Tangisan
Perempuan Saat Kemping
Malam itu begitu dingin, saat suara angin semakin
mendesir, saat bulan mulai tegak bersinar. Aku duduk sendiri sembari memandangi
ombak dan merasakan sunyinya pantai ini. Entah kenapa malam ini perasaan ku
menjadi tidak karuan, segala hal yang seharusnya bisa ku lupakan malah
membayangi fikiranku. Api ini lama-lama mulai redup, satu-satunya sumber cahaya
dan penghangatku, aku iri dengan mereka, ya teman-temanku yang sedang tidur
dengan nikmatnya. Sesaat pandanganku tertuju kearah tenda putri, terlihat
sebuah cahaya dari dalam tenda itu, sepertinya ada seseorang yang belum tidur.
“eh..ngapaen diluar malem-malem gini? Nggak tidur?”
ucap seorang perempuan cantik bernama Sinta keluar dari dalam tenda itu.
“aku nggak bisa tidur, tuh gara-gara suara ngoroknya Doni” hahaha..!!! jawabku dengan godaan.
“Lha kmu sendiri kenapa gak tidur”..!! lanjutku.
“aku juga nggak bisa tidur, ne kan malem terakhir kita kemping, yaa aku pengen menikmatinya ja”..!!! ucap Sinta sambil duduk merapat disampingku.
“aku nggak bisa tidur, tuh gara-gara suara ngoroknya Doni” hahaha..!!! jawabku dengan godaan.
“Lha kmu sendiri kenapa gak tidur”..!! lanjutku.
“aku juga nggak bisa tidur, ne kan malem terakhir kita kemping, yaa aku pengen menikmatinya ja”..!!! ucap Sinta sambil duduk merapat disampingku.
Tak heran banyak
laki-laki dikampus yang mengemis cinta Sinta, wajahnya yang cantik tampak binar
oleh cahaya api ini. Sinta memang pernah menjadi pacarku kala kita masih
semester 2 dulu, meskipun hanya berjalan setahun dengannya. Salahku memang
karena dulu telah menyia-nyiakannya, sekarang sudah 2 tahun sejak aku putus
dengan Sinta dan kitapun sudah melupakan segala kenangan itu.
Kita pun ngobrol
sana-sini dan saling mentertawakan hal-hal yang pernah kita alami. Karena udara
semakin dingin, aku menyuruh Sinta masuk kembali ketenda, dia pun paham apa
maksudku. Akhinya aku sendiri lagi “pikirku dengan nada lesu”. Kaki ini
lama-lama semakin gatal untuk tidak bergerak, berbekal senter aku
berjalan-jalan dipingiran pantai menikmati segala suasana yang ada. Meskipun
sinar bulan tak cukup terang tapi keindahan pantai ini cukup terlihat, namun
juga tak bisa ku pungkiri aura mistis disini sangat terasa, bahkan dibalik
keindahan pantai ini beberapa cerita seram kerap menggangu wistawan yang ingin
berlibur kesini.
Malam ini sepertinya
berbeda dengan malam pertama kemarin, entah apa yang membuat beda aku pun juga
tak tahu, hanya perasaan aneh yang kerap kali muncul. Aku terus berjalan sambil
memandangi sekitar, sesekali aku melempar bebatuan kelaut. Sampai pada akhirnya
aku mendengar suara tangisan perempuan, sama-samar memang suara itu. Ku
pastikan telinga ini tak salah dengar, ku langkahkan kaki ini mencari tau asal
suara itu, semakin jelas suara itu kemudian akhirnya aku berhenti karena asal
suara itu ternyata dari balik pohon yang ada dipingiran hutan.
Hawa dingin semakin
kencang menerpa tubuh ini, jaket yang ku pakai ternyata tak cukup untuk
melindungiku. Aku mulai berfikir tentang tindakan yang akan ku lakukan serta
akibatnya, aku tau suara itu pasti bukan suara manusia, aneh jika ada perempuan
malem-malem seperti ini berada ditempat seperti itu. Aku takut tapi aku juga
penasaran, akhirnya aku memberanikan diri untuk mencari tau suara itu, jantung
ini semakin dipompa dengan kerasnya dengan langkah sedikit gemetar perlahan ku
dekati pohon besar itu. Suara tangisan itu semakin keras, tangan ku gemetar
hebat saat akan menyingkap ranting dan dedaunan pohon-pohon itu, suara tangisan
itu tiba-tiba berhenti dan dengan cepat ku singkap ranting dan dedaunan pohon
itu. Kemudian “wwwuuuuuuusssssssshhhhh” hembusan angin cukup kencang menerpaku
hingga aku terjatuh kebelakang, aku segera bangkit dan ku arahkan senterku
kesana-sini mencari tau apa yang sebenarnya terjadi, karena ketakuatan akhirnya
aku berlari meninggalkan tempat itu namun baru beberpa langkah aku terjatuh
kembali karena kaki ku tersangkut akar pepohonan, aku bangkit dan berlari
sempoyongan menuju tenda.
Karena kehabisan nafas
aku pun berhenti, berlari dipasir memang tak semudah berlari ditanah, tubuhku
menjadi panas, jantung ini berdebar-debar dan keringat disana-sani. Aku
berjalan menuju tenda yang memang sudah dekat, kaki ini begitu lemas jika harus
ku pakasakan untuk berlari. Ternyata Sinta sedang duduk didekat perapian tepat
dimana kita tadi ngobrol, aku membersihakan jaket serta mengusap keringat yang
membasahi wajahku karena aku tak ingin Sinta curiga. Ku atur nafas ini, sebelum
menyapanya.
“Lho kok diluar lagi Sin”?? “nggak dingin apa”?!
Tanyaku sambil berjalan menghampirinya.
Namun Sinta hanya diam
saja dan kepalanya menunduk, aku tak bisa dengan jelas melihat wajahnya karena
apinya sudah sangat kecil serta dia juga mengenakan krudung kepala yang ada
pada jaketnya. Kemudian aku duduk merapat disampingnya.
“Kok diem aja Sin”?? “kamu marah ya sama aku”??
tanya ku dengan nada heran.
“sorry deh kalau aku punya salah”..!!! lanjutku penuh rayu.
“sorry deh kalau aku punya salah”..!!! lanjutku penuh rayu.
Sinta masih tetap saja
diam bergerakpun juga tidak, perasaanku mulai terasa aneh, sampai pada akhirnya
suara tangisan perempuan itu terdengar kembali tapi kali ini suara itu begitu
keras dan jelas. Aku segera bangkit dari duduk ku mulai memandang kesana-kemari
mencari tau sumber suara dan sesaat jantungku kembali berdetak kencang
mendengarnya. “Sin kamu denger nggak suara perempuan nanggis, kayaknya dari
arah sana” kata ku sambil menunjuk asal suara itu. Namun tiba-tiba suara itu
berhenti, aku masih berusaha memperhatikan arah suara tadi dan mengarahkan
senterku kesekeliling. “nggak usah takut Sin, suaranya sudah nggak aaad”..!!!
belum sempat ku lanjutkan kata-kataku, betapa terkejutnya aku mendengar suara
tangisan perempuan tadi seperti berada tepat dibelakangku. Tubuh ini menjadi
tegang dan kaku, nafasku pun sontak mulai tak teratur. “Sin jangan bercanda
deh, nggak lucu tau”..!!! kata ku dengan posisi masih berdiri membelakangi
Sinta. Namun suara tangisan perempuan itu masih tetap saja terdengar, ku ambil
nafas dalam-dalam secara perlahan ku gerakan kepalaku melihat kebelakang dan
ternyata Sinta sudah berubah menjadi sosok perempuan berambut panjang dan
berbaju putih dengan bercak-bercak darah disana-sini serta kepalanya tertunduk
sambil menanggis. Badanku gemetar tak karuan, mataku terbelalak melihat sosok
itu “Kkkkuukkuukuunntii”..!!! Seketika semua manjadi gelap.
Saat aku bangun, aku
sudah berada dirumah warga serta ku lihat ekpresi teman-temanku yang terlihat
khawtir dan dalam pikiran mereka pasti timbul berbagai pertanyaan tentang apa
yang sebanarya terjadi. Kepalaku terasa berat, serta tubuh ini yang masih
lemas, sedikit-sedikit aku mulai ingat kejadian semalam. Akhirnya aku menjelaskan
apa yang aku alami, teman-temanku semua kaget, karena mereka tadi malam memang
tak mendengar suara apapun bahkan Sinta juga terlihat seperti tak percaya jika
sosok perempuan itu menyamar menjadi dirinya. Akhirnya pagi itu juga kita
memutuskan untuk segera pulang, padahal rencana awal kita akan pulang pada sore
harinya. Ternyata cerita-cerita mistis seputar pantai ini memang benar adanya
karena aku telah mengalaminya sendiri dan semenjak itu aku dan teman-temanku
tak pernah lagi kepantai itu.
Maaf jika ada salah kata atau penulisan yang kurang
sistematis.
Cerita ini berdasarkan pengalaman temen saya yang kira-kira terjadi sekitar tahun 2008. Terimakasih.......
https://www.facebook.com/bay.toro?ref=tn_tnmn (Numpang promosi,,hehehhe *modus*) :D
Cerita ini berdasarkan pengalaman temen saya yang kira-kira terjadi sekitar tahun 2008. Terimakasih.......
https://www.facebook.com/bay.toro?ref=tn_tnmn (Numpang promosi,,hehehhe *modus*) :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar