Pengaruh Kebiasaan membaca dalam
memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas X MA MIFTAHUL ULUM SUKOSEWU, Bojonegoro
*Bayu Ardiantoro
Abstrak
Peningkatan prestasi belajar
dipengaruhi oleh minat baca dan motivasi belajar. Minat baca adalah
ketertarikan kepada kegiatan membaca. Sedangkan motivasi belajar merupakan suatu
dorongan untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Salah satu faktor yang
menentukan kesuksesan akademik anak adalah kelancaran membaca. Membaca
merupakan kegiatan yang dalam pelaksanaannya tidak menguras banyak tenaga,
namun sangat bermanfaat. Ketidaklancaran dalam membaca baru dianggap masalah
apalagi jika sudah memasuki sekolah menengah pertama (SMP). Kemampuan membaca
harus dimiliki oleh semua anak, agar mereka bisa belajar berbagai bidang ilmu.
Motivasi yang baik akan melahirkan proses dan hasil belajar yang baik. Motivasi
belajar pada anak memiliki fungsi: (1) mendorong manusia untuk berbuat, (2) menentukan
arah perbuatan, dan (3) menyeleksi perbuatan. Motivasi berprestasi seseorang dibagi
menjadi 2 tipe, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi
intrinsik merupakan harapan dalam diri seseorang (internal) untuk berhasil
sedangkan motivasi ekstrinsik yang dipengaruhi oleh hukuman atau penghargaan
dari luar (eksternal). Membaca berkaitan dengan kebiasaan. Membaca
sebagai kebiasaan berarti seseorang menjadikan aktivitas membaca sebagai
sesuatu yang secara rutin dilakukan setiap harinya. Kegiatan membaca yang tidak
didukung kebiasaan biasanya menjadi kegiatan yang tidak memiliki manfaat. Pada
mata pelajaran bahasa Indonesia, kegiatan membaca diajarkan agar siswa memiliki
keterampilan yang memadai, di samping menjadi lebih mudah memahami setiap
materi pelajaran yang diterimanya. Siswa yang gemar membaca tidak akan mengalami
kesulitan dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Peserta didik sebagai bagian dari
manusia pada umumnya harus memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar guna
mencapai hasil belajar yang baik. Motivasi intrinsik yang merupakan motivasi
internal perlu dipupuk pada diri anak, sedangkan faktor eksternal sebaiknya
dikurangi.
Kata kunci:
motivasi, membaca, prestasi belajar
Pendidikan
merupakan suatu aspek atau hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
ini. Adanya pendidikan yang bermutu, berkualitas tinggi, dan dapat dirasakan
manfaatnya oleh semua lapisan masyarakat, tentunya sangat diharapkan.
Akan tetapi pada kenyataannya, pendidikan di negara kita masih banyak sekali
kelemahannya. Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhinya diantaranya :
kurikulum, sarana prasarana, kualitas guru, peserta didik dan yang lainnya. Hal
tersebut pastinya akan menghambat terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang
diharapkan.
Membaca adalah aktivitas yang
kompleks yang melibatkan berbagai faktor yang datangnya dari dalam diri pembaca
dan faktor luar. Selain itu, membaca juga dapat dikatakan sebagai jenis
kemampuan yang bersifat inisiatif atau naluri yang dibawa sejak lahir. Membaca
juga diartikan sebagai mengeja atau melafalkan apa yang tertulis. Membaca
merupakan kegiatan melihat, mengeja atau melafalkan dari apa yang kita lihat
pada suatu tulisan yang bertujuan adalah mengetahui makna dari tulisan yang
kita baca sehingga kita menjadi tahu karena informasi tersebut (Hidayah,
2012:3).
Keterampilan berbahasa terkait
dengan proses berfikir yang mendasari bahasa, semakin terampil seorang
berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pikirannya. Ketrampilan membaca
merupakan sebuah kertrampilan yang wajib dikuasi oleh setiap siswa, ketrampilan
membaca berperan penting bagi pengembangan pengetahuan, dan dalam memahami
segala materi pembelajaran yang ada. Hal ini dikarenakan persentase tertinggi
dalam pengembangan ilmu pengetahuan terbanyak dilakukan melalui membaca.
Soedarsono (dalam Winarto, 2012) membaca cepat adalah suatu skill yang dapat
memberi banyak jalan keluar atas permasalahan manusia modern.
Kegiatan
membaca pada dasarnya merupakan suatu aktivitas yang memerlukan keterampilan
tersendiri (Winarto, 2012:16). Penguasaan keterampilan membaca yang memadai
akan memudahkan siswa dalam menempuh jenjang yang lebih tinggi. Dalam setiap
jenjang bisa dipastikan ada kompetensi yang tidak akan lepas dari keterampilan
membaca. Bila siswa tidak mampu membaca serta memahami bacaan dengan baik, maka
materi yang disajikan terasa berat dan efek lebih jauh adalah perasaan bosan
untuk mempelajari materi-materi pembelajaran.
Sebagai
salah satu komponen utama pendidikan, peranan guru sangat menentukan dalam
mencapai keberhasilan proses pembelajaran. Problematika yang seringkali muncul
dalam proses pembelajaran hendaknya menjadi tanggung jawab guru untuk menyelesaikanya.
Guru harus mencari solusi atau pemecahan masalah, agar keberlangsungan proses
pembelajaran yang dilakukan berjalan secara optimal. Guru harus memiliki komitmen
yang kuat dalam melaksanakan pendidikan secara holistik yang berpusat
pada potensi dan kebutuhan peserta didik. Proses pembelajaran yang selama ini
berlangsung harus mampu menjembatani kegairahan belajar siswa agar dihasilkan
suasana pembelajaran yang kondusif, sehingga tercapai tujuan pembelajaran.”.
Dalam
Proses belajar setiap siswa harus mempunyai suatu tujuan yang harus dicapai
didalamnya, baik tujuan pendek maupun tujuan jangka penjang yang dapat membuat
diri mereka mempunyai suatu perubahan yang terjadi setelah mereka mengikuti
sebuah proses pendidikan yang diberikan oleh guru mereka. Seorang guru
selayaknya memberkan sebuah dorongan yang harus dapat memberikan motivasi
terhadap diri mereka untuk meningkatkan prestasi didalam belajar mereka.
Dorongan
yang seharusnya diberikan oleh seorang guru tidak akan dapat merubah
sikap/perilaku individu untuk dapat meningkatkan cara belajar mereka bilamana
tidak adanya peran individu didalamnya, karena semuanya akan mempunyai suatu
hubungan yang dapat memberikan satu nilai temabah dalam meningkatkan prestasi
belajar.
Prestasi merupakan nilai angkah
yang menunjukan kualitas keberhasilan, sudah barang tentu semua siswa berhasil
mencapai dengan terlebih dahulu mengikuti evaluasi yang diselenggarakan guru
atau sekolah. Untuk mencapai prestasi maka diperlukan sifat dan tingkah laku
seperti: aspirasi yang tinggi, aktif mengerjakan tugas tugas-tugas, kepercayaan
yang tinggi, interaksi yang baik, kesiapan belajar dan sebagainya. Sifat dan
ciri-ciri yang dituntut dalam kegiatan belajar itu hanya terdapat pada individu
yang mempunyai motivasi yang tinggi, sedangkan yang mempunyai motivasi yang
rendah tidak ada sehingga akan menghambat kegiatan belajarnya. Jadi secara
teoritis motivasi akan berhubunggan dengan prestasi belajar yang dicapai siswa.
Membaca
adalah sebuah keterampilan. Membaca tentu berbeda dengan berbicara dalam
kehidupan sehari-hari, tekanan dalam membaca lebih mengarah pada cara seseorang
membaca dalam menghubungkan antara kata-kata tulis dengan makna bahasa lisan
(Hurmali, 2011:3). Di negara-negara maju, membaca merupakan kegiatan pokok dan
sangat penting, seperti halnya manusia membutuhkan makanan dan minuman. Seperti
sebuah pepatah “membaca adalah jendela dunia”
Peningkatan prestasi belajar siswa
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah minat baca dan motivasi
belajar. Minat baca adalah suatu rasa ketertarikan atau kesukaan terhadap
kegiatan membaca. Dengan memiliki minat baca dalam diri, maka siswa akan
bergerak hatinya untuk terus membaca. Sedangkan motivasi belajar merupakan
suatu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Dimana dengan keinginan
untuk berprestasi mendorong siswa untukberusaha agar tercapai hasil belajar
yang optimal.
Dalam
kegiatan belajar mengajar peranan motivasi sangatlah penting, karena dengan
adanya motivasi yang tinggi dari guru maupun peserta didik tujuan pembelajaran
pasti akan tercapai secara optimal. motivasi secara harafiah yaitu sebagai
dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. (KBBI, 2008:756).
Dengan motivasi,
diharapkan setiap pekerjaan yang dilakukan secara efektif dan efesien, sebab
motivasi akan menciptakan kemauan untuk belajar secara teratur, oleh karena itu
siswa harus dapat memanfaatkan setuasi dengan sebaik-baiknya. Banyak siswa yang
belajar tetapi hasilnya kurang sesuai dengan yang diharapkan, sebab itu diperlukan
jiwa motivasi, dengan motivasi seorang siswa akan mempunyai cara belajar dengan
baik. Dengan demikian betapa besarnya peranan motivasi dalam menunjang
keberhasilan belajar.
Membaca
Kegiatan membaca membutuhkan latihan. Membaca
membutuhkan kebiasaan. Tanpa banyak latihan atau membiasakan membaca, maka
setiap orang bisa diyakini tidak memiliki kemampuan membaca yang baik pula.
Membaca telah mendapat perhatian dan porsi yang khusus dalam kegiatan belajar.
Siswa yang kesulitan membaca tidak sedikit dan hal ini akan berkonsekuensi
terhadap sulitnya dalam memahami materi pelajaran. Siswa tidak terampil dalam
kegiatan membaca dan seringkali tidak mampu mencapai prestasi belajar yang
diharapkan. Begitu besarnya peran membaca dalam belajar menyebabkan guru di sekolah
dalam jenjang apapun sering memberi penilaian berdasarkan kemampuan membaca
yang dimiliki siswa.
Siswa yang gemar membaca
tidak akan mengalami kesulitan yang berarti dalam mengikuti materi pelajaran.
Namun sebaliknya, siswa tidak memiliki kebiasaan dalam membaca akan menyebabkan
siswa tersebut merasa sulit dalam memahami materi pelajaran. Oleh karena itu,
kegiatan membaca bagi siswa pada dasarnya tidak dapat dipandang dengan sebelah
mata. Semua pihak dalam dunia pendidikan memiliki kepentingan yang besar
terhadap peningkatan kemampuan membaca siswa.
Membaca
dapat menjadi faktor penting dalam memahami setiap perkembangan yang terjadi
dalam kehidupan, di samping menjadi tolok ukur keberhasilan dalam belajar.
Dengan membaca, siswa dapat lebih mudah memahami setiap materi pelajaran. Siswa
yang terampil dan memiliki kebiasaan membaca yang baik biasanya memiliki
pengetahuan yang lebih luas. Sebaliknya, siswa yang kurang terampil dan jarang
membaca akan sempit pengetahuannya. Sebagian besar siswa, kebiasaan membaca
masih tergolong rendah. Tidak sedikit siswa melakukan aktivitas membaca hanya
terbatas pada saat menjelang ulangan atau ujian. Membaca dalam kondisi tersebut
terkesan dipaksakan karena takut gagal dalam ulangan atau ujian.
Dengan
banyak membaca, siswa akan dapat mengetahui peristiwa masa lampau, masa kini,
dan mampu meramalkan peristiwa yang akan terjadi kemudian. Siswa yang memiliki
kebiasaan membaca mampu menggunakan waktu untuk kegiatan membaca. Kegemaran
terhadap bacaan menjadikan waktu sangat berharga nilainya. Tuntutan akan
kebutuhan informasi yang terus berkembang dari waktu ke waktu sebenarnya dapat
difasilitasi melalui kegiatan membaca. Namun kenyataan ini menjadi berbeda
apabila kebiasaan membaca di kalangan siswa rendah.
Kebiasaan
membaca yang baik merupakan kunci keberhasilan semua pelajaran di sekolah.
Membaca bukanlah sekadar aktivitas melihat huruf. Membaca merupakan usaha
individu yang peka terhadap kebutuhan informasi dan perkembangan ilmu. Kegiatan
membaca merupakan aktivitas yang melibatkan fisik, pikiran, dan emosi. Oleh
karena itu, kebiasaan membaca di kalangan siswa menjadi sangat diperlukan dalam
aktivitas belajar. Peran siswa dalam membangun kebiasaan membaca sangat
diperlukan. Siswa dituntut memiliki kesadaran dalam kegiatan membaca.
Kebiasaan
membaca dalam diri siswa harus senantiasa digalakkan. Dengan kebiasaan membaca
yang baik, maka aspek keterampilan berbahasa yang lain juga akan menjadi lebih
mudah dilakukan, baik dalam bentuk menulis, berbicara, maupun menyimak. Salah
satu dampak langsung dari kegiatan membaca adalah prestasi belajara
bahasa Indonesia yang memadai. Kebiasaan membaca memberikan pengaruh besar
terhadap pencapaian prestasi belajar siswa dalam mengikuti pelajaran.
Oleh
karena itu, guru memiliki kontribusi yang besar dalam pencapaian prestasi
belajar siswa di kelas. Prestasi belajar bahasa Indonesia yang diperoleh siswa
menjadi cermin kemudahan siswa dalam memahami materi pelajaran yang diberikan
yang berbasis kebiasaan membaca. Kemudahan tersebut bersumber dari proses
belajar yang tidak hanya mengandalkan aktivitas belajar formal di kelas, tetapi
didukung oleh kebiasaan membaca yang melekat dalam diri siswa.
Membaca
merupakan salah satu komponen dari sistem komunikasi, yaitu interaksisecara
tertulis antara pembaca dengan penulis. Kemampuan itu harus dimiliki oleh
semuaanak, agar anak dapat belajar berbagai bidang ilmu. Oleh karena itu,
berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar membaca pada siswa
sekolah dasar. Berikut adalah beberapa tingkatan dalam membaca:
1)
Tingkat Elementer
Membaca adalah belajar tanpa guru
(Winarto, 2012:47). Membaca tingkat dasar diperoleh pada tahun-tahun pertama
disekolah, yakni ketika keterampilan membaca dasar diajarkan, pada tingkatan
ini disebut Elementer. Pada tingkat
ini pertanyaan yang di ajukan pada pembaca adalah , “Apa yang dikatakan oleh
kalimat itu?” Pertanyaan ini bisa sulit sekali. Namun di sini kita hanya
menilai dari arti yang paling sederhana.
Hampir semua pembaca ini tentunya
sudah mempelajari keterampilan dasar. Akan tetapi kita akan terus menghadapi
masalah pada tingkat membaca ini, misalnya apabila kita ingin membaca sesuatu
yang di tulis dalam bahasa asing yang tidak kita kuasai dengan baik. Usaha kita
yang pertama haruslah mengenali atau menemukan arti kata yang sebenarnya.
Kemudian setelah kita mengenali kata itu masing-masing, barulah kita dapat
mulai memahaminya sebagai sebuah kalimat.
2) Tingkat Inspeksional
Membaca Inspeksional adalah yang bertujuan untuk menemukan sebanyak mungkin
tentang sebuah bacaan dalam jangka waktu tertentu biasanya jangka waktu yang
relatif singkat, dan selalu merupakan jangka waktu yang sangat pendek untuk
menemukan semuannya yang terkandung di dalam tulisan itu (Winarto, 2012:48).
Maka dari itu tingkat kedua ini lebih berkaitan dengan waktu.
Sasaran membaca pada tingkat ini,
adalah meneliti sifat-sifat umum tulisan itu, mempelajari apa saja yang dapat
diajarkan oleh sifat-sifat tersebut. Pertanyaan yang sering diajukan pada
tingkat ini ialah: “mengenai apakah tulisan itu?” dan “Apakah
bagian-bagiannya?”.
3) Tingkat Analitis
Membaca analitis adalah membaca yang
sangat aktif. Pada tingkat ini, pembaca berupaya sampai ia banar-benar dapat
memahami isi tulisan itu. Membaca tingkat ketiga ini jarang diperlukan bila
sasaran membacanya adalah sekadar mendapat informasi atau kesenangan. Membaca
tingkat analitis ini adalah untuk mendapatkan pemahaman.
Jika membaca inspeksional adalah
membaca yang paling baik dan paling lengkap yang mungkin dalam waktu yang
terbatas, maka membaca analitis adalah membaca yang paling baik dan paling
lengkap dalam jumlah waktu yang tidak terbatas (Winarto, 2012:49).
4) Tingkat Sintopikal
Membaca sintopikal (perbandingan)
merupakan tingkat yang paling aktif dan paling berat semua tingkat membaca. Di
dalam tingkat ini pembaca tidak hanya membaca satu buah buku, melainkan banyak
buku, dan munyusun buku-buku itu menurut hubungan antara yang satu dengan yang
lain, berdasarkan suatu subjek tertentu, sampai ia memahami betul-betul subjek
itu (Winarto, 20112:49).
Membaca berkaitan dengan kebiasaan. Membaca
sebagai kebiasaan berarti seseorang menjadikan aktivitas membaca sebagai
sesuatu yang secara rutin dilakukan setiap harinya. Kegiatan membaca yang tidak
didukung kebiasaan biasanya menjadi kegiatan yang tidak memiliki manfaat. Pada
mata pelajaran bahasa Indonesia, kegiatan membaca diajarkan agar siswa memiliki
keterampilan yang memadai, di samping menjadi lebih mudah memahami setiap
materi pelajaran yang diterimanya. Siswa yang gemar membaca tidak akan
mengalami kesulitan dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas.
Salah satu implikasi dari
kebiasaan membaca adalah perolehan prestasi belajar bahasa Indonesia yang lebih
optimal. Prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh faktor penting dalam
kegiatan belajar yaitu diantaranya kebiasaan membaca siswa. Prestasi belajar
siswa yang baik seharusnya lahir dari kebiasaan membaca yang memadai. Namun
sebaliknya pula, prestasi belajar bahasa Indonesia yang buruk menjadi cermin
buruknya kebiasaan membaca yang melekat dalam diri siswa. Apakah prestasi
belajar bahasa Indonesia berkaitan dengan kebiasaan membaca siswa?
Prestasi belajar bahasa Indonesia dapat
dilihat melalui hasil evaluasi belajar yang diterima siswa sebagai gambaran
tingkat pemahaman dan penguasaan siswa saat menerima pelajaran bahasa
Indoensia. Prestasi belajar tidak hanya menunjukkan adanya perubahan tingkah
laku sisw dalam berbahasa, tetapi tercermin melalui hasil belajar yang
diperoleh siswa. Prestasi belajar menjadi refleksi kemampuan kognitif siswa
dalam memahami materi pelajaran bahasa Indonesia. Untuk itu, masalah yang
diajukan dalam tulisan ini adalah: ”Seberapa besar kebiasaan membaca siswa
memberi kontribusi terhadap prestasi belajar bahasa Indonesia?”
Kebiasaan Membaca
Hampir
seluruh aktivitas kehidupan sehari-hari juga tidak luput dari kegiatan membaca.
Surat kabar, majalah, tabloid, dan buku merupakan media yang dapat disimak
melalui kegiatan membaca. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa
yang kompleks dan rumit. Membaca melibatkan banyak komponen, ada tiga komponen
dalam membaca, yaitu: a) pengenalan terhadap aksara, 2) korelasi aksara beserta
tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik formal, dan 3) hubungan lanjutan
dari aksara dan unsur linguistik formal dengan makna.
Kegiatan
membaca merupakan keterampilan yang bersifat komprehensif. Kegiatan membaca
setidaknya membutuhkan keterampilan yang bersifat mekanis dan yang bersifat
pemahaman. Membaca merupakan keterampilan yang kompleks, dengan melibatkan
keterampilan yang bersifat mekanis seperti: pengenalan huruf, kata, kalimat,
ejaan serta bunyi dan keterampilan yang bersifat pemahaman seperti pemahaman
kata, gramatika, retorika, makna, dan kecepatan membaca.
Kebiasaan membaca dalam diri seseorang
sangat menentukan kecenderungan perilaku seseorang terhadap bahan bacaan.
Kebiasaan mennetukan terbentuknya dorongan dan perilaku dalam kegiatan membaca.
Semakin sering seseorang melakukan kegiatan membaca, maka semakin banyak pula
informasi atau pesan yang diperolehnya. Tarigan (1992 : 22) dalam (http://abdullohalkuff.blogspot.com/2012/02/pengertian-membaca.html)
menyatakan bahwa membaca adalah suatu kegiatan yang dilakukan pembaca untuk
memperoleh pesan melalui media bahasa atau kata-kata yang disampaikan penulis
yang didukung oleh kebiasaan membaca.
Tanpa kebiasaan membaca yang baik,
maka seseorang akan mengalami kesulitan dalam kegiatan membaca. Apalagi membaca
merupakan aktivitas yang melibatkan pikiran dan nalar. Membaca merupakan proses
untuk mempersepsi bahasa yang bersifat tulisan. Untuk memperoleh pemahaman yang
optimal dalam kegiatan membaca maka diperlukan perangkat mental yang memadai
untuk mencapai tujuan kegiatan membaca, termasuk kebiasaan membaca.
Motivasi Belajar
Motivasi
sangat penting dalam belajar. Setiap individu mempunyai kebutuhan dan
keinginan. Individu dilahirkan dengan dorongan-dorongan potensial yang tertentu
atau desakan-desakan yang diusahakan menyatakannya. Bermacam-macam tingkah laku
yang akah membawa seseorang pada sebuah kepuasan tidak terlepas dari pengaruh lingkungan dan
pengalaman. Dorongan-dorongan yang dibentuk oleh pengalaman-pengalaman yang
mengarahkan seseorang untuk berbuat dan bertindak kemudian menjadi motivasi
dari sikap, perhatian dan aktivitas, D.Crow
& Alice Crow (1984:358). Setiap kebutuhan dan keinginan perlu memperoleh
pemenuhan, sedangkan dorongan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan itu
sediri merupakan motivasi.
Motivasi belajar bahasa Indonesia
adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk melakukan belajar bahasa
Indonesia dengan gairah tinggi, merasa senang dan penuh semangat. Pada umunya siswa
kurang tertarik terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia karena materi dan
bahan ajar yang dipelajari kurang menarik dan dianggap tidak penting. Untuk
mengatasi hal itu maka dalam pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan
adanya motivasi belajar. Selain adanya motivasi belajar masih banyak factor
lain yang dapat mempengaruhi pembejalaran bahasa Indonesia antara lain:
intelegensi, perhatian, minat, bakat, kematangan, kesiapan dan sebagainya
Motivasi
belajar yang dimiliki oleh peserta didik memiliki tiga fungsi, yaitu: (1) mendorong
manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak yang melepaskan energi, (2) menentukan
arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dan (3) menyeleksi perbuatan
yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan dengan
serasiguna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut. Motivasi belajar yang baik akan melahirkan proses dan
hasil belajar yang baik.
Motivasi berprestasi seseorang
apakah di sekolah, tempat kerja atau di tempat manapun dapat dibagi menjadi dua
tipe, yaitu motivasi intrinsik yang merupakan harapan dalam diri (internal)
untuk berhasil dan melakukan sesuatu untuk diri sendiri. Dan motivasi
ekstrinsik yang dipengaruhi oleh penghargaan atau hukuman dari luar diri
(eksternal). Contoh dari keduamotivasi ini, misalnya seorang mahasiswa bekerja
keras karena keberhasilan dalam pendidikan itu penting maka yang berperan pada
dirinya adalah motivasi intrinsik. Tetapikalau ia bekerja keras karena kelak
supaya mendapatkan gaji yang tinggi begitu selesai kuliah maka yang berperan
adalah motivasi ekstrinsik.
Sebenarnya, apabila guru dan siswa
mau membiasakan diri untuk membaca, maka lamban laun akan tertanam dalam diri
mereka suatu keadaan dan perasaan ingin tahu yangdapat menumbuhkan minat untuk
selalu membaca. Mereka akan dapat merasakan kenikmatan membaca, sehingga pada
akhirnya kecanduan.
Berbagai
upaya lain dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan seperti orang
tua, sekolah, dinas pendidikan atau pihak-pihak lain yang peduli dengan
peningkatan motivasi membaca di sekolah. Pertama, untuk menumbuhkan minat baca
pada anak seharusnya dimulai sejak masa usia prasekolah, dan berlanjut di taman
kanak-kanak dan sekolah dasar. Dengan mengenalkan buku sejak dini, siswa telah
dilatih untuk mengenal dan akhirnya dapat mencintai buku. Kedua, menyadarkan siswa
dengan kampanye yang menarik bahwa bahan bacaan merupakan sumber pengetahuan, informasi
dan hiburan yang mempunyai karakter unik dan dapat dinikmati dengan cara yang berbeda
dengan tontonan televise. Ketiga, menyediakan suasana yang mendorong terbentuknya
budaya membaca di sekolah. Hal ini misalnya dilakukan dengan membangun atau
memperbaiki perpustakaan-perpustakaan sekolah yang telah ada. Perpustakaan-perpustakaan
sekolah kita saat ini pada umumnya mirip gudang yang berisi lemari-lemari atau rak-rak
buku yang dipenuhi dengan buku-buku berdebu. Tanpa pustakawan profesional yang memahami
seluk-beluk perbukuan dan tata pengaturan perpustakaan yang baik. Hal ini mempengaruhi efektivitas belajar siswa, khususnya
sumber belajar yang dimiliki di rumah. Kurangnya sumber
belajar tersebut akan mempengaruhi minat baca siswa. Sumber belajar yang sering
digunakan adalah buku paket dan buku pelengkap. Sumber belajar yang ada dirumah
terkadang kurang memadahi serta kurang lengkapnya sumber-sumber belajar seperti
majalah dan surat kabar. Selain itu minat siswa untuk membaca masih sangat
rendah. Di sekolah siswa jarang mengunjungi perpustakaan untuk membaca mereka
lebih suka mengobrol atau bermain. Metode pengajaran di sekolah juga dirasakan
masih kurang untuk memotivasi siswa aktif membaca atau mencari buku di
perpustakaan.
Salah satu fungsi perpustakaan sebagai sumber belajar yaitu menyediakan
bahan pustaka yang sesuai dengan kurikulum dan mampu meningkatkan minat baca
bagi para siswa, mengembangkan daya ekspresi, mengembangkan kecakapan
berbahasa, mengembangkan gaya pikir yang rasional dan kritis. Dengan adanya
perpustakaan di sekolah guru dapat membimbing siswanya untuk aktif membaca di
perpustakaan.
Kebanyakan siswa yang aktif membaca pengetahuannya akan bertambah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup
komponen kemampuan berbahasa yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat, menggerakkan penulisan buku-buku
oleh penulis daerah sendiri. Penulisan buku-buku dari daerah sendiri di sini
maksudnya adalah sekolah, dinas pendidikan, pemerintah daerah mapun sponsor
yang peduli dan dapat memfasilitasi atau bahkan mengakomodasi penulisan dan
penerbitan buku yang ditulis oleh siswa atau guru yang memiliki interest dan
kemampuan dalam bidang tulis-menulis. Sudah menjadi rahasia umum,budaya menulis
berhubungan erat dengan budaya membaca. Kita dapat pula berlogika, bila
diperpustakaan sekolah terpajang buku karya orang-orang yang dikenal baik
seperti guru mereka, kakak kelas, atau bahkan adik kelas mereka pasti siswa
akan tergerak hati membacanya. Bahkan, bukan tidak mungkin mereka akan
melangkah ke budaya menulis yangmerupakan budaya tingkat lanjut setelah
terbentuk budaya membaca.
Semua itu tidak dapat dibangun hanya
dengan himbauan lewat kata-kata. Budaya membaca menjadi budaya guru dan siswa
kita mungkin saja. Tapi kuncinya tetap yaitu melakukannya dengan perbuatan.
Prestasi Belajar
Prestasi belajar dapat dikatakan
sebagai tolok ukur keberhasilan proses belajar mengajar. Belajar sebagai proses
harus berorientasi pada pencapaian prestasi belajar siswa pada semua mata
pelajaran. Kemudian batasan prestasi belajar adalah apa yang telah dicapai oleh
siswa setelah melakukankan belajar. Dalam konteks pembelajaran, ada beberapa
tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Salah
satu tolok ukur yang digunakan adalah prestasi belajar yang mengacu pada
pencapaian taksonomi pendidikan yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Sudjana (1990:23) (dalam http://pengertian prestasi belajar definisi
menurut para ahli.html) menyatakan bahwa pencapaian prestasi belajar atau
hasil belajar siswa merujuk pada pencapaian aspek-aspek yang bersifat kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Prestasi belajar dalam implementasinya dapat
mencakup aspek pengetahuan atau pemahaman, aspek keterampilan, aspek nilai dan
aspek sikap.
Purwanto
(1984:3) (dalam http://pebiasaan Membaca
Berkontribusi terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia.htm) menegaskan
bahwa prestasi belajar merupakan penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan
siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam
kurikulum. Sedikitnya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk lebih
memahami hasil belajar, yang terdiri dari: 1) prestasi belajar merupakan proses
yang sistematis, yaitu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara
berkesinambungan, 2) prestasi belajar memerlukan berbagai informasi atau data
yang menyangkut objek yang dievaluasi, seperti minat, perilaku, hasil ulangan
atau tugas, nilai ujian akhir, dan 3) prestasi belajar tidak dapat dilepaskan
dari tujuan-tujuan pengajaran yang hendak dicapai.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang
diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar antara lain, faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan
faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal
dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan
sebagainya.
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri
individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern
yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
a.
Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar
disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.
Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal
selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Ada
kalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara
satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu
sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan
sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal
yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki
seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Dalam proses belajar terutama belajat
keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan
prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk
melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan
anak tersebut.
c.
Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan
terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Bahkan pelajaran yang menarik
minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan
belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di
sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri.
Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi
terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang
diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
d.
Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena
hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan
belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara
mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar
mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
2. Faktor Ekstern
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa,
yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya
dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak
memberikan paksaan kepada individu.
a. Keadaan Keluarga
a. Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil
dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Keluarga yang
sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam
ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
Oleh karena itu orang tua hendaknya
menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan
pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal
memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam
usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan,
dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak
di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga
anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan
keadaan yang baik untuk belajar.
b. Keadaan Sekolah
b. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan
formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa,
karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang
lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan
guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan
siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. Oleh sebab itu,
guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan
memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
c. Lingkungan Masyarakat
c. Lingkungan Masyarakat
Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu
faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses
pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan
lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada. Apabila
anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan
terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di
sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan
anakpun dapat terpengaruh pula. Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan
membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak
akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh
karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan
temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa
pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
Hubungan Antara
Kebiasaan Membaca Dengan Prestasi Belajar
Untuk dapat mencapai prestasi belajar
yang optimal dalam kegiatan belajar mengajar, siswa maupun guru harus memahami
berbagai faktor yang dapat menghambat pencapain prestasi belajar. Setiap siswa
pada dasarnya berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik (academic performa) yang memuaskan. Di
sisi lain, setiap siswa memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual,
kemampuan fisik, latar belakang, kebiasaan dan pendekatan belajar yang
terkadang mencolok antarsiswa. Dengan demikian, prestasi belajar bahasa
Indonesia dapat dinyatakan sebagai hasil yang dicapai yang mencakup apa yang
dilakukan dan dikerjakan siswa dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia.
Prestasi belajar dapat menjadi bahan laporan bagi guru kepada siswa tentang
pencapaian tujuan program belajar-mengajar di kelas.
Dalam pengamatan dan survey dalam
kegiatan belajar bahasa Indonesia tampaknya kebiasaan membaca memberikan
kontribusi terhadap pencapaian prestasi belajar bahasa Indonesia yang diperoleh
siswa. Sekalipun bersifat tidak signifikan, kebiasaan membaca dapat dikatakan
menjadi faktor penting dalam meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia
siswa, khususnya siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Siswa yang memiliki
kebiasaan membaca baik maka akan semakin baik pula prestasi belajara bahasa
Indonesia yang diperolehnya.
Kebiasaan membaca memiliki peran yang
penting dalam menentukan prestasi belajar bahasa Indonesia. Tanpa kebiasaan
membaca yang baik, maka diyakini bahwa prestasi belajar bahasa Indonesia siswa
pun menjadi kurang baik. Adanya kontribusi kebiasaan membaca terhadap prestasi
belajar bahasa Indonesia menunjukkan bahwa kebiasaan membca menjadi unsur yang
harus ditingkatkan dalam proses kegiatan belajar-mengajar di kelas.
Adanya kontribusi kebiasaan membeca
terhadap prestasi belajar bahasa Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kebiasaan membaca dapat menjadi indikasi
dalam kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia di sekolah agar lebih
menekankan pada pembelajaran yang bersifat keterampilan siswa. Membaca dan
prestasi belajar bahasa Indonesia memiliki relevandi yang kuat dalam
meningkatkan perilaku dan keterampilan teknis siswa dalam kegiatan berbahasa.
Siswa yang memiliki kebiasaan membaca relatif tidak terlalu kesulitan dalam
menerima materi pelajaran bahasa Indonesia.
2. Siswa yang tidak memiliki kebiasaan
membaca biasanya memiliki porsi kegiatan membaca yang kurang dari 1 jam dalam
sehari. Dengan alokasi waktu membacai yang kurang menyebabkan siswa kurang
memahami arti penting kegiatan membaca sehingga menyebabkan tidak optimalnya
pencapaian prestasi belajar bahasa Indonesia.
3. Kegiatan belajar bahasa Indonesia bagi
siswa perlu lebih menekankan pada latihan kebiasaan membaca siswa yang memadai.
Kegiatan belajar mengajar di kelas harus lebih menekankan pada keterampilan
teknis siswa dalam berbahasa, khususnya dalam membentuk kebiasaan membaca siswa.
4. Guru bahasa dan sastra Indonesia di
sekolah harus menempatkan posisi sebagai fasilitator yang lebih aktif dalam
membangun kebiasaan membaca siswa. Kegiatan belajar seharusnya tidak terbatas
pada orientasi teoritik semata, tetapi harus diarahkan pula pada pembentukan
sikap dan perilaku siswa dalam membaca yang positif. Dalam hal ini, guru harus
mempu menjadi ”contoh baik” dalam membentuk kebiasaan membaca siswa.
Siswa yang tidak memiliki kebiasaan membaca biasanya
hanya memiliki porsi kegiatan membaca yang kurang dari 1 jam dalam sehari.
Dengan alokasi waktu membaca yang kurang menyebabkan siswa kurang memahami arti
penting kegiatan membaca sehingga menyebabkan tidak optimalnya pencapaian
prestasi belajar bahasa Indonesia karena siswa mengalami kesulitan dalam
mengikuti materi pelajaran. Sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar, guru
perlu mengambil peran yang lebih aktif dalam membangun tradisi atau kebiasaan
membaca siswa melalui penugasan dan latihan di dalam kelas.
Kebiasaan membaca memberikan kontribusi yang positif
terhadap pencapaian prestasi belajar bahasa Indonesia sebagai cerminan adanya
penguasaan materi pelajaran yang disajikan dalam kegiatan belajar-mengajar di
kelas. Siswa yang memiliki kebiasaan membaca yang tinggi maka akan memiliki
prestasi belajar bahasa Indonesia yang baik.
Kesimpulan
Kemampuan
membaca menjadi dasar kesuksesan akademik seoarang siswa. Kebiasaan
membaca memberikan kontribusi yang positif terhadap pencapaian prestasi belajar
bahasa Indonesia sebagai cerminan adanya penguasaan materi pelajaran yang
disajikan dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas. Kegiatan membaca merupakan
hal penting yang harus ditingkatkan, karena prosentase tranfer ilmu pengetahuan
tertinggi dilakukan melalui membaca.
Ada
berbagai cara dalam meningkatkan motivasi belajar membaca siswa guna
meningkatkan prestasi belajar. Antara lain:
(1)
membangun atau memperbaiki perpustakaan sekolah
(2) tidak
memaksa anak apapun bentuknya
(3)
menggunakan model pembelajaran yang tepat
(4) menciptakan
suasana menyenangkan
Motivasi belajar yang baik akan
melahirkan proses dan hasil belajar yang baik. Semua itu tidak dapat dibangun
hanya dengan himbauan lewat kata-kata. Budaya membaca menjadi budaya guru dan
siswa kita mungkin saja. Tapi kuncinya tetap yaitu melakukannya dengan
perbuatan.
Daftar Rujukan
2012/02/pengertian-membaca.html, diakses 20 januari 2015)
D.Crow,
Lester. & Crow, Alice, 1984. Psikologi
Pendidikan. Terjemahan oleh Drs.
Z.
Kasijan.1984. Surabaya: PT Bina Ilmu
Hidayah, Aniatul, 2012. Membaca
Super Cepat. Jakarta: Laskar Aksara
Hurmali, Tarcy, 2011. Seni & Strategi Membaca Cepat.
Jogjakarta: Sophia Timur Publisar
KBBI, 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Kamus Pusat Bahasa
Nurhadi, 1987. Membaca cepat dan efektif. Malang: C.V. Sinar Baru Bandung
kemudian
diterbitkan oleh YA3
Malang
Winarto, 2012. Speed Reading. Platinum
Yasin, Sanjaya. 2011. Pengertian Prestasi Belajar Definisi Menurut Para Ahli (online) (http://pengertian prestasi belajar definisi menurut
para ahli.html, diakses 30 januari 2015)
Yunus, Syarif,
2012. Kebiasaan Membaca Berkontribusi terhadap Prestasi Belajar
Bahasa Indonesia (online) (http://Kebiasaan
Membaca Berkontribusi terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia, diakses 1
februari 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar