia menampilkan masalah-masalah
yang actual dan selalu menzaman, namun hanya sampai pada tingkat permukaan.
Novel populer pada umumnya bersifat artificial, hanya sementara, cepat
ketinggalan zaman dan tidak memaksa orang membacanya sekali lagi (Nurgiyantoro,
2000:18)
- Novel Serius
Novel serius adalah novel yang membutuhkan ketenangan dan
konsentrasi tinggi dalam membacanya serta disertai kemauan untuk melakukannya.
Novel serius disamping memberikan hiburan yang memberikan pengalaman yang
berharga kepada pembaca, atau paling tidak mengajaknya untuk meresapi dan
merenungkan secara lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan
(Nurgiyantoro, 2000:18)
c. Unsur-Unsur
Novel
Novel mempunyai
unsur-unsur yang terkandung di dalam unsur-unsur tersebut adalah :
- Unsur Intrinsik
Unsur Intrinsik ini terdiri dari :
a. Tema
Tema merupakan ide pokok atau
permasalahan utama yang mendasari jalan cerita novel (Drs. Rustamaji, M.Pd,
Agus priantoro, S.Pd)
b. Setting
Setting merupakan latar belakang yang
membantu kejelasan jalan cerita, setting ini meliputi waktu, tempat, social
budaya (Drs, Rustamaji, M.Pd, Agus Priantoro, S.Pd)
c. Sudut Pandang
Sudut pandang dijelaskan perry Lubback
dalam bukunya The Craft Of Fiction (Lubbock, 1968).
Menurut Harry Show (1972 : 293) sudut
pandang dibagi menjadi 3 yaitu :
1.
Pengarang menggunakan sudut pandang took dan kata ganti orang
pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan
perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri.
2.
Pengarang mengunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak
mengamati dari luar daripada terlihat di dalam cerita pengarang biasanya
menggunakan kata ganti orang ketiga.
3.
Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali
berdiri di luar cerita, ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu. Ia melihat
sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling
dalam dari tokoh.
d. Alur / Plot
Alur / plot merupakan rangkaian
peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu alur maju
(progresif) yaitu apabila peristwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan
kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif)
yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung (Paulus
Tukan, S.Pd)
e. Penokohan
Penokohan menggambarkan karakter untuk
pelaku. Pelaku bisa diketahu karakternya dari cara bertindak, ciri fisik,
lingkungan tempat tinggal. (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus Priantoro, S.Pd)
f. Gaya Bahasa
Merupakan gaya yang dominant dalam
sebuah novel (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus Priantoro, S.Pd)
- Unsur Ekstinsik
Unsur ini meliputi
latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang, dan lain – lain, di
luar unsur intrinsic. Unsur – unsur yang ada di luar tubuh karya sastra.
Perhatian terhadap unsur – unsur ini akan membantu keakuratan penafsiran isi
suatu karya sastra (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus Priantoro, S.Pd).
Pengertian
Nilai Edukatif
Dalam KBBI (Suharso dan Ana, 2005:690) kata nilai mempunyai arti harga,
banyak sedikitnya isi, kadar mutu, sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna
bagi kemanusiaan.
Sementara itu juga dalam KBBI (suharso dan ana, 2005:127)
kata edukatif mempunyai arti bersifat mendidik atau berkenaan dengan
pendidikan.
Menurut Waluyo (2002:27) makna nilai yang diacu dalam sastra
adalah kebaikan yang ada dalam makna karya sastra bagi kehidupan seseorang. Hal ini berarti bahwa dengan adanya
berbagai wawasan yang dikandung dalam karya sastra khususnya novel akan
mengandung berbagai macam nilai kehidupan yang akan sangat bermanfaat bagi
pembaca.
METODE
PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara yang teratur untuk mencapai
tujuan. Metode yang ada harus mampu merumuskan ide dan pikiran yang didasarkan
pada pendekatan ilmiah..
Dalam menganalisis analisis data dalam penelitian ini
menggunakan metode pembacaan heuristic merupakan cara kerja yang dilakukan oleh
pembaca dengan menginterprestasikan teks sastra secara referensial lewat
tanda-tanda linguistic. Pembacaan heuristic juga dapat dilakukan secara
structural (Pradopo dalam sangidu, 2004:19). Kerja heuristic menghasilkan
pemahaman makna secara harfiah, makna tersurat actual meaning (Nurgiyantoro,
2000:33)
Pengertian lain disampaikan olehj Riffaterre (dalam Sangidu,
2004:14) yang memaparkan bahwa pembacaa hermeneutic atau retroaktif merupakan
kelanjutan dari pembacaan heuristic untuk mencari makna (meaning of meaning
atau sigficance). Hubungan antara heuristic dengan hermeneutic dapat dipandang
sebagai hubungan yang bersifat garadasi sebab kegiatan pembaca atau kerja
hermeneutic haruslah didahului oleh pembacaan heuristic. Kerja hermeneutic yang
oleh Riffatrre disebut juga seabgai pembaca retroaktif, memerlukan pembacaan
berkali-kali dan kritis (Nurgiyantoro, 2000:33)
Tahap pertama analisis data dalam penelitian ini adalah
pembacaan heuristic yaitu penulis menginterprestasiakn teks novel Sang Pemimpi.
Caranya yaitu membaca dengan membaca cermat dan teliti tiap kata, kalimat,
ataupun paragraf dalam novel guna karakter tokoh. Tahap kedua penulis melakukan
pembacaan hermeneutic yakni denga menafsirkan makna peristiwa atau kejadian-kejadian
yang terdapat dalam teks novel Sang Pemimpi hingga dapat menemukan nilai-nilai
eduaktif dalam cerita tersebut.
PEMBAHASAN
A.
Nilai Edukatif
Nilai dalam pendidikan sering
dikaitkan dengan edukatif yaitu nilai positif dalam bidang keagamaan, sosial,
etika, dan estetika. Kata edukatif berasal dari bahasa inggris educate, yang
berarti mendidik. Menurut Suharso dan Ana (KBBI.2005 : 127) edukatif artinya
bersifat mendidik yang berkenaan dengan pendidikan. Nilai edukatif adalah
hal-hal yang dapat memberikan tuntunan kepada manusia dalam pertumbuhan dan
perkembangannya hingga tercapai kedewasaan dalam arti jasmani dan rohani. Nilai
edukatif juga dapat diartikan nilai positif terkait dengan proses pendidikan.
Peneliti menganalisis novel sang
pemimpi karya andrea hirarta mengunakan teori Tillman tentang nilai edukatif.
Menurut Tilllman (2004:xx) nilai edukatif ada 12 macam antara lain :
1. Kedamaian 6.
Kerendahan hati 11.
Kebebasan
2. Penghargaan 7.
Kerja sama 12.
Persatuan
3. Cinta 8.
Kebahagiaan
4. Toleransi 9.
Tanggung jawab
5. Kejujuran 10.
Kesederhanaan
Dalam
novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirarta yang dikaji oleh peneliti terhadap
nilai edukatif di antaranya nilai cinta dan nilai tanggung jawab.
1.
Nilai Cinta
Nilai Cinta dan kasih sayang
adalah perilaku yang menerima adanya unsur memberi perhatian, perlindungan,
penghormatan, tanggung jawab, dan pengorbanan terhadap orang yang dicintai dan
dikasihinya.
Menurut Tillman (2004: 66) cinta
adalah prinsip untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan yang dalam dan
mulia. Dengan saling pemeliharaan, persahabatan, dan pengertian untuk
melenyapkan kecemburuan serta menjaga tingkah laku.
a. Cinta Terhadap Tuhan
Nilai
kasih kepada Tuhan berhubungan dengan agama. Agama dalam kehidupan menusia
merupakan syarat wajib bagi manusia sehingga diharapkan dapat terbentuk manusi
relegius. Menurut Mangun Wijaya (dalam Nurgiantoro, 2000: 326) berpendapat
bahwa kehadiran unsur relegius dan keagamaan dalam sastra adalah semua
keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan sastra tumbuh oleh sesuatu yang bersifat
relegius pada awalnya segala sastra dan relegius.
Novel
Sang Pemimpi kerya Andrea Hirarta merupakan novel yang juga mempunyai nila
keagamaan. Tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron dalam novel Sang Pemimpi digambarkan
sebagai anal-anak yang kuat pada agama da rajin beribedah. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan berikut:
“Setiap habis mangrib. Arai melantunkan
ayat-ayat suci Al-Quran di bawah temaran lampu minyak. Seisi rumah kami
terdiam. Suaranya sekering ranggas yang menusuk-nusuk malam. Setiap kerinduan
tajwid yang dilantunkan hati muda itu adalah jerit kerinduan yang tak
tertanggungkan kepada ayah-ibunya (sp. 2009: 27)
Kutipan
di atas menggambarkan nila edukatif cinta terhadap Tuhan. Rasa cinta itu
ditujukan Arai dengan selalu mengaji setiap habis mangib, merupakan tanggung
jawab seorang muslimin untuk selalu beribadah kepada Tuhan.
Rasa
cinta Terhadap tuhan juga ditujukan oleh Arai, Ikal, Jimbron dan orang tua
mereka. Dari SD mereka sudah harus belajar mengaji dan khatam Al-Quran, orang
tua mereka juga harus menyunati anak laki-laki. Hal ini terdapat dalam kutipan
berikut.
“Setelah
pulang sekolah, jangan harap kami bisa berkeliaran. Mengaji dan mengaji
Al-Quran sampai khatam berkali-kali. Kalau tamat SD belum hafal Juz’ Amma,
siap-siap saja dimasukkan ke dalam beduk dan beduknya dipukul keras-keras
sehingga kita keluar berjalan zig-zag seperti ayam mabuk. Ketiga pertinggi
masjid itu lebih keras daripada orang tua kami sebab merekalah yang mengajari
orangtua kami mengaji sekligus menyunati mereka. Dalam budaya orang Melayu
pedalaman, siapa yang mengajari mengaji dan menyunati perkakasmu, maka dialah
pemilik kebijakan hidupmu (SP. 2009:47)
Nilai
edukatif yang terkandung dalam kutipan di atas menggambarkan nilai edukatif
cinta terhadap Tuhan dengn ditujukan dengan selalu taat beribadah dan selalu
mentaati semua perintah Tuhan untuk orangtua yang memiliki anak laki-laki wajib
menyunatkan anaknya.
Berdasarkan
uraian di atas dpat disimpulkan bahwa tokoh Arai, Ikal, Jimbron da masyarkat
Melayu pedalamn memiliki rasa cinta dan kasih terhadap Tuhan. Hal ini dapat
ditujukan ketaatan mereka dalam beribadah dan mengikuti perintah Tuhan.
b. Kasih Sayang Terhadap Sesama
Berbuat baik terhadap sesama
merupakan salah satu bentuk cinta dan kasih sayang. Saling mengasihi sesama
makhluk Tuhan merupakan perilaku yang baik. Dengan saling mengasihi setiap
individu dapat mengerti dan membantu kesulitan yang dihadapi orang lain selain
itu, dengan saling mengasihi juga dapat menunjukan rasa sayang di antara
sesama.
Sikap Arai merukapan bentuk aksih
sayang terhadap sesama. Sikap Arai selalu melindungi Ikal dari hal-hal paling
kecil. Arai merupakan saudara sekaligus sahabat yang terbaik buat Ikal. Hal ini
dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Aku dan Arai ditakdirkan seperti
sebatang jarum di atas meja dan mangnet dibawanya. Sejak kecil kami melekat
kesana kemari. Aku makin dekat dengannya karena jaraj antara aku dan abang
pangkuanku--- abangku langsung---- sangat jauh. Arai adalah saudara sekaligus
sahabat terbaik buatku. Meskipun kami seusia, dia lebih abang daripada abang
manapun. Dia selalu melindungiku. Sika itu tercermin dari hal-hal paling kecil.
Sering ketika bangun tidur, aku menemukan kuaci, permen gua merah, dan mainan
kecil dari tanah liat sudah dua kali di saku bajuku. Arai diam-diam membuatnya
untukku (SP.2009: 25-26)
Dari kutipan diatas dapat diambil
edukatif dari sikap Arai untuk melindungi yang dia sayangi karena Arai tidak
tega melihat saudaranya kekurangan apa pun. Rasa cinta dan kasih sayang itu
ditujukan Arai dengan sikap selalu melindungi Ikal dan selalu memberi makanan
dan mainan yang Arai taruh di dalam saku baju Ikal setiap hari.
2.
Nilai Tanggung Jwab
Tanggung
jawab individu pada lingkungannya berhubungan dengan moral. Pada umumnya, orang
yang tidak memiliki moral akan dikucilkan dari pergaulan di lingkungannya.
Tanggung jawab berhubungan dengan moral manusia dalam memiliki itikad baik
terhadap oarang lain. Individu mempunyai rasa tanggung jawab terhadap apa yang
telah dikerjakan dapat berdiri sendiri, tidak mudah frustasi dan akan
menghadapi masalah dengan pertimbangan.
Dalam
novel Sang Pemimpi karya Andra Hirarta terapat beberapa nilai tanggung jawab
dalam bekerja juga tanggung jawab dalam pendidikan. Dalam novel Sang Pemimpi
nilai tanggung jawab dapat dilihat dalam kutipan berikut.
“Aku dan Arai sering dihukum Taikong
Hamin. Karena napasku tak panjang kalau mengaji, kalau mengaji, pada suatu
subuh yang dingin, aku disuruh menimba air dan mengisi tong sampai penuh (SP.
2009: 47)
Kutiban
diatas mengambarkan rasa tanggung jawab Ikal dan Arai waktu menerima hukuman
dari Taikong Hamin. Ikal melakukan kesalahan waktu mengaji dan dai wajib
menerima hukuman walaupun hukuman itu berat bagi Ikal karena harus dilaksanakan
di pagi-pagi hari dengan cuaca yang dingin tetapi Ikal menerima hukuman itu
dengan rasa tanggung jawab.
Rasa tanggung jawab juga dimiliki
para orang tua terhadap anak-anaknya.
Demi mengambil rapor Ikal dan Arai, ayah Ikal pasti mengambil cuti bekerja
selama 2 hari untuk mempersiapkan perjalanan jauh menuju SMA Negeri di Magai
yang berjarak 30 kilometer. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut.
“Buktinya, jika tiba pembagian
rapor, Ayah mengambil cuti dari menyekop xenotim di isntalasi pencucuian timah:
wasrai. Hari pembagian raporku, dan rapor Arai, adalah hari besar bagi Ayah
layaknya hari Maulid Nabi peringatan lahirnya Nabi Muhammad bagi umat Isalam
(SP. 2009: 76)”
“Ayah pasti menuntun sepedanya waktu
mendekati Bukit Selumar, dan tetap menutunnya ketika menuruni bukit itu sebab
teralu curam. Dia akan melakukan hal yang sama saat mendaki dan menuruni Bukit
Selinsing. Lelaki tua itu harus menaklukan dua bukit demi mengambil raporku dan
Arai (SP. 2009: 80)
Nilai
edukatif pada kutipan diatas menggambarkan rasa tangung jawab seorang Ayah
untuk anak-anaknya. Tanggung jawab sebagai Ayah untuk mengambil rapor
anak-anaknya di SMA yang jaraknya begitu jauh dari rumahnya, demi anak-anaknya
juga ayah mengambil cuti 2 hari dari pekerjaannya.
B.
Karekter Tokoh
Pengertian Tokoh
Menurut Aminudin (2002:
79) tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga
peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Istilah tokoh mengacu pada orangnya,
pelaku cerita (Nurgiyantoro, 1995: 165). Tokoh adalah salah satu unsur yang
penting dalam suatu novel atau cerita rekaan. Menurut Sudjiman (1988: 16) tokoh
adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam
berbagai peristiwa cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat
juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan.
Menurut Abrams (dalam
Nurgiyantoro 1995:165) tokoh cerita merupakan orang-orang yang ditampilkan
dalam suatu karya naratif atau drama oleh pembaca kualitas moral dan
kecenderungan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan
dan dilakukan dalam tindakan.
Berdasarkan pengertian
di atas dapat dikatakan bahwa tokoh cerita adalah individu rekaan yang
mempunyai watak dan perilaku tertentu sebagai pelaku yang mengalami peristiwa
dalam cerita.
Tokoh Utama
Menurut
Sudjiman (1988:17-18) berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita dapat dibedakan
tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh yang memegang peran pemimpin disebut
tokoh utama atau protagonis. Protagonis selalu menjadi tokoh yang sentral dalam
cerita, ia bahkan menjadi pusat sorotan dalam kisahan.
Pembaca
dapat menentukan tokoh utama dengan jalan melihat keseringan pemunculannya
dalam suatu cerita. Selain lewat memahami peranan dan keseringan pemunculannya,
dalam menentukan tokoh utama dapat juga melalui petunjuk yang diberikan oleh
pengarangnya. Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar
dan dibicarakan oleh pengarangnya. Selain itu lewat judul cerita juga dapat
diketahui tokoh utamanya (Aminudin, 2002:80).
Penokohan
dan Perwatakan
Penokohan
dan perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya
maupun batinnya yang dapat berubah, pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya,
adat istiadatnya, dan sebagainya. Menurut Jones dalam Nurgiyantoro (1995:165)
penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Sudjiman (1988:22) watak adalah
kualitas nalar dan jiwa tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain. Penyajian
watak tokoh dan penciptaan citra tokoh ini yang disebut penokohan.
Berdasarkan
pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa penokohan adalah penggambaran
atau pelukisan mengenai tokoh cerita baik lahirnya maupun batinnya oleh seorang
pengarang. Menurut Nurgiyantoro (1995:194-210) ada dua penggambaran perwatakan
dalam prosa fiksi yaitu sebagai berikut:
1. Secara eksplositori
Teknik
eksplositori sering juga disebut sebagai teknik analitis, yaitu pelukisan tokoh
cerita dilakukan dengan memberikan diskripsi, uraian, atau penjelasan secara
langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca
secara tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai
deskripsi kediriannya yang mungkin berupa sikap, sifat watak, tingkah laku atau
bahkan ciri fisiknya.
2. Secara dramatik
Penampilan
tokoh cerita dalan teknik dramatik dilakukan secara tidak langsung. Artinya,
pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah
laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan
kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara
verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku dan juga
melalui peristiwa yang terjadi. Wujud penggambaran teknik dramatik dapat
dilakukan dengan sejumlah teknik, di antaranya adalah:
a.
Teknik cakapan
Percakapan
yang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita biasanya juga dimaksudkan untuk
menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan.
b.
Teknik tingkah laku
Teknik
tingkah laku menyaran pada tindakan yang bersifat nonverbal, fisik. Apa yang
dilakukan orang dalam wujud tindakan dan tingkah laku dapat dipandang sebagai
menunjukkan reaksi tanggapan, sifat, dan sikap yang mencerminkan sifat-sifat
kediriannya.
c.
Teknik pikiran dan perasaan
Pikiran
dan perasaan, serta apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh tokoh dalam banyak
hal akan mencerminkan sifat-sifat kediriannya juga. Bahkan pada hakikatnya,
pikiran dan perasaannyalah yang kemudian diejawantahkan menjadi tingkah laku
verbal dan nonverbal.
d.
Teknik arus kesadaran
Arus
kesadaran merupakan sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap pandangan dan
aliran proses mental tokoh, dimana tanggapan indera bercampur dengan kesadaran
dan ketidaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi
acak (Abrams dalam Nurgiyantoro 1995:206).
e. Teknik reaksi tokoh lain
e. Teknik reaksi tokoh lain
Teknik
reaksi tokoh dimaksudkan sebagai reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah,
keadaan, kata, dan sikap tingkah laku orang lain, dan sebagainya yang berupa
rangsangan dari luar diri tokoh yang bersangkutan.
f.
Teknik pelukisan latar
Suasana
latar sekitar tokoh juga sering dipakai untuk melukiskan kediriannya. Pelukisan
suasana latar dapat lebih mengintensifkan sifat kedirian tokoh.
g.
Teknik pelukisan fisik
Keadaan
fisik seseorang sering berkaitan dengan keadaan kejiwaannya, atau paling tidak
pengarang sengaja mencari dan memperhubungkan adanya keterkaitan itu. Misalnya,
bibir tipis menyaran pada sifat ceriwis dan bawel
Berdasarkan
pendapat di atas dapat dikatakan bahwa penokohan dapat diwujudkan dengan cara
langsung dan cara tidak langsung. Secara langsung berarti pengarang secara
langsung mengungkap watak tokoh dalam ceritanya. Sedangkan secara tidak
langsung, pengarang hanya menampilkan pikiran-pikiran, ide-ide, pandangan
hidup, perbuatan, keadaan fisik, dan ucapan-ucapannya dalam sebuah cerita.
Dengan demikian penggambaran watak secara tidak langsung pembacalah yang
menyimpulkan watak tokoh dalam cerita yang dibacanya.
Karakter Tokoh Novel Sang Pemimpi
Tokoh dalam
novel sang Pemimpi ini menempatkan posisi sebagai pembawa dan penyampaian
pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada
pembaca. Pada bagian ini, penulis menganalisis perwatakan tokoh utama dalam
novel sang pemimpi. Tokoh uatanya
yaitu Ikal, Arai, dan Jimbron.
A.
Ikal
Tokoh Ikal
merupakan tokoh utama dalam novel sang
pemimpi. Tokoh Ikal dalam novel ini merupakan kedudukan yang tidak bisa terlepas dari tokoh Arai dan
jimbron. Ketergantungan tokoh Ikal pada Arai terlihat begitu kentara dalam
cerita ini. Dirinya seakan tidak berdaya dan selalu mengikuti tindakan Arai.
Hal ini sudah terlihat saat Ikal masih kecil. Ketergantungan Ikal terhadap Arai
tergambar pada beberapa kutipan di bawah ini.
“Aku tak tahu
apa yang telah merasukiku, aku juga tak tahu apa rencana Arai. Yang ku tahu
adalah allah yang telah menghadiahkan karisma yang begitu kuat kepada sang simpai keramat
itu, mungkin sebagai kompensasi kepedihan
masa kecilnya. Hanya dengan menatap, dia mampu mengiasaiku. Atau mungkin dia
juga bertindak tolol karena persengkongkolan kamisudah mendarah daging. (Hirata:
34)”
“arai jelas
menuju pasar. Tak yahu apa maksudnya. Begitulah arai, isi kepalanya tak kan
pernah sapat ditebak.
Di depan toko A
Shiong, arai berhenti. Dia mengambil
karung uang yang sedang ku sandang. Sambil mengunbar senyum tengiknya.
Dia mengedipka sebelah mata sembari mengeluarkan suara khehk! Persis burung
terkukur terlindas truk. Langkahnya pasti menuju toko A Shiong. Aku was-was
mengantisipasi tindakannya. Aku tak rela uang hasil jerih payah kami itu
dihamburkannya untuk hak yang konyol. Perlu diketahui. Uang itu menebas purun
harus berendam dalan rawa setinggi dada dengan resiko ditelan buaya
mentah-mentah. Tapi seperti biasa. Arai selalu meyakinkan. Lihatlah ekspresi
dan gaya berjalan. Aku terhipnotis olek kekuatan kepercayaan dirinya. Aku
seperti kerbau dicocok hidung. Bahkan untuk bertanya pun mukutku terlanjur
kelu. (Hirata: 35-36)”
Seiring dengan perjalana waktu. Ikal swmakin bertambah dewasa. Kedewasaan
Ikal dam berpikir tercermin saat dia menyadari bahwa tindakan atau rencana yang
dilakukan oleh arai tidak bisa diterima begitu saja. Dirinya sadar bahwa dia
harus lebih bijak dalam menghadapi permasalahan yang terjadi. Dalam kondisi
tertentu, terkadang Ikal tdak dapat mengendalikan emosinya yang tiba-tiba
meledak. Tetapi lewat kearifan dalam berpikir, hal ini bisa diatasi. Peristiwa
yang mencerminkan hal tersebut adalah pada saan Ikal merasa kesal pada tingkah
laku Jimbron yang selalu menbicarakan tentang kuda. Ikal pun marah namun
langsung mengendalikan situasi dengan menashati Jimbron agar tidak selalu
membicarakan kuda.
“Aku sudah
muak, Bron!muak!muak! muaaak dengan cerita kudamu itu! Apa sudah tak ada hal
lain?! Tak taukah kau Bron? Jiwamu telah dirasuki setan kuda!”
“Jimbron
berdiri mematung, dia sekakan tak percaya kata-kata kasar itu terhambur dari
mulutku dan ditumhkan untuknya. Bibirnya bergetar, wajahnya pucat dan sembap.
Air mata menepi di pelupuknya. Napasnya cepat. Dia sangat terkejut. Dia sangat
tersinggung. Dia tahu kalau aku tak pernah marah dan lebih dari itu. Aku tahu
persis bahwa Jimbron yang besar seperti pimtu, yang gempal dan polos adalah
laki-laki lemah lembut yang tak pernah dikasari oleh siapapun. Pendeta Geovanny
telah membesarkan dengan kehalusan tutur kata. (Hirata: 123)”
“aku
menghampiri Jimbron. Kulepaskan slang yang mekkingkari lehernya dan kubimbing
dia keluar dari toilet. Tubuhnya massih bergetar. Kuelus-elus punggungnya.
Kugandeng tangannya sambil berjalan menuju kantin sekolah yang telah sepi.
Jimbron tersendu seda tampa air mata. Dadaku sesak dibuatnya. Kupesankan teh
manis kesukaannya dengan cangkir terbesar yang ada. Jimbron masih shok. Dia benar-benar terpukul.(Hirata: 124)”
“kisah kuda ini
sudah keterlaluan, kawan. Tidakkah kau ingat dulu daat kita di sekolah dasar
diajari mengaji oleh Taikong Hamid, sejak itu tak ada hal lain yang kupedulikan
selain kuda? Seekarang kita sudah tidak sekolah dasar lagi, Bron. Sebentar lagi
kita dewasa. Kau tahu kan arti dewasa, Bron? Akil balik menurut ketentuan
agama. (Hirata:125)”
Berbagai
masalah yang dialami oleh Ikal ternyata sempat membuat dirinya menjadi pribadi
yang pesimistis. Dia merasa pa yang dilakukannya delama ini tidak akan
mewujudkan impiannya menjadi orang sukses.
Keinginan
untuk berubah dan dan bangkit dari permasalahan yang dihadapi membuat Ikal
menyadari semua kesalahannya. Dia merasa berdosa terhadap orangtua yang selama
ini telah berkorban demi kesuksesannya. Akhirnya, harapak Ikal untuk
memperbaiki semua kesalahannya muncul setelah meresapi nasihat dari P. Mustar.
Pada akhirnya, Ikal pu meminta maaf kepada Ayah karena telah mengecewakannya.
Sifat Ikal
yang baik tercermin saat dia berkiinginan untuk membalas semua perbuatan Arai
yang telah berjasa untuknya. Dia ingin agar Arai bahagia. Cara yang dia gunakan
adalah membantu Arai untuk mendapatkan hati seorang wanita yang bernama Zkiah
Nurmala.
“Aku ingin
membuat Arai gembira. Aku ingin berbuat sesuatu seperti yang dia selalu lakukan
kepadaku dan Jimbron......(Hirata:160)”
tokoh Ikal adalah orang yang bertekad kuat atas kemauannya, dia ingin
mengubah sifat buruknya dan ingin membahagiakan orang tuanya. Dia bekerja keras
untuk mengubah sikapnya dan berjanji untuk mempernaiki nilai dan prestasi yang
menurun di sokilahnya. Jamji Ikal, bahwa dia ingin lulus dari SMA dengan nilai
yang memuaskan sehingga dapat membayar pengorbanan ayahnya pada Ikal.
Ikal juga mempunyai sifat ‘polos’ yang tergambar pada sat
dia dan Arai terpana melihat kapal-kapal yang berukuran besar di Tanjung Priok.
Ikatan batin yang kuat antar tokoh Ikal dan Arai serta rasa
optimisme yang tinggi tergambar dari keyakikan Ikal bahwa sahabatnya Arai yang
telah lama menghilang masih hidup. berikut kutipannya.
“mengingat unuk
dan eksentriknya Arai, semua kemungkinan itu bisa terjadi. Arai adalah orang
yang selalu ingin tahu, ingin mencoba hal-hal baru, dia pembosan dan anti
kemapanan. Meskpun amat rindu, aku tetap tenang. Secara naluriah, aku tahu
bahwa bagaimanapun keadaanya, Arai masih hidup. dia tidak mati, dan suatu hari
nanti seperti dia selalu lakukan sejak kami kecil dulu, dia akan datang
kepadaku membawa kejutan aneh yang sama sekali taj bisa kubayangkan. Seperti
dia duku mengejutkan Jimbron dengan membawa pulang kuda putih Pangeran Mustika
Raja Brana. Itulah Arai, dan itulah yang aku rindukan darinya. (hirata: 232)”
Ikal memiki kesungguhan dan kesabaran dalam menjalani hidup dan menggapai
cita-citanya.
B.
Arai
Seperti
halnya Ikal, tokoh Arai memiliki kedudukan yang sangat penting dalam novel.
Tokoh Arai memiliki sifat unik. Dia bisa membuat orang kesal atau marah namun juga
menjadi sumber inspirsi bagi tokoh-tokoh lainnya. Penuh dengan kejutan dan
sulit ditebak adalah ciri khasnya.
Pada awal
cerita kita bisa mengetahui betapa bandel dan usilnya tokoh Arai saat dia
dengan terang-terangan menjadi dalang dalam kerusuhan upacara di sekolan. Hal
ini membuat P. Mustar menjadi berang sehingga memerintahkan dua penjaga sekolah
untuk mengejarnya. Dalam pengejaran, muncullah ide gilanya. Dia mengajak ikal
dan Jimbron untuk masuk ke dalam peti es yang berisi ikan agar mereka bisa melepaskan
diri dari P. Mustar. Usaha itu rupanya cukup berhasil.
Selain itu
kejahilan Arai muncul saat dia mencoba membalas perlakuan Taikong Hamim yang
menghukum Jimbron yang bujunya dipenuhi dengan gambar kuda. Jimbron dihukum
meringkik seperti kuda di depan santri-santri lainnya. Untuk membalasnya, Arai
melafalkan kata Amin yang sangat panjang setiap taikong hamim membaca Al Ftihah
pada saat mereka melaksanakan salat berjamaah.
Arai adalah
orang yang tabah dalam menjalani hidup., dan itu membuat Ikal seakan-akan tidak
percaya, meskipun kehilangan semua anggota keluarganya, Arai seolah-olah tidak
larut dalam kesedihan yang menimpanya. Disaat orang lain bersedih untuknya,
Arai justru memperlihatkan sikap yang sebaluknya. Hal inilah yang membuat Ikal
merasa nyaman dan menganggap Arai saudara dan sahabat terbaiknya.
”..... aku
tergeletak. Mata Arai bersinar-sinar. Aku tersenyum, tapi tangisku tak reda
karena seperti mekanik gerak balik helikopter aneh itu, Arai telah
memutarbalikkan logoka sentimental itu. Dia justru menghiburku pada saat aku
harus menghiburnya.(Hirata: 21-22)”
Potret anak
yang mandiri dan serba bisa Arai tunjukkan saat dia mengajarkan Ikal mencari
akar banar dan akar purun yang akan mereka jual kepada pedagang kelontang.
Selain itu, Arai merupakan pribadi yang saleh. Setiap selesai magrib dia
menyempatkan diri untuk melanturkan ayat suci Al Quran untuk dipersembahkan
kepada kedua orangtuanya dengan suara yang indah dan tajwid yang benar.
Pesoha dari
tokoh Arai seakan menyihir Ikal untuk melakukan hal-hal yang diinginkannya.
Walaupin Ikal kurang berkenan, namun dia selalu terhasut untuk melakukan segala
perintah dari Arai. Berikut kutipan;
“begitu Arai
menghasutku sambil memperlihatkan gambar sebuah grup orkes Melayu pada sebuah
sampul nuku. Dia telah menerapkan sisir belah tengah seminggu sebelumnya dan
tak sedikitpun kulihat nialai tambah pada wajahnya. Karena Arai memang diberkahi dengan bakat menghasutm aku
termakan juga.(hirata: 28)”
Arai juga
mempunyai sifat yang gigih dan peduli dalam menjalani hidup, itu tergambar saat
dia memotivasi Ikal agar bangkit dari keterpurukan. Keyakinan dan semangatnya
untuk meraih mimpi menjadikan Arai pribadi yang tidak pernah menyerah. Hal ini
yang ia tularkan kepada sahabatnya Ikal. Sifat lain dati tokoh Arai adalah
tidak pernak putus asa. Baginya, hidup adalah berusaha sebaik mungkin walaupun
hasilnya tidak sesuai harapan. Tidak berkecil hati saat Nurmala tida kunjung
membuka hati untuk Arai.
Arai juga
memiliki sifat yang suci yaitu rela berkorban untuk orang yang dicintainya.
Kecintaan kepada Jimbron itu dia perlihatkan di saat dirinya secara diam-diam
bekerja sampai larut malam di Capo. Arai
rela bekerja di di peternakan kuda milik Capo agar dia bisa membawakan kuda dan
memberikan kesempatan kepada Jimbron untuk menungganginya. Keiklhasan Arai
melakukan semua ini tergambar dari bagaimana ia merahasiakan semuanya bahkan
harus berbohong kepada Ikal. Baginya kebahagiaan Jimbron lebih penting
dibandingkan kebahagiaan dirinya.
Sungguh hal
yang manusiawi disaat manusia merasakan kesediahan dalam berjuang menghadapi
hidup, Arai yang terkenal tangguh, tidak pernah putus asa, pekerja kerasm rela
berkorban untuk sesama, selalu optimis dalam menjalani hidup dan sang motivator
ulung yang harus takluk disaat dia merindukan kedua orangtuanya yang sudah
tiada orangtuanya. Arai pun menangis karena tidak bisa berbagi kebahagiaan
dengan orangtuanya ketika dia dinyatakan lulus mendapat beasiswa untuk
melanjutkan sekolah ke eropa. Kerinduan kepada orangtuanya jelas pada kutipan dibawah
ini.
“kami bangkit
nenuju suara itu. Dari ambang puntu kami melihat wajah Arai aembap berurai air
mata. Ia membekap erat foto ayah-ibunya serta surat keputusan beasiswa itu. Dia
menatap kami dengan pandangan penuh kerinduan. Kerinduan pada ayah-ibunya.
Seumur hidupku aku tak pernah melihat Arai menangis, tah pernah melihat begitu
sedih. Air mata berjaTuhan membasahi bingkau plastik foto itu. Membasahi kertas
tebak mengilat yang dipegangnya bergetar-getar. Kami masih berdiri mematung
diambang pintu ketika dia mengatakan dengan lirih sambil tersedu sedan, “...
aku Lulus...”(hirata: 246)”
C.
Jimbron
Pada awal
kemunculannya dalam cerita, Jimbron dideskripsikan sebagai pribadi yang
berperawakan subur dengan kelakuan dan wajah seperti anak-anak. Trauma masa kecil
menjadikan dia gagap dalam situasi panik atau terlalu bersemangat. Hal ini
dipicu oleh kejadian yang memilukan disaat dia gagal menyelamatkan nyawa
ayahnya yang terkena serangan jantung.
Dalam novel,
tokoh Jimbron digambarkan memiliki kekurangan dari segi fisik yaitu kakinya
panjang sebelah.
“Jimbron yang
tambun dan invalid-kakinya panjang sebelah terengah-engah dibelakangku.
Wajahnya pias. Dahinya yang kukuh bersimbah keringat....(Hirata: 2)”
Hal yang
paling unik dalam tokoh Jimbron, adalah dia sangat tergila-gila pada kuda.
Kegilaanya terhadap kuda itu terjadi saat dirinya menonton koboi di balai desa,
seminggu sebelun ayahnya meninggal. Dia menganggap kuda sebagai binatang yang
gagah dan mampu menyelamatkan orang sakit karena larinya yang cepat. Baginya,
tiada hari tanpa kuda. Karena ulahnya menggambar kuda di buku agama, Jimbron
dihukum Taikong Hamim untuk memeragakan kuda yang saat menringkik. Tentu saja
hal ini dilakukan ddengan senag hati. Baginya, tiada topik yang menarik untuk
dibicarakan selain kuda.
Jimbron juga
memiliki sifat rela berkorban untuk pujaan hatinya. Dia dengan rela selalu
datang setiap minggi pagi untuk membantu Laksmi mencuci wadah cincau yang telah
kosong.
“setiap minggu
pagi, Jimbron menghambur ke pabrik cincau. Dengan senang hati, dia menjadi
relawan untuk membantu Laksmi. Tanpa diminta, dia mencuci kalengkaleng mentega
Palmboom, wadah cincau jika isinya telah kosong. Dia ikut pula menjemur
daun-daun cincau.(Hirata:69)”
Selalu
bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu walaupun hal tersebut merugikan
dirinya merupakan watak Jimbron yang tidak dipahami oleh Ikal. Jimbron kurang
atau tidak menyadari bahwa dirinya merupakan objek penderita karena kepekaan
lingkunyan sekitar sangat kurang.
Kecintaak
terhadap kuda membuat Jimbron smakin trsiksa. Sifatnya berubah menjadi lebih
pendiam saat mendengar kabar bahwa Capo akan memelihara kuda. Hal ini tidak
bisa dipercaya oleh Jimbron. Dia menjadi cemas dan takut jika kabar itu hanya
kabar burung. Setelah mengetahui kabar itu benar, kegilaanya terhadap kuda
semakin menjadi-jadi. Tidak ada pekerjan lain selain memikirka kuda.
Jimbron
memiliki sifat tegar dan pantang menyerah walaupun lujaan hatinya tidak mampu
dia raih. Jimbron rela duduk ber jam-jam di depan pabrik cincau meski sekadar untuk
melihat pujaan hatunya. Kenyataan yang ia hadapi merupakan hal positif dari
tokoh Jimbron. Berikut kutipahnya.
“Jimbron duduk
melamun berjam-jam di depan pabrik cicncau, berjam-jam memandangi Laksmi dari
jauh. Laksmi dan kuda adalah dua kecintaan besar dalam hidupnya, dan keduanya
tak bisa dia jangkau. Dia sungguh patah hati. Jimbron, Laksmi, dan pabrik
cincau itu memendam kesedihannya masing-masing.(Hirata: 168)”
Walaupun tokoh Jimbron dianggap memiliki keternatasan dalam hal berpikir,
namun Jimbron memiliki kepekaan dan rasa sayang yang besar terhadap dua
sahabatnya yaitu
Ikal dan Arai. Tanpa
sepengetahuan dua sahabatnya itu, diam-diam dia menabung dan memberikan
tabungannya kepada Ikal dan Arai sebagai bekal mereka berdua merantau ke
Jakata. Sontak saja hal ini membuat Ikal dan Arai terkejut. Jimbron merasa
terharu karena bisa membantu kedua sahabatnya. Berikut kutipannya.
Kami kembali ke
kamar kontrakan di pasar Magai. Ketika berkemas-kemas untuk berangkat, Jimbron
mengahmpiriku dan Arai.
“Kud......kuda
Sumbawa ini untukmu Ikal.”
Aku terkejut,
jimbron menyerahkan tabungan kuda Sumbawanya untukku.
“Kuda sandel
untukmu, Rai.”
Kami terpana
dan tak sanggup menerimanya.
“Dari dulu,
tabungan itu memang aku siapkan untuk kalian.”
Air muka
Jimbron yang polos menjadi sembap. Dia terharu karena dapat berbuat sesuatu
untuk membantu sahabatnya.(hirata:204)
KESIMPULAN
Novel
adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi
dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan
ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam
berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya.
Dalam
sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran
realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut.
Nilai
edukatif adalah hal-hal yang dapat memberikan tuntunan kepada manusia dalam pertumbuhan
dan perkembangannya hingga tercapai kedewasaan dalam arti jasmani dan rohani. Nilai
edukatif juga dapat diartikan nilai positif terkait dengan proses pendidikan. Dalam novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirarta ini memiliki nilai edukatif yang bisa dijadikan
pembelajaran bagi kita semua dimana peneliti mengambil nilai edukatif cinta dan
tanggung jawab.
Tokoh dalam
novel sang Pemimpi ini menempatkan posisi sebagai pembawa dan penyampaian
pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada
pembaca. Karakter tokoh utama
dalam novel ini juga mengambarkan tentang anak-anak yang hebat yang tak pernah
berhenti untuk bermimpi dan juga tentang makna dari kebersamaan.
DAFTAR PUSTAKA
Hirata, Andrea .2008. Sang Pemimpi.
Yogyakarta. PT. Bentang Pustaka.
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian fiksi. Yogyakarta:Gajah Mada Press.