PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA
PERANAN GURU SEBAGAI LINGKUNGAN BELAJAR BAHASA
KEDUA
Oleh
BAYU ARDIANTORO (21402071012)
BAB I
Pendahuluan
Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang
Pembelajaran bahasa kedua dalam proses
memahaminya seorang individu terhadap bahasa setelah bahasa yang terdahulu
(bahasa pertama) yang dikuasai dalam batas tertentu. Umumnya pembelajaran
bahasa kedua tidak sebagus pada hasil pembelajaran bahasa pertama. Pailov
(1981) berpendapat proses belajar pada anak terjadi secara cepat dan lancer hal
ini karena otak mereka masih sangat peka dan mudah menerima rangsangan. Pembelajaran bahasa kedua untuk anak-anak perlu dirancang sedemikian
rupa sehingga menyerupai kondisi pemerolehan yang alami. Hal ini perlu
ditekankan, karena pemerolehan memiliki karakteristik yang berbeda dengan
pembelajaran
Pemerolehan
bahasa (language acquisition) adalah
proses manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan
menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Kapasitas ini melibatkan
berbagai kemampuan seperti sintaksis,fonetik, dan kosakata yang luas. Bahasa
yang diperoleh bisa berupa vokal seperti pada bahasa lisan atau manual seperti
pada bahasa isyarat. Pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan
bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibu mereka dan
bukan pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh
anak-anak atau orang dewasa. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerolehan_bahasa)
Kelas merupakan sarana tempat berlangsungya
belajar-mengajar, transfer ilmu pengetahuan lebih banyak terjadi di dalam kelas
dari pada di luar kelas, hal ini tentu akan berpengaruh pada siswa jika
lingkungan dalam kelas misalnya guru dan siswa tidak mampu membangun suasana
yang kondusif. Kecakapan berbahasa seorang guru tentu mampu memberikan dampak
pada baik atau buruknya pemahaman siswa, terutama dalam pembelajaran bahasa
kedua.
Cara pemerolehan
bahasa kedua dapat dibagi dua cara, yaitu pemerolehan bahasa kedua secara
terpimpin dan pemerolehan bahasa kedua secara alamiah. Pemerolehan bahasa kedua
yang diajarkan kepada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dipahami.
Materi bergantung pada kriteria yang ditentukan oleh guru. Strategi-strategi
yang dipakai oleh seorang guru sesuai dengan apa yang dianggap paling cocok
bagi siswanya.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis mengkaji sebuah
permasalahan yaitu “Peranan Guru Sebagai Lingkungan belajar Bahasa Kedua”
BAB II
Pembahasan
Pembahasan
2.1
Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan
bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa. Orang dewasa mempunyai dua cara yang
berbeda serta mandiri mengenai pengembangan kompetensi dalam bahasa kedua,
yaitu: Pertama, pemerolehan bahasa merupakan proses yang bersamaan dengan cara
anak-anak. Mengembangkan kemampuan dalam bahasa pertama mereka. Pemerolehan
bahasa merupakan proses bawah sadar. Para pemeroleh bahasa tidak selalu sadar
akan kenyataan bahwa mereka memakai bahasa untuk berkomunikasi.
Kedua,
untuk mengembangkan kompetensi dalam bahasa kedua dapat dilakukan dengan belajar
bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya dapat
mempelajarinya. Akan tetapi ada hipotesis pemerolehan belajar yang menuntut
bahwa orang-orang dewasa juga memperoleh bahasa, kemampuan memungut bahasa
bahasa tidaklah hilang pada masa puber. Orang-orang dewasa juga dapat
memanfaatkan sarana pemerolehan bahasa alamiah yang sama seperti yang dipakai
anak-anak. Pemerolehan merupakan suatu proses yang amat kuat pada orang dewasa.
Pemerolehan dan pembelajaran dapat dibedakan dalam lima hal, yaitu pemerolehan:
1.
memiliki ciri-ciri
yang sama dengan pemerolehan bahasa pertama, seorang anak penutur asli,
sedangkan belajar bahasa adalah pengetahuan secara formal,
5. secara eksplisit,
Pandangan
pemerolehan bahasa secara alami yang merupakan pandangan kaum nativistis yang
diwakili oleh Noam Chomsky, berpendapat bahwa bahasa hanya dapat dikuasai oleh
manusia. Perilaku bahasa adalah sesuatu yang diturunkan. Hakikatnya, pola
perkembangan bahasa pada berbagai macam bahasa dan budaya. Lingkungan hanya
memiliki peran kecil dalam pemerolehan bahasa. Anak sudah dibekali apa yang
disebut peranti penguasaan bahasa (LAD).
Pandangan
pemerolehan bahasa secara disuapi adalah pandangan kaum behavioristis yang
diwakili oleh B.F. Skinner dan menganggap bahasa sebagai suatu yang kompleks di
antara perilaku-perilaku lain. Kemampuan berbicara dan memahami bahasa
diperoleh melalui rangsangan lingkungan. Anak hanya merupakan penerima pasif
dari tekanan lingkungan. Anak tidak memiliki peran aktif dalam perilaku
verbalnya. Perkembangan bahasa ditentukan oleh lamanya latihan yang disodorkan
lingkungannya. Anak dapat menguasai bahasanya melalui peniruan. Belajar bahasa
dialami anak melalui prinsip pertalian stimulus respon.
Perkembangan
bahasa anak adalah suatu kemajuan yang sebarang hingga mencapai kesempurnaan.
Pandangan kognitif diwakili oleh Jean Piaget dan berpendapat bahwa bahasa bukan
ciri alamiah yang terpisah melainkan satu di antara beberapa kemampuan yang
berasal dari pematangan kognitif. Lingkungan tidak besar pengaruhnya terhadap
perkembangan intelektual anak. Yang penting adalah interaksi anak dengan
lingkungannya.
2.3
Input dan Interaksi dalam Proses Pemerolehan
Bahasa
Seorang anak akan
dihadapkan pada dua penguasaan bahasa dalam mempelajari bahasa kedua (B2) yaitu
memperoleh bahasa pertama sedangkan ia sendiri akan berupaya mempelajari bahasa
kedua. Bahasa antara adalah bentuk ujaran yang belum atau tidak ada modelnya
pada kedua bahasa baik bahasa pertama maupun bahasa kedua, bahasa sumber maupun
bahasa sasaran, bahasa ibu maupun bahasa yang dipelajari. Ideosinkresi adalah
bentuk ujaran yang tidak terdapat dalam model bahasa kedua atau yang
dipelajari.
Proses belajar bahasa berkembang melalui
beberapa tahap. Tahap kompetensi perantara disebut kompetensi trasisional atau
bahasa antara. Setiap bahasa antara mewakili satu tahap kompetensi yang berisi
bentuk-bentuk yang benar maupun yang tidak benar dalam bahasa yang dipelajari.
Ada empat kompetensi yakni kompetensi formal, kompetensi semantik, kompetensi
berkomunikasi, dan kreativitas. Keempat kompetensi itu dikuasai secara
bertahap. Ada empat pemerolehan dalam belajar bahasa yaitu menguasai bunyi
bahasa, menguasai bentuk kata, menguasai kalimat, dan menguasai makna. Empat
pemerolehan ini lama-kelamaan berlangsung secara otomatis dan pada akhirnya
digunakan siswa untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Ada tiga persoalan utama proses belajar yaitu (1) Perbedaan antara
dominasi yang tak dapat dihindari, terdapat di dalam otak siswa yang
mempelajari bahasa pertama dengan ketidakcakapan siswa menguasai bahasa kedua,
(2) pilihan implisit-eksplisit, (3) dilema komunikasi dengan kode.
2.4
Peranan Pengajaran Bahasa dalam Memperoleh
Bahasa Kedua
1.
Pengajaran Bahasa
Kedua (B2) adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memudahkan orang
lain belajar.
2.
Pengajaran
mencakupi 3 unsur pokok dan banyak unsur yang merupakan konvensi. Unsur pokok
bersifat umum/universal sedangkan konvensi dibatasi oleh negara, lingkungan,
tujuan, waktu, kelompok.
3.
Unsur pokok
pengajaran ialah orang yang mengajar (guru), kegiatan/materi yang dirancang
untuk memudahkan belajar dan orang yang belajar.
4.
Peranan pengajaran
secara umum ialah dalam memberikan kemudahan agar siswa Bahasa Kedua (B2) dapat
mencapai tujuan belajar yang mencakupi sub-subketerampilan membaca, menulis,
berbicara, menyimak, dan mengapresiasi sastra dalam Bahasa Kedua (B2).
5.
Krashen menyatakan
pengajaran yang diciptakan sebagai lingkungan kondusif memegang peranan penting
dalam memberikan masukan-masukan terutama bagi siswa yang tidak mempunyai
kesempatan memperoleh masukan dari lingkungan informal.
6.
Peranan pengajaran
Bahasa Kedua (B2), berdasarkan unsur-unsur pokoknya dapat dirinci sebagai
peranan guru, materi/kegiatan belajar dan siswa.
7.
Guru memegang
peranan yang penting dalam memberikan kemudahan
menumbuhkan/memelihara/meningkatkan motivasi, mengorganisasikan siswa,
memilih/menentukan bahan ajar mengelola/mengarahkan kegiatan belajar, memantau
kemajuan, membantu siswa dalam kesulitan belajar.
8.
Bahan/kegiatan
belajar yang disediakan menentukan apa yang mungkin dikuasai siswa dan
bagaimana kualitas penguasaannya.
9.
Siswa merupakan
pusat pengajaran. Materi, kegiatan belajar, evaluasi disusun dengan
mempertimbangkan dan untuk kepentingan siswa. Pengajaran Bahasa Kedua (B2)
berpusat pada siswa dengan mempertimbangkan bagaimana siswa belajar B2.
2.4
Prinsip dan Metode Pengajaran B2
2.
Belajar Bahasa
Kedua (B2) adalah belajar menggunakan Bahasa Kedua (B2) tersebut dalam berbagai
fungsinya.
6.
Metode tata bahasa
terjemahan tidak membuat siswa terampil menggunakan bahasa, tetapi tahu tentang
bahasa.
7.
Metode langsung
diterapkan melalui kegiatan dialog, tubian pola, dan penerapan. Tubian yang
dilakukan mencakupi tubian pengulangan dan tubian respons.
8.
Tujuan pengajaran
bahasa komunikatif ialah agar siswa dapat berkomunikasi dalam permaian bahasa
yang sebenarnya dalam bentuk bahasa yang diterima. Dalam pelaksanaannya, jika
diperlukan Bahasa Kesatu (B1) dan penerjemahkan dapat digunakan. Tata bahasa
diberikan.
9.
Pengajaran dengan
respons fisik total menekankan penguasaan kemampuan menyimak pada awal
pelajaran. Pemahaman dan retensi paling baik dipelajari melalui gerakan fisik
sebagai respons terhadap perintah guru. Kegiatan berbicara baru dilakukan bila
siswa sudah benar-benar siap. Proses siswa dilaksanakan melalui langkah =
latihan mendengarkan, produksi dan membaca serta menulis.
10. Pendekatan alamiah dikembangkan berdasarkan keyakinan bahwa penguasaan
bahasa lebih banyak terjadi melalui proses pemerolehan secara alamiah yang
digabungkan dengan teori monitor dan Krashen. Pendekatan ini dalam penerapannya
sangat mementingkan pemerolehan kosakata.
2.5
Guru dalam Pembelajaran di Kelas Sebagai
lingkungan Belajar Bahasa Kedua
Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah adalah
pemerolehan bahasa kedua/asing yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari, bebas
dari pengajaran atau pimpinan,guru. Tidak ada keseragaman cara. Setiap individu
memperoleh bahasa kedua dengan caranya sendiri-sendiri. Interaksi menuntut
komunikasi bahasa dan mendorong pemerolehan bahasa. Dua ciri penting dari
pemerolehan bahasa kedua secara alamiah atau interaksi spontan ialah terjadi
dalam komunikasi sehari-hari, dan bebas dari pimpinan sistematis yang sengaja.
Kelas
merupakan perwujudan masyarakat heterogen kecil di mana di dalamnya terdapat
variasi komposisi dan hubungan antarpersonal yang melahirkan mekanisme
interaksi sosial yang kontinu. Mekanisme ini terus berlanjut dala lingkup
sosialnya (di kelas) dan secara faktual terakumulasi ke dalam bentuk-bentuk
hubungan antara individu-individu di
dalam suatu kelas ataupun hubungan kelompok.
Hal terpenting adalah interelasi
yang terjadi antara guru dengan murid yang melambangkan bentuk konkret dari
suasana kelas dan membentuk suatu iklim sosial. Pembentukan iklim sosial kelas
sangat bergantung pada variasi hubungan guru-murid serta alur penerimaan
informasi dan komunikasi yang kesemuanya dinaungi dalam sebuah koridor gaya
kepemimpinan dari seorang guru, baik yang mengikuti kepemimpinan terpusat
(sentralistik), demokratis maupun gaya kepemimpinan yang member kebebasan penuh
(laissez faire) kepada para muridnya. Dari perpaduan itulah terbentuk
berbagai macam iklim sosial di kelas yang merefleksikan bentuk hubungan
vertikal kelas antara gurumurid dalam kegiatan belajar di dalam kelas yang
sangat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar ataupun
bersosialisasi didalamnya.
Di dalam kelas ada saja yang dapat dianggap
sangat penting dan mendasar dalam proses belajar bahasa, yaitu (1) belajar
bahasa adalah orang, (2) belajar bahasa adalah orang-orang dalam interaksi
dinamis, dan (3) belajar bahasa adalah: orang-orang dalam responsi. Secara umum
pengajaran bahasa dalam kelas dapat mendorong terjadinya proses pemerolehan
bahasa asalakan pengajaran dalam kelas dapat menyediakan input yang dapat
dipahami maknanya oleh pembelajar. Lebih penting lagi, pengajaran bahasa di
dalam kelas akan lebih membantu terciptanya proses pemerolehan bahasa apabila
kelas banyak memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk menggunakan bahasa
yang dipelajarinya itu secara fungsional dalam interaksi yang komunikatif.
Guru berperan sebagai tongak sumber belajar,
narasumber, model bahasa sasaran, dll. Hal ini mempengaruhi proses pembelajaran
bahasa kedua anak, setiap anak memiliki cara sendiri dalam menangkap setiap
pembelajaran terutama bahasa, keutuhan cara anak dalam memahami sebuah pembelajaran
sangat berpengaruh penting terhadap pemerolehan bahasa kedua.
Pemerolehan bahasa
bersamaan dengan proses yang digunakan oleh anak-anak dalam pemerolehan bahasa
pertama dan pemerolehan bahasa kedua. Pemerolehan bahasa menuntut interaksi
yang berarti dalam bahasa sasaran yang merupakan wadah para pembicara memperhatikan
bukan bentuk ucapan-ucapan mereka tetapi pesan-pesan yang mereka sampaikan dan
mereka pahami. Perbaikan kesalahan dan pengajaran kaidah- kaidah eksplisit
tidaklah relevan bagi pemerolehan bahasa, tetapi para guru dan para penutur
asli dapat mengubah serta membatasi ucapan-ucapan mereka kepada pemeroleh agar
menolong mereka memahaminya.
Lingkungan
kelas menciptakan peran penting dalam pemerolehan bahasa kedua. Perkembangan
kemampuan bahasa anak terbentuk dari permbuatan hipotesis terhadap bahasa yang dipajankanya,
dan hipotesis itu selalu mengalami perbaikan pada saat anak menerima umpan
balik dari orang-orang disekitarnya. Ketika anak berada di luar kelas maka anak
akan belajar bahasa dari orang-orang disekitarnya dan ketika berada dalam kelas
anak akan dibantu dan belajar dari teman dan gurunya. Guru dalam pengajaran
bahasa bertugas membimbing siswanya
untuk mencari dan menemukan kaidah pemakaian bahasa dalam masyarakat bahasa
yang ada di dalam kelas (Good dan gooman, 1990). Keterlibatan siswa dalam kegiatan
berbahasa, keaktifan dalam berinteraksi, dan terjadinya komunikasi yang
bermakna merupakan aspek yang seharunya ada di dalam pengajaran bahasa dalam
kelas.
BAB III
KESIMPULAN
3.1
Kesimpulan
Pemerolehan bahasa kedua
dipengaruhi oleh berbagai hal, mulai dari B1 bahasa pertama (ibu), factor
lingkungan, sampai pada preses pembelajaran dikelas. Guru mempunyai peran dalam
pemerolehan bahasa kedua seorang anak. Guru dalam pengajaran bahasa bertugas membimbing siswanya untuk mencari
dan menemukan kaidah pemakaian bahasa dalam masyarakat bahasa yang ada di dalam
kelas
Pemerolehan bahasa
menuntut interaksi yang berarti dalam bahasa sasaran yang merupakan wadah para
pembicara memperhatikan bukan bentuk ucapan-ucapan mereka tetapi pesan-pesan
yang mereka sampaikan dan mereka pahami. Perbaikan kesalahan dan pengajaran
kaidah- kaidah eksplisit tidaklah relevan bagi pemerolehan bahasa, tetapi para
guru dan para penutur asli dapat mengubah serta membatasi ucapan-ucapan mereka
kepada pemeroleh agar menolong mereka memahaminya
Cara pemerolehan bahasa
kedua dapat dibagi dua cara, yaitu pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin
dan pemerolehan bahasa kedua secara alamiah. Pemerolehan bahasa kedua yang
diajarkan kepada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dipahami. Materi
bergantung pada kriteria yang ditentukan oleh guru.
Daftar
Rujukan
Damayanti,
Eka. 2012. Pembelajaran Bahasa Kedua (online) (https://PEMEROLEHAN%20BAHASA/Pembelajaran%20Bahasa%20Kedua/,
diakses 6 februasi 2015)
Firman.
2012. Pengaruh dan Pemerolehan Bahasa kedua (online) (https://catatanmalewa.wordpress.com/2013/10/03/pengajaran-dan-pemerolehan-bahasa-kedua/ ,
diakses 8 februasi 2015)
Ghozali,
A. Syukur. 2013. Pemerolehan Bahasa dan
Pembelajaran Bahasa Kedua.
Malang:
Bayumedia Publishing
Informasi Pendidikan. 2013. Fungsi Guru (online) (http://www.informasi-pendidikan.com/2013/07/fungsi-guru.html,
diakses 8 februari 2015)
Saryono, Djoko.
2010. Pemerolehan Bahasa. Malang:
Nasa Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar