Sabtu, 16 Desember 2017

Pengaruh Kebiasaan membaca dalam memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas  X MA MIFTAHUL ULUM SUKOSEWU, Bojonegoro
*Bayu Ardiantoro

Abstrak
Peningkatan prestasi belajar dipengaruhi oleh minat baca dan motivasi belajar. Minat baca adalah ketertarikan kepada kegiatan membaca. Sedangkan motivasi belajar merupakan suatu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Salah satu faktor yang menentukan kesuksesan akademik anak adalah kelancaran membaca. Membaca merupakan kegiatan yang dalam pelaksanaannya tidak menguras banyak tenaga, namun sangat bermanfaat. Ketidaklancaran dalam membaca baru dianggap masalah apalagi jika sudah memasuki sekolah menengah pertama (SMP). Kemampuan membaca harus dimiliki oleh semua anak, agar mereka bisa belajar berbagai bidang ilmu. Motivasi yang baik akan melahirkan proses dan hasil belajar yang baik. Motivasi belajar pada anak memiliki fungsi: (1) mendorong manusia untuk berbuat, (2) menentukan arah perbuatan, dan (3) menyeleksi perbuatan. Motivasi berprestasi seseorang dibagi menjadi 2 tipe, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan harapan dalam diri seseorang (internal) untuk berhasil sedangkan motivasi ekstrinsik yang dipengaruhi oleh hukuman atau penghargaan dari luar (eksternal). Membaca berkaitan dengan kebiasaan. Membaca sebagai kebiasaan berarti seseorang menjadikan aktivitas membaca sebagai sesuatu yang secara rutin dilakukan setiap harinya. Kegiatan membaca yang tidak didukung kebiasaan biasanya menjadi kegiatan yang tidak memiliki manfaat. Pada mata pelajaran bahasa Indonesia, kegiatan membaca diajarkan agar siswa memiliki keterampilan yang memadai, di samping menjadi lebih mudah memahami setiap materi pelajaran yang diterimanya. Siswa yang gemar membaca tidak akan mengalami kesulitan dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Peserta didik sebagai bagian dari manusia pada umumnya harus memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar guna mencapai hasil belajar yang baik. Motivasi intrinsik yang merupakan motivasi internal perlu dipupuk pada diri anak, sedangkan faktor eksternal sebaiknya dikurangi.
Kata kunci: motivasi, membaca, prestasi belajar






Pendidikan merupakan suatu aspek atau hal yang  tidak dapat dipisahkan dari kehidupan ini. Adanya pendidikan yang bermutu, berkualitas tinggi, dan dapat dirasakan manfaatnya oleh semua lapisan masyarakat, tentunya sangat diharapkan.  Akan tetapi pada kenyataannya, pendidikan di negara kita masih banyak sekali kelemahannya. Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhinya diantaranya : kurikulum, sarana prasarana, kualitas guru, peserta didik dan yang lainnya. Hal tersebut pastinya akan menghambat terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan.
Membaca adalah aktivitas yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor yang datangnya dari dalam diri pembaca dan faktor luar. Selain itu, membaca juga dapat dikatakan sebagai jenis kemampuan yang bersifat inisiatif atau naluri yang dibawa sejak lahir. Membaca juga diartikan sebagai mengeja atau melafalkan apa yang tertulis. Membaca merupakan kegiatan melihat, mengeja atau melafalkan dari apa yang kita lihat pada suatu tulisan yang bertujuan adalah mengetahui makna dari tulisan yang kita baca sehingga kita menjadi tahu karena informasi tersebut (Hidayah, 2012:3).
Keterampilan berbahasa terkait dengan proses berfikir yang mendasari bahasa, semakin terampil seorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pikirannya. Ketrampilan membaca merupakan sebuah kertrampilan yang wajib dikuasi oleh setiap siswa, ketrampilan membaca berperan penting bagi pengembangan pengetahuan, dan dalam memahami segala materi pembelajaran yang ada. Hal ini dikarenakan persentase tertinggi dalam pengembangan ilmu pengetahuan terbanyak dilakukan melalui membaca. Soedarsono (dalam Winarto, 2012) membaca cepat adalah suatu skill yang dapat memberi banyak jalan keluar atas permasalahan manusia modern.
Kegiatan membaca pada dasarnya merupakan suatu aktivitas yang memerlukan keterampilan tersendiri (Winarto, 2012:16). Penguasaan keterampilan membaca yang memadai akan memudahkan siswa dalam menempuh jenjang yang lebih tinggi. Dalam setiap jenjang bisa dipastikan ada kompetensi yang tidak akan lepas dari keterampilan membaca. Bila siswa tidak mampu membaca serta memahami bacaan dengan baik, maka materi yang disajikan terasa berat dan efek lebih jauh adalah perasaan bosan untuk mempelajari materi-materi pembelajaran.
Sebagai salah satu komponen utama pendidikan, peranan guru sangat menentukan dalam mencapai keberhasilan proses pembelajaran. Problematika yang seringkali muncul dalam proses pembelajaran hendaknya menjadi tanggung jawab guru untuk menyelesaikanya. Guru harus mencari solusi atau pemecahan masalah, agar keberlangsungan proses pembelajaran yang dilakukan berjalan secara optimal. Guru harus memiliki komitmen yang kuat dalam melaksanakan pendidikan secara holistik yang berpusat pada potensi dan kebutuhan peserta didik. Proses pembelajaran yang selama ini berlangsung harus mampu menjembatani kegairahan belajar siswa agar dihasilkan suasana pembelajaran yang kondusif, sehingga tercapai tujuan pembelajaran.”.
Dalam Proses belajar setiap siswa harus mempunyai suatu tujuan yang harus dicapai didalamnya, baik tujuan pendek maupun tujuan jangka penjang yang dapat membuat diri mereka mempunyai suatu perubahan yang terjadi setelah mereka mengikuti sebuah proses pendidikan yang diberikan oleh guru mereka. Seorang guru selayaknya memberkan sebuah dorongan yang harus dapat memberikan motivasi terhadap diri mereka untuk meningkatkan prestasi didalam belajar mereka.
Dorongan yang seharusnya diberikan oleh seorang guru tidak akan dapat merubah sikap/perilaku individu untuk dapat meningkatkan cara belajar mereka bilamana tidak adanya peran individu didalamnya, karena semuanya akan mempunyai suatu hubungan yang dapat memberikan satu nilai temabah dalam meningkatkan prestasi belajar.
Prestasi merupakan nilai angkah yang menunjukan kualitas keberhasilan, sudah barang tentu semua siswa berhasil mencapai dengan terlebih dahulu mengikuti evaluasi yang diselenggarakan guru atau sekolah. Untuk mencapai prestasi maka diperlukan sifat dan tingkah laku seperti: aspirasi yang tinggi, aktif mengerjakan tugas tugas-tugas, kepercayaan yang tinggi, interaksi yang baik, kesiapan belajar dan sebagainya. Sifat dan ciri-ciri yang dituntut dalam kegiatan belajar itu hanya terdapat pada individu yang mempunyai motivasi yang tinggi, sedangkan yang mempunyai motivasi yang rendah tidak ada sehingga akan menghambat kegiatan belajarnya. Jadi secara teoritis motivasi akan berhubunggan dengan prestasi belajar yang dicapai siswa.
Membaca adalah sebuah keterampilan. Membaca tentu berbeda dengan berbicara dalam kehidupan sehari-hari, tekanan dalam membaca lebih mengarah pada cara seseorang membaca dalam menghubungkan antara kata-kata tulis dengan makna bahasa lisan (Hurmali, 2011:3). Di negara-negara maju, membaca merupakan kegiatan pokok dan sangat penting, seperti halnya manusia membutuhkan makanan dan minuman. Seperti sebuah pepatah “membaca adalah jendela dunia”
Peningkatan prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah minat baca dan motivasi belajar. Minat baca adalah suatu rasa ketertarikan atau kesukaan terhadap kegiatan membaca. Dengan memiliki minat baca dalam diri, maka siswa akan bergerak hatinya untuk terus membaca. Sedangkan motivasi belajar merupakan suatu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Dimana dengan keinginan untuk berprestasi mendorong siswa untukberusaha agar tercapai hasil belajar yang optimal.
Dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi sangatlah penting, karena dengan adanya motivasi yang tinggi dari guru maupun peserta didik tujuan pembelajaran pasti akan tercapai secara optimal. motivasi secara harafiah yaitu sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. (KBBI, 2008:756).
 Dengan motivasi, diharapkan setiap pekerjaan yang dilakukan secara efektif dan efesien, sebab motivasi akan menciptakan kemauan untuk belajar secara teratur, oleh karena itu siswa harus dapat memanfaatkan setuasi dengan sebaik-baiknya. Banyak siswa yang belajar tetapi hasilnya kurang sesuai dengan yang diharapkan, sebab itu diperlukan jiwa motivasi, dengan motivasi seorang siswa akan mempunyai cara belajar dengan baik. Dengan demikian betapa besarnya peranan motivasi dalam menunjang keberhasilan belajar.

Membaca
         Kegiatan membaca membutuhkan latihan. Membaca membutuhkan kebiasaan. Tanpa banyak latihan atau membiasakan membaca, maka setiap orang bisa diyakini tidak memiliki kemampuan membaca yang baik pula. Membaca telah mendapat perhatian dan porsi yang khusus dalam kegiatan belajar. Siswa yang kesulitan membaca tidak sedikit dan hal ini akan berkonsekuensi terhadap sulitnya dalam memahami materi pelajaran. Siswa tidak terampil dalam kegiatan membaca dan seringkali tidak mampu mencapai prestasi belajar yang diharapkan. Begitu besarnya peran membaca dalam belajar menyebabkan guru di sekolah dalam jenjang apapun sering memberi penilaian berdasarkan kemampuan membaca yang dimiliki siswa.
            Siswa yang gemar membaca tidak akan mengalami kesulitan yang berarti dalam mengikuti materi pelajaran. Namun sebaliknya, siswa tidak memiliki kebiasaan dalam membaca akan menyebabkan siswa tersebut merasa sulit dalam memahami materi pelajaran. Oleh karena itu, kegiatan membaca bagi siswa pada dasarnya tidak dapat dipandang dengan sebelah mata. Semua pihak dalam dunia pendidikan memiliki kepentingan yang besar terhadap peningkatan kemampuan membaca siswa.
         Membaca dapat menjadi faktor penting dalam memahami setiap perkembangan yang terjadi dalam kehidupan, di samping menjadi tolok ukur keberhasilan dalam belajar. Dengan membaca, siswa dapat lebih mudah memahami setiap materi pelajaran. Siswa yang terampil dan memiliki kebiasaan membaca yang baik biasanya memiliki pengetahuan yang lebih luas. Sebaliknya, siswa yang kurang terampil dan jarang membaca akan sempit pengetahuannya. Sebagian besar siswa, kebiasaan membaca masih tergolong rendah. Tidak sedikit siswa melakukan aktivitas membaca hanya terbatas pada saat menjelang ulangan atau ujian. Membaca dalam kondisi tersebut terkesan dipaksakan karena takut gagal dalam ulangan atau ujian.
         Dengan banyak membaca, siswa akan dapat mengetahui peristiwa masa lampau, masa kini, dan mampu meramalkan peristiwa yang akan terjadi kemudian. Siswa yang memiliki kebiasaan membaca mampu menggunakan waktu untuk kegiatan membaca. Kegemaran terhadap bacaan menjadikan waktu sangat berharga nilainya. Tuntutan akan kebutuhan informasi yang terus berkembang dari waktu ke waktu sebenarnya dapat difasilitasi melalui kegiatan membaca. Namun kenyataan ini menjadi berbeda apabila kebiasaan membaca di kalangan siswa rendah.
         Kebiasaan membaca yang baik merupakan kunci keberhasilan semua pelajaran di sekolah. Membaca bukanlah sekadar aktivitas melihat huruf. Membaca merupakan usaha individu yang peka terhadap kebutuhan informasi dan perkembangan ilmu. Kegiatan membaca merupakan aktivitas yang melibatkan fisik, pikiran, dan emosi. Oleh karena itu, kebiasaan membaca di kalangan siswa menjadi sangat diperlukan dalam aktivitas belajar. Peran siswa dalam membangun kebiasaan membaca sangat diperlukan. Siswa dituntut memiliki kesadaran dalam kegiatan membaca.
         Kebiasaan membaca dalam diri siswa harus senantiasa digalakkan. Dengan kebiasaan membaca yang baik, maka aspek keterampilan berbahasa yang lain juga akan menjadi lebih mudah dilakukan, baik dalam bentuk menulis, berbicara, maupun menyimak. Salah satu dampak langsung dari kegiatan membaca adalah prestasi belajara bahasa Indonesia yang memadai. Kebiasaan membaca memberikan pengaruh besar terhadap pencapaian prestasi belajar siswa dalam mengikuti pelajaran.
         Oleh karena itu, guru memiliki kontribusi yang besar dalam pencapaian prestasi belajar siswa di kelas. Prestasi belajar bahasa Indonesia yang diperoleh siswa menjadi cermin kemudahan siswa dalam memahami materi pelajaran yang diberikan yang berbasis kebiasaan membaca. Kemudahan tersebut bersumber dari proses belajar yang tidak hanya mengandalkan aktivitas belajar formal di kelas, tetapi didukung oleh kebiasaan membaca yang melekat dalam diri siswa.
Membaca merupakan salah satu komponen dari sistem komunikasi, yaitu interaksisecara tertulis antara pembaca dengan penulis. Kemampuan itu harus dimiliki oleh semuaanak, agar anak dapat belajar berbagai bidang ilmu. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar membaca pada siswa sekolah dasar. Berikut adalah beberapa tingkatan dalam membaca:

1)      Tingkat Elementer
            Membaca adalah belajar tanpa guru (Winarto, 2012:47). Membaca tingkat dasar diperoleh pada tahun-tahun pertama disekolah, yakni ketika keterampilan membaca dasar diajarkan, pada tingkatan ini disebut Elementer. Pada tingkat ini pertanyaan yang di ajukan pada pembaca adalah , “Apa yang dikatakan oleh kalimat itu?” Pertanyaan ini bisa sulit sekali. Namun di sini kita hanya menilai dari arti yang paling sederhana.
            Hampir semua pembaca ini tentunya sudah mempelajari keterampilan dasar. Akan tetapi kita akan terus menghadapi masalah pada tingkat membaca ini, misalnya apabila kita ingin membaca sesuatu yang di tulis dalam bahasa asing yang tidak kita kuasai dengan baik. Usaha kita yang pertama haruslah mengenali atau menemukan arti kata yang sebenarnya. Kemudian setelah kita mengenali kata itu masing-masing, barulah kita dapat mulai memahaminya sebagai sebuah kalimat.
2)      Tingkat Inspeksional
            Membaca Inspeksional adalah yang bertujuan untuk menemukan sebanyak mungkin tentang sebuah bacaan dalam jangka waktu tertentu biasanya jangka waktu yang relatif singkat, dan selalu merupakan jangka waktu yang sangat pendek untuk menemukan semuannya yang terkandung di dalam tulisan itu (Winarto, 2012:48). Maka dari itu tingkat kedua ini lebih berkaitan dengan waktu.
            Sasaran membaca pada tingkat ini, adalah meneliti sifat-sifat umum tulisan itu, mempelajari apa saja yang dapat diajarkan oleh sifat-sifat tersebut. Pertanyaan yang sering diajukan pada tingkat ini ialah: “mengenai apakah tulisan itu?” dan “Apakah bagian-bagiannya?”.
3)      Tingkat Analitis
            Membaca analitis adalah membaca yang sangat aktif. Pada tingkat ini, pembaca berupaya sampai ia banar-benar dapat memahami isi tulisan itu. Membaca tingkat ketiga ini jarang diperlukan bila sasaran membacanya adalah sekadar mendapat informasi atau kesenangan. Membaca tingkat analitis ini adalah untuk mendapatkan pemahaman.
            Jika membaca inspeksional adalah membaca yang paling baik dan paling lengkap yang mungkin dalam waktu yang terbatas, maka membaca analitis adalah membaca yang paling baik dan paling lengkap dalam jumlah waktu yang tidak terbatas (Winarto, 2012:49).


4)      Tingkat Sintopikal
            Membaca sintopikal (perbandingan) merupakan tingkat yang paling aktif dan paling berat semua tingkat membaca. Di dalam tingkat ini pembaca tidak hanya membaca satu buah buku, melainkan banyak buku, dan munyusun buku-buku itu menurut hubungan antara yang satu dengan yang lain, berdasarkan suatu subjek tertentu, sampai ia memahami betul-betul subjek itu (Winarto, 20112:49).
Membaca berkaitan dengan kebiasaan. Membaca sebagai kebiasaan berarti seseorang menjadikan aktivitas membaca sebagai sesuatu yang secara rutin dilakukan setiap harinya. Kegiatan membaca yang tidak didukung kebiasaan biasanya menjadi kegiatan yang tidak memiliki manfaat. Pada mata pelajaran bahasa Indonesia, kegiatan membaca diajarkan agar siswa memiliki keterampilan yang memadai, di samping menjadi lebih mudah memahami setiap materi pelajaran yang diterimanya. Siswa yang gemar membaca tidak akan mengalami kesulitan dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas.
         Salah satu implikasi dari kebiasaan membaca adalah perolehan prestasi belajar bahasa Indonesia yang lebih optimal. Prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh faktor penting dalam kegiatan belajar yaitu diantaranya kebiasaan membaca siswa. Prestasi belajar siswa yang baik seharusnya lahir dari kebiasaan membaca yang memadai. Namun sebaliknya pula, prestasi belajar bahasa Indonesia yang buruk menjadi cermin buruknya kebiasaan membaca yang melekat dalam diri siswa. Apakah prestasi belajar bahasa Indonesia berkaitan dengan kebiasaan membaca siswa?
         Prestasi belajar bahasa Indonesia dapat dilihat melalui hasil evaluasi belajar yang diterima siswa sebagai gambaran tingkat pemahaman dan penguasaan siswa saat menerima pelajaran bahasa Indoensia. Prestasi belajar tidak hanya menunjukkan adanya perubahan tingkah laku sisw dalam berbahasa, tetapi tercermin melalui hasil belajar yang diperoleh siswa. Prestasi belajar menjadi refleksi kemampuan kognitif siswa dalam memahami materi pelajaran bahasa Indonesia. Untuk itu, masalah yang diajukan dalam tulisan ini adalah: ”Seberapa besar kebiasaan membaca siswa memberi kontribusi terhadap prestasi belajar bahasa Indonesia?”
Kebiasaan Membaca
          Hampir seluruh aktivitas kehidupan sehari-hari juga tidak luput dari kegiatan membaca. Surat kabar, majalah, tabloid, dan buku merupakan media yang dapat disimak melalui kegiatan membaca. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang kompleks dan rumit. Membaca melibatkan banyak komponen, ada tiga komponen dalam membaca, yaitu: a) pengenalan terhadap aksara, 2) korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik formal, dan 3) hubungan lanjutan dari aksara dan unsur linguistik formal dengan makna.
          Kegiatan membaca merupakan keterampilan yang bersifat komprehensif. Kegiatan membaca setidaknya membutuhkan keterampilan yang bersifat mekanis dan yang bersifat pemahaman. Membaca merupakan keterampilan yang kompleks, dengan melibatkan keterampilan yang bersifat mekanis seperti: pengenalan huruf, kata, kalimat, ejaan serta bunyi dan keterampilan yang bersifat pemahaman seperti pemahaman kata, gramatika, retorika, makna, dan kecepatan membaca.
          Kebiasaan membaca dalam diri seseorang sangat menentukan kecenderungan perilaku seseorang terhadap bahan bacaan. Kebiasaan mennetukan terbentuknya dorongan dan perilaku dalam kegiatan membaca. Semakin sering seseorang melakukan kegiatan membaca, maka semakin banyak pula informasi atau pesan yang diperolehnya. Tarigan (1992 : 22) dalam (http://abdullohalkuff.blogspot.com/2012/02/pengertian-membaca.html) menyatakan bahwa membaca adalah suatu kegiatan yang dilakukan pembaca untuk memperoleh pesan melalui media bahasa atau kata-kata yang disampaikan penulis yang didukung oleh kebiasaan membaca.
          Tanpa kebiasaan membaca yang baik, maka seseorang akan mengalami kesulitan dalam kegiatan membaca. Apalagi membaca merupakan aktivitas yang melibatkan pikiran dan nalar. Membaca merupakan proses untuk mempersepsi bahasa yang bersifat tulisan. Untuk memperoleh pemahaman yang optimal dalam kegiatan membaca maka diperlukan perangkat mental yang memadai untuk mencapai tujuan kegiatan membaca, termasuk kebiasaan membaca.

Motivasi Belajar
Motivasi sangat penting dalam belajar. Setiap individu mempunyai kebutuhan dan keinginan. Individu dilahirkan dengan dorongan-dorongan potensial yang tertentu atau desakan-desakan yang diusahakan menyatakannya. Bermacam-macam tingkah laku yang akah membawa seseorang pada sebuah kepuasan  tidak terlepas dari pengaruh lingkungan dan pengalaman. Dorongan-dorongan yang dibentuk oleh pengalaman-pengalaman yang mengarahkan seseorang untuk berbuat dan bertindak kemudian menjadi motivasi dari sikap, perhatian dan aktivitas, D.Crow  & Alice Crow (1984:358). Setiap kebutuhan dan keinginan perlu memperoleh pemenuhan, sedangkan dorongan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan itu sediri merupakan motivasi.
          Motivasi belajar bahasa Indonesia adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk melakukan belajar bahasa Indonesia dengan gairah tinggi, merasa senang dan penuh semangat. Pada umunya siswa kurang tertarik terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia karena materi dan bahan ajar yang dipelajari kurang menarik dan dianggap tidak penting. Untuk mengatasi hal itu maka dalam pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan adanya motivasi belajar. Selain adanya motivasi belajar masih banyak factor lain yang dapat mempengaruhi pembejalaran bahasa Indonesia antara lain: intelegensi, perhatian, minat, bakat, kematangan, kesiapan dan sebagainya
Motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik memiliki tiga fungsi, yaitu: (1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak yang melepaskan energi, (2) menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dan (3) menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan dengan serasiguna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Motivasi belajar yang baik akan melahirkan proses dan hasil belajar yang baik.
Motivasi berprestasi seseorang apakah di sekolah, tempat kerja atau di tempat manapun dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu motivasi intrinsik yang merupakan harapan dalam diri (internal) untuk berhasil dan melakukan sesuatu untuk diri sendiri. Dan motivasi ekstrinsik yang dipengaruhi oleh penghargaan atau hukuman dari luar diri (eksternal). Contoh dari keduamotivasi ini, misalnya seorang mahasiswa bekerja keras karena keberhasilan dalam pendidikan itu penting maka yang berperan pada dirinya adalah motivasi intrinsik. Tetapikalau ia bekerja keras karena kelak supaya mendapatkan gaji yang tinggi begitu selesai kuliah maka yang berperan adalah motivasi ekstrinsik.
Sebenarnya, apabila guru dan siswa mau membiasakan diri untuk membaca, maka lamban laun akan tertanam dalam diri mereka suatu keadaan dan perasaan ingin tahu yangdapat menumbuhkan minat untuk selalu membaca. Mereka akan dapat merasakan kenikmatan membaca, sehingga pada akhirnya kecanduan.
Berbagai upaya lain dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan seperti orang tua, sekolah, dinas pendidikan atau pihak-pihak lain yang peduli dengan peningkatan motivasi membaca di sekolah. Pertama, untuk menumbuhkan minat baca pada anak seharusnya dimulai sejak masa usia prasekolah, dan berlanjut di taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Dengan mengenalkan buku sejak dini, siswa telah dilatih untuk mengenal dan akhirnya dapat mencintai buku. Kedua, menyadarkan siswa dengan kampanye yang menarik bahwa bahan bacaan merupakan sumber pengetahuan, informasi dan hiburan yang mempunyai karakter unik dan dapat dinikmati dengan cara yang berbeda dengan tontonan televise. Ketiga, menyediakan suasana yang mendorong terbentuknya budaya membaca di sekolah. Hal ini misalnya dilakukan dengan membangun atau memperbaiki perpustakaan-perpustakaan sekolah yang telah ada. Perpustakaan-perpustakaan sekolah kita saat ini pada umumnya mirip gudang yang berisi lemari-lemari atau rak-rak buku yang dipenuhi dengan buku-buku berdebu. Tanpa pustakawan profesional yang memahami seluk-beluk perbukuan dan tata pengaturan perpustakaan yang baik. Hal ini mempengaruhi efektivitas belajar siswa, khususnya sumber belajar yang dimiliki di rumah. Kurangnya sumber belajar tersebut akan mempengaruhi minat baca siswa. Sumber belajar yang sering digunakan adalah buku paket dan buku pelengkap. Sumber belajar yang ada dirumah terkadang kurang memadahi serta kurang lengkapnya sumber-sumber belajar seperti majalah dan surat kabar. Selain itu minat siswa untuk membaca masih sangat rendah. Di sekolah siswa jarang mengunjungi perpustakaan untuk membaca mereka lebih suka mengobrol atau bermain. Metode pengajaran di sekolah juga dirasakan masih kurang untuk memotivasi siswa aktif membaca atau mencari buku di perpustakaan.
Salah satu fungsi perpustakaan sebagai sumber belajar yaitu menyediakan bahan pustaka yang sesuai dengan kurikulum dan mampu meningkatkan minat baca bagi para siswa, mengembangkan daya ekspresi, mengembangkan kecakapan berbahasa, mengembangkan gaya pikir yang rasional dan kritis. Dengan adanya perpustakaan di sekolah guru dapat membimbing siswanya untuk aktif membaca di perpustakaan.
Kebanyakan siswa yang aktif membaca pengetahuannya akan bertambah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat, menggerakkan penulisan buku-buku oleh penulis daerah sendiri. Penulisan buku-buku dari daerah sendiri di sini maksudnya adalah sekolah, dinas pendidikan, pemerintah daerah mapun sponsor yang peduli dan dapat memfasilitasi atau bahkan mengakomodasi penulisan dan penerbitan buku yang ditulis oleh siswa atau guru yang memiliki interest dan kemampuan dalam bidang tulis-menulis. Sudah menjadi rahasia umum,budaya menulis berhubungan erat dengan budaya membaca. Kita dapat pula berlogika, bila diperpustakaan sekolah terpajang buku karya orang-orang yang dikenal baik seperti guru mereka, kakak kelas, atau bahkan adik kelas mereka pasti siswa akan tergerak hati membacanya. Bahkan, bukan tidak mungkin mereka akan melangkah ke budaya menulis yangmerupakan budaya tingkat lanjut setelah terbentuk budaya membaca.
Semua itu tidak dapat dibangun hanya dengan himbauan lewat kata-kata. Budaya membaca menjadi budaya guru dan siswa kita mungkin saja. Tapi kuncinya tetap yaitu melakukannya dengan perbuatan.
Prestasi Belajar
          Prestasi belajar dapat dikatakan sebagai tolok ukur keberhasilan proses belajar mengajar. Belajar sebagai proses harus berorientasi pada pencapaian prestasi belajar siswa pada semua mata pelajaran. Kemudian batasan prestasi belajar adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukankan belajar. Dalam konteks pembelajaran, ada beberapa tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Salah satu tolok ukur yang digunakan adalah prestasi belajar yang mengacu pada pencapaian taksonomi pendidikan yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
          Sudjana (1990:23) (dalam http://pengertian prestasi belajar definisi menurut para ahli.html) menyatakan bahwa pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar siswa merujuk pada pencapaian aspek-aspek yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotorik. Prestasi belajar dalam implementasinya dapat mencakup aspek pengetahuan atau pemahaman, aspek keterampilan, aspek nilai dan aspek sikap.
          Purwanto (1984:3) (dalam http://pebiasaan Membaca Berkontribusi terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia.htm) menegaskan bahwa prestasi belajar merupakan penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedikitnya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk lebih memahami hasil belajar, yang terdiri dari: 1) prestasi belajar merupakan proses yang sistematis, yaitu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara berkesinambungan, 2) prestasi belajar memerlukan berbagai informasi atau data yang menyangkut objek yang dievaluasi, seperti minat, perilaku, hasil ulangan atau tugas, nilai ujian akhir, dan 3) prestasi belajar tidak dapat dilepaskan dari tujuan-tujuan pengajaran yang hendak dicapai.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
          Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain, faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
1. Faktor Intern
          Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
a. Kecerdasan/intelegensi
          Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Ada kalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Bakat
          Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
c. Minat
          Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
d. Motivasi
          Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.

2. Faktor Ekstern
          Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu.

a. Keadaan Keluarga
          Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
          Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
b. Keadaan Sekolah
          Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.

c. Lingkungan Masyarakat
          Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula. Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
Hubungan Antara Kebiasaan Membaca Dengan Prestasi Belajar
          Untuk dapat mencapai prestasi belajar yang optimal dalam kegiatan belajar mengajar, siswa maupun guru harus memahami berbagai faktor yang dapat menghambat pencapain prestasi belajar. Setiap siswa pada dasarnya berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik (academic performa) yang memuaskan. Di sisi lain, setiap siswa memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang mencolok antarsiswa. Dengan demikian, prestasi belajar bahasa Indonesia dapat dinyatakan sebagai hasil yang dicapai yang mencakup apa yang dilakukan dan dikerjakan siswa dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia. Prestasi belajar dapat menjadi bahan laporan bagi guru kepada siswa tentang pencapaian tujuan program belajar-mengajar di kelas.
          Dalam pengamatan dan survey dalam kegiatan belajar bahasa Indonesia tampaknya kebiasaan membaca memberikan kontribusi terhadap pencapaian prestasi belajar bahasa Indonesia yang diperoleh siswa. Sekalipun bersifat tidak signifikan, kebiasaan membaca dapat dikatakan menjadi faktor penting dalam meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa, khususnya siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Siswa yang memiliki kebiasaan membaca baik maka akan semakin baik pula prestasi belajara bahasa Indonesia yang diperolehnya.
          Kebiasaan membaca memiliki peran yang penting dalam menentukan prestasi belajar bahasa Indonesia. Tanpa kebiasaan membaca yang baik, maka diyakini bahwa prestasi belajar bahasa Indonesia siswa pun menjadi kurang baik. Adanya kontribusi kebiasaan membaca terhadap prestasi belajar bahasa Indonesia menunjukkan bahwa kebiasaan membca menjadi unsur yang harus ditingkatkan dalam proses kegiatan belajar-mengajar di kelas.
          Adanya kontribusi kebiasaan membeca terhadap prestasi belajar bahasa Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Kebiasaan membaca dapat menjadi indikasi dalam kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia di sekolah agar lebih menekankan pada pembelajaran yang bersifat keterampilan siswa. Membaca dan prestasi belajar bahasa Indonesia memiliki relevandi yang kuat dalam meningkatkan perilaku dan keterampilan teknis siswa dalam kegiatan berbahasa. Siswa yang memiliki kebiasaan membaca relatif tidak terlalu kesulitan dalam menerima materi pelajaran bahasa Indonesia.
2.      Siswa yang tidak memiliki kebiasaan membaca biasanya memiliki porsi kegiatan membaca yang kurang dari 1 jam dalam sehari. Dengan alokasi waktu membacai yang kurang menyebabkan siswa kurang memahami arti penting kegiatan membaca sehingga menyebabkan tidak optimalnya pencapaian prestasi belajar bahasa Indonesia.
3.      Kegiatan belajar bahasa Indonesia bagi siswa perlu lebih menekankan pada latihan kebiasaan membaca siswa yang memadai. Kegiatan belajar mengajar di kelas harus lebih menekankan pada keterampilan teknis siswa dalam berbahasa, khususnya dalam membentuk kebiasaan membaca siswa.
4.      Guru bahasa dan sastra Indonesia di sekolah harus menempatkan posisi sebagai fasilitator yang lebih aktif dalam membangun kebiasaan membaca siswa. Kegiatan belajar seharusnya tidak terbatas pada orientasi teoritik semata, tetapi harus diarahkan pula pada pembentukan sikap dan perilaku siswa dalam membaca yang positif. Dalam hal ini, guru harus mempu menjadi ”contoh baik” dalam membentuk kebiasaan membaca siswa.
Siswa yang tidak memiliki kebiasaan membaca biasanya hanya memiliki porsi kegiatan membaca yang kurang dari 1 jam dalam sehari. Dengan alokasi waktu membaca yang kurang menyebabkan siswa kurang memahami arti penting kegiatan membaca sehingga menyebabkan tidak optimalnya pencapaian prestasi belajar bahasa Indonesia karena siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti materi pelajaran. Sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar, guru perlu mengambil peran yang lebih aktif dalam membangun tradisi atau kebiasaan membaca siswa melalui penugasan dan latihan di dalam kelas.
Kebiasaan membaca memberikan kontribusi yang positif terhadap pencapaian prestasi belajar bahasa Indonesia sebagai cerminan adanya penguasaan materi pelajaran yang disajikan dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas. Siswa yang memiliki kebiasaan membaca yang tinggi maka akan memiliki prestasi belajar bahasa Indonesia yang baik.

Kesimpulan
Kemampuan membaca menjadi dasar kesuksesan akademik seoarang siswa. Kebiasaan membaca memberikan kontribusi yang positif terhadap pencapaian prestasi belajar bahasa Indonesia sebagai cerminan adanya penguasaan materi pelajaran yang disajikan dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas. Kegiatan membaca merupakan hal penting yang harus ditingkatkan, karena prosentase tranfer ilmu pengetahuan tertinggi dilakukan melalui membaca.
Ada berbagai cara dalam meningkatkan motivasi belajar membaca siswa guna meningkatkan prestasi belajar. Antara lain:
(1) membangun atau memperbaiki perpustakaan sekolah
(2) tidak memaksa anak apapun bentuknya
(3) menggunakan model pembelajaran yang tepat
(4) menciptakan suasana menyenangkan
Motivasi belajar yang baik akan melahirkan proses dan hasil belajar yang baik. Semua itu tidak dapat dibangun hanya dengan himbauan lewat kata-kata. Budaya membaca menjadi budaya guru dan siswa kita mungkin saja. Tapi kuncinya tetap yaitu melakukannya dengan perbuatan.




Daftar Rujukan

Abdullohalkuff. 2012. Pengertian Membaca (online)  (http://abdullohalkuff.blogspot.com/
2012/02/pengertian-membaca.html, diakses 20 januari 2015)
D.Crow, Lester. & Crow, Alice, 1984. Psikologi Pendidikan. Terjemahan oleh Drs.
Z. Kasijan.1984. Surabaya: PT Bina Ilmu
Hidayah, Aniatul, 2012. Membaca Super Cepat. Jakarta: Laskar Aksara
Hurmali, Tarcy, 2011. Seni & Strategi Membaca Cepat. Jogjakarta: Sophia Timur Publisar
KBBI, 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Kamus Pusat Bahasa
Nurhadi, 1987. Membaca cepat dan efektif.  Malang: C.V. Sinar Baru Bandung
kemudian diterbitkan oleh YA3 Malang
Winarto, 2012. Speed Reading. Platinum

Yasin, Sanjaya. 2011. Pengertian Prestasi Belajar Definisi Menurut Para Ahli (online) (http://pengertian prestasi belajar definisi menurut para ahli.html, diakses 30 januari 2015)

 Yunus, Syarif, 2012. Kebiasaan Membaca Berkontribusi terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia (online) (http://Kebiasaan Membaca Berkontribusi terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia, diakses 1 februari 2015)


*Bayu Ardiantoro
Mahasiswa Pascasarjana
Universitas Islam Malang
(2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tes Formatif Bahasa Indonesia Kelas VIII

Soal teks LHO kelas VIII Klik link bawah ini untuk mengerjakan soal. https://forms.gle/8ZCj6n3udrjJqv8A8