KaLuNg VanESSa
PART 3-End
Hpku tiba-tiba bergetar, segera ku menepi, ternyata sms
dari ibu kos ku yang memintaku untuk membelikan martabak untuk anaknya yang
sedang sakit. Ibu kos ku memang tinggal tak jauh dari tempat kosku, kadang-kadang
memang sering meminta bantuan anak-anak kosnya jika dia butuh sesuatu seperti
yang akan ku lakukan sekarang. Aku paham betul dimana harus membeli martabak,
disebuah rumah makan yang cukup bagus yang berada disekitar alun-alun kota dan
aku harus memutar sedikit jauh untuk kesana. Saat aku keluar setelah membeli
martabak, tiba-tiba Ana sudah berdiri disampingku. Ternyata Ana sudah sering
kesini, karena harus segara pulang aku pun tak bisa bicara banyak dengannya,
“mungkin suatu saat kamu bisa memberiku sesuatu” ucap Ana dengan senyumnya yang
manis sebelum akhirnya aku bergegas pulang. Sesampainya dikos aku mulai memikirkan
maksud Ana tadi, aku harus memberinya “sesuatu” tapi apa? Mungkin sebentar lagi
dia akan ulang tahun, pikirku mulai kesana-kemari karena dibuat binggung oleh
kata-kata itu, terlebih hal-hal aneh yang akhir-akhir ini sering menimpaku dan
juga sosok Ana yang misterius, yang setiap saat tiba-tiba muncul lalu
menghilang dengan cepatnya. Semua itu memenuhi otak ini hingga tak ada hal lain
yang bisa ku pikirkan. Ah..aku baru ingat..!! kalung perempuan itu, saat
kecelakaan itu, apa mungkin ada hubungannya dengan yang ku alami akhir-akhir
ini. Segera ku bangkit dan mencari kalung itu, dengan cekatan ku acak-acak
seluruh lemari, tas, hingga kolom lemari pun ku susuri dengan tangan ini.
Namun kalung tersebut tetap saja tak ku temukan, sampai
pada akhirnya ku sandarkan punggung ini dilemari yang terbuka sebelah pintunya
itu, aku terduduk lelah memandang kesekeliling kamar ini. Tiba-tiba sebuah
benda jatuh disampingku, sebuah kotak kecil berwarna coklat. Aku baru ingat
dulu menaruh kalung tersebut dalam kotak kecil, dan tepat disamping kotak itu
jatuh, sebuah kartu yang dulu pernah diberikan oleh Ana yang mana dalam kartu
tersebut tertuliskan no.8263772. Mungkin kartu ini jatuh saat aku mengacak-ngacak lemari tadi,
tapi bagaimana benda ini bisa jatuh dan tepat bersebelahan seperti ini, apa
mungkin semua ini ada hubungannya.
Ku pandangi dua benda itu, lampu kamarku
pun tiba-tiba redup dan terang, udara dingin seketika memenuhi ruang kamar ini.
Sampai pada akhirnya lampu pun padam, lalu kemudian menyala lagi dan sesaat setelah
menyala tepat dimana kotak tadi jatuh telah duduk sosok seorang perempuan,
sosok perempuan itu mirip dengan yang ada dalam mimpi ku beberapa waktu yang
lalu. Segera ku berlari menuju pintu, ku tarik dengan sekuat tenaga dan
berteriak memangil orang-orang dikamar lain berharap ada yang menolongku. Sosok
tersebut kemudian bangkit dengan langkah tertatih menuju kearahku, aku pun tak
bisa kemana-mana, aku terjebak disudut kamar ini dengan tubuh yang mulai kaku
menatap sosok perempuan itu. Lampu kamar ini pun menjadi redup terang saling barganti,
sosok tersebut mengangkat tangan kirinya seperti ingin mencengkramku, dimana
jari-jari kukunya yang runcing serta darah disana-sini, aku sudah tak lagi bisa
merasakan anggota tubuhku, sosok perempuan itu semakin dekat, semakin dekat,
dekat dan.
“Aaaaaaarrrhhhhhhh....!!!!!" aku
terbangun, dengan nafas yang masih terengah-engah serta keringat disana-sini, kenapa
sosok perempuan itu hadir lagi dalam mimpiku, pikirku penuh tanya. Jam
menunjukan pukul 7 pagi, ku lihat sekeliling kamarku betapa kagetnya aku,
ternyata kamarku jadi berantakan, lemaripun juga terbuka sebelah pintunya.
Semua persis seperti yang ada dalam mimpiku, kemudian ku arahkan mata ini
melihat kebawah lemari dan benar saja disana terdapat sebuah kotak kecil
berwarna coklat yang disampingnya ada kartu pemberian Ana. Apa yang sebenarnya
terjadi? Logika pun sudah tak lagi bisa menjawab pertanyaanku. Segera ku ambil
kotak dan kartu itu, ku keluarkan kalung yang bertuliskan VANESSA itu dan ku
sandingkan dengan kartu pemberian Ana, terlihat kalung tersebut masih ada bekas
darah yang telah kering. Aku dulu memang lupa untuk mencucinya, karena setelah
ku temukan kalung itu langsung ku masukan kotak kecil dan baru ku buka sekarang.
Ku pandangi kedua benda itu serta
berfikir tentang misteri dan hal-hal aneh yang ku alami.
Sampai
akhirnya aku menemukan hal aneh, nomer yang ada pada kartu yang diberikan oleh
Ana jumlahnya sama dengan jumlah kata pada nama VANESSA, yaitu 7 digit, nomer
yang tertulis pada kartu tersebut 8263772. Yang mana pada angka 8, 3 dan 77 terlihat lebih tebal dari
angka 2, 6 dan 2 ini pasti ada artinya, aku terus berfikir berusaha memecahkan
misteri ini. Sampai akhirnya suara hp membuyarkan pikiranku, ternyata sms dari
Tony, saat aku akan membalas smsnya aku melihat angka-angka yang ada pada
keypad Hp ku. Disitulah akhirnya aku menemukan petunjuk baru, pada tombol angka
8 disitu terdapat huruf (T,U,V). V
menjadi huruf pertama pada kata VANESSA dan 8 menjadi angka pertama yang ada
pada kartu pemberian Ana, dan begitu pula dengan huruf kedua A yang mana di keypad Hp pada tombol no
2.
Akhirnya
aku paham, (8)V, (2)A, (6)N, (3)E, (7)S, (7)S, (2)A, yang berarti VANESSA. Lalu apa artinya
nama Ana? Mungkin itu sebuah nama panggilan? Tp tunggu dulu, kulihat kalung itu
yang mana bekas darahnya hanya menempel pada huruf A.N dan A hal ini juga
hampir sama dengan penulisan pada angka 2,6 dan 2 yang tidak terlalu tebal
dibandingkan dengan angka 8, 3, dan 77.yang terlihat lebih tebal. Akhirnya
semua ini mulai jelas, tapi apakah sebuah kebetulan? Kalau ini bukan kebetulan
berarti Ana adalah..?? Tak mungkin pasti hanya kebetulan, pikirku masih tak
percaya. Mungkin yang dimaksud “sesuatu” oleh Ana pada malam itu adalah kalung
ini, terlebih lagi Ana selalu muncul dan menghilang dengan cepatnya. Kepala ini
begitu pusing, aku merasa semua ini seperti tak masuk akal, lalu apa yang harus
ku lakukan. Memang salahku, aku dulu punya keinginan untuk mengembalikan kalung
ini pada pemiliknya namun belum ku lakukan, mungkin sekaranglah harus ku tepati
kata-kata itu.
Aku
tak tahu apa yang harus ku lakukan, aku
pun hanya duduk sambil memandangi kalung itu, perasaan sedih serta binggung
seakan menghujani diriku. Aku mulai ingat sesuatu, malam itu Ana bilang kalau
dia sudah sering kerumah makan yang sekaligus menjual martabak itu, berarti
para peyanan disana setidaknya pasti mengenal Ana, aku mungkin bisa mendapat
informasi disana. Aku pun segera menuju rumah makan yang ada didekat alun-alun
kota. Ternyata rumah makan itu baru buka, masih begitu sepi, aku menuju
keseorang kasir dan bertanya, petugas kasir tersebut seperti pernah melihat
ciri-ciri perempuan yang ku jelaskan, tapi dia tak pernah mengenal perempuan
yang bernama Ana. Sampai akhirnya sang pemilik rumah makan datang menghampiri
ku, setelah ku jelaskan semuanya pemilik rumah makan itu mengajak ku kesebuah
ruangan dibelakang rumah makan dan betapa kagetnya aku saat melihat ada
beberapa foto perempuan yang mana perempuan tersebut mirip dengan Ana, difoto
tersebut tertuliskan sebuah nama yang membuatku semakin tak percaya, difoto
tersebut tertuliskan Agelica Vanessa H. Dalam foto itu seorang perempuan cantik
duduk dan kalung bertuliskan VANESSA melingkar dilehernya. Itulah jawaban
mengapa dulu saat aku pertama kali bertemu Ana dipameran buku seperti pernah
melihatnya, ternyata Ana adalah VANESSA mungkin karena kecelakaan waktu itu yang
membuat wajah Vanessa yang sebagian berlumuran darah sehingga aku tak bisa
menginggatnya dengan jelas.
Pemilik
rumah makan itu ternyata adalah paman Vanessa, pria itu pun tampak meneteskan
air mata ketika aku menceritakan kejadian saat kecelakaan itu serta
kejadian-kejadian yang ku alami selama ini. Vanessa ternyata meninggal dalam
perjalanan menuju rumah sakit, dan kalung yang ku temukan itu adalah hadiah
dari ibunya sewaktu dia masih berumur 19 tahun, ibunya ternyata meninggal setahun
kemudian dan perempuan yang ikut kecelakaan waktu itu adalah istri dari orang
kini sedang duduk disampingku, istri dari paman Vanessa. Keluarga Vanessa waktu
itu sedang dalam perjalan pulang setelah menghadiri acara dirumah salah satu
saudara, paman Vanessa tidak ikut karena sedang sibuk dengan pekerjaannya dan
akhirnya istrinya lah yang ikut.
Kalung
ini merupakan sesuatu yang sangat dijaga oleh Vanessa, dia tidak pernah
melepasnya, benda tersebut sama berharganya dengan nyawanya, kata pria itu
sembil memandangi kalung yang ku tunjukan padanya. Kemudian pria itu mengajak ku
kemakam Vanessa dan istrinya, disana aku berdoa untuknya, ku letakan kalung
diatas makannya serta disampingnya ku taruh bunga mawar putih yang sebelumnya ku
beli waktu dijalan tadi, “Vanessa sangat suka mawar putih”, kata paman itu.
Aku dan paman Vanessa akhirnya pulang,
namun saat beberapa langkah aku sempat menoleh kebelakang, betapa kagetnya aku
saat melihat kalung dan bunga yang ku letakan tadi sudah hilang, “kini sesuatu
yang kamu cari telah kembali padamu, sekarang kamu bisa beristirahat dengan
tenang dan kamu benar Ana, aku sebenarnya juga suka novel” kataku sambil tersenyum
kearah makam Vanessa.
SELESAI.....