Kamis, 05 Februari 2015

Cerita Misteri

KALUNG VANESSA (PART 2)

Hari ini disebuah Mall mengadakan pameran buku serta diskon yang cukup untuk menarik keinginanku untuk melihatnya dan berharap aku bisa menemukan bahan untuk refrensi skripsi ku dengan harga yang murah. Blok demi blok ku lewati, namun apa yang ku cari masih tak ku temukan sampai pada akhinya aku berhenti disebuah blok buku, disampingku tiba-tiba telah berdiri seorang perempuan. Mata ini tak berani untuk melihatnya langsung, hanya lirik demi lirik untuk memperhatikannya. Perempuan berjaket biru dan rambut hitam panjang semakin mengusik keinginanku untuk mengenalnya.
“Hey..!!!!” suka novel juga ya”. Sebuah suara yang diucapkan oleh perepuan itu sembari tersenyum kecil kearahku.
“Ngak terlalu kok, Cuma lihat-lihat aja”..!!! Jawabku sembil kulihat perempuan itu, ternyata dia begitu cantik. Kenapa aku seperti pernah melihatnya, tapi dimana, kapan.
“Lho, kok malah bengong sih Mas”..!!! “ahh..iya maaf”..!!! “kayaknya pernah ketemu kamu deh, tapi dimana yah..”..!!! Kataku sembari terus memperhatikan wajahnya.
“Masa sih Mas”..!!? dimana?? “Tapi emang banyak sih yang bilang begitu jika ketemu aku”.!! Jawab perempuan itu sambil sedikit tertawa, aku cukup kaget mendengar kata-katanya.
“He..ngapaen disni”..!!! “ngomong-ngomong ngak jelas lagi”..!!! Seorang laki-laki datang sambil menepuk pundak ku. “Eh..!!!! “kamu Ton, sialan ngagetin aja”..!!! Kata ku sambil memperlihatkan ekpresi ku yang kaget. “Sorry,,sorry..!!! hehehe... Jawabnya dengan muka menghibur.“Eh..kamu lagi ngomong sama siapa”?? “Ini sama”...!!!! Belum sempat ku lanjutkan kata-kataku, betapa kagetnya saat ku lihat perempuan yang tadi disampingku sudah lenyap entah kemana.
“Sama siapa”..??!!! Tanya Tony penuh penasaran.
“Loh..kemana perginya ya.!!! “tadi disni ada perempuan cantik banget” jawabku dengan penuh yakin. “Makanya jangan banyakan baca novel, ngayal aja kerjaan kmu”..!!! “waktu aku nyamperin kamu juga aku lihat kamu sendiri dari tadi”..!!! “Beneran, suwer deh tadi aku lagi ngomong sama perempuan, iya,,disini tadi”.!!
“ah..udahlah gak usah dipikirin, nyari makan yuk..!! laper ne”..Kata Tony melangkah keluar sambil menarik ku untuk mengikutinya. Tony memang berkerja di Mall ini, tapi dia berkerja sebagai apa, aku pun tak tau karena dia memang tak pernah mau terbuka jika ditanya tentang pekerjaannya. Sesaat aku sempat menoleh kebelakang ku pastikan tempat ku berdiri dengan perempuan tadi, aku yakin dengan apa yang barusan ku alami, aku sadar tadi aku bebicara dengan seorang perempuan jika dia pergi kenapa bisa secepat itu. Hal itulah yang terus membayangiku setiap menjelang tidur, bahkan untuk beberapa malam berikutnya.
Hari ini sepertinya akan cerah, awan dengan putihnya beriringan membentuk pola-pola yang indah. Minggu pagi kali ini aku memiliki janji dengan temanku, seperti yang pernah ku janjikan dulu dengan seorang bernama Eva, aku akan mengantarkannya mengambil leptop yang diservis ditoko yang berada ditengah kota. Sesampainya disana ternyata kita harus menunggu 1 jam lagi karena leptop yang diservis masih belum sampai, kerusakannya terlalu sulit untuk ditangani ditoko tersebut sehingga harus dikirim keServis Center dari toko itu. Sedikit kecawa saat ku lihat raut muka Eva, namun memang tak ada pilihan lain lagi selain menunggu.
Hari ini sepertinya akan cerah, awan dengan putihnya beriringan membentuk pola-pola yang indah. Minggu pagi kali ini aku memiliki janji dengan temanku, seperti yang pernah ku janjikan dulu dengan seorang bernama Eva, aku akan mengantarkannya mengambil leptop yang diservis ditoko yang berada ditengah kota. Sesampainya disana ternyata kita harus menunggu 1 jam lagi karena leptop yang diservis masih belum sampai, kerusakannya terlalu sulit untuk ditangani ditoko tersebut sehingga harus dikirim keServis Center dari toko itu. Sedikit kecawa saat ku lihat raut muka Eva, namun memang tak ada pilihan lain lagi selain menunggu.
            Karena mulai jenuh harus menunggu aku mulai memainkan Hpku, ku lihat nama-nama yang ada dikotak, ingin sekali ku menghubungi seseorang. Namun sialnya ternyata pulsaku habis, Eva lebih suka menunggu ditoko itu dari pada harus ikut denganku keliling untuk mencari penjual pulsa. Ruko demi ruko, kios demi kios ku lewati ternyata tetap tak ada yang menjual pulsa, ku langkahkan kaki ini mencari lebih jauh lagi berharap menemukan kios penjual pulsa. Tak lama kemudian aku menemukan kios penjual pulsa, segera ku masuki kios tersebut, saat aku dalam perjalanan kembali menuju tempat Eva aku bertabrakan dengan seorang perempuan yang tiba-tiba muncul dari pintu sebuah rumah makan. Salahku memang berjalan sambil memainkan Hp. Ternyata dia perempuan yang ada dipemeran buku waktu itu, kita akhirnya berkenalan dan ngobrol kesana-kemari. Perempuan cantik itu bernama ANA, dia sama seperti ku saat ini dia juga sedang disibukan oleh skripsinya.
        Aku sampai lupa dengan Eva karena keasyikan ngobrol dengan Ana, sampai Eva mengirim sms yang menyuruhku untuk segera kembali, aku pun berpamitan dengan Ana tapi sebelum ku langkahkan kaki ini Ana memberiku sebuah kartu. Dalam kartu tersebut tertuliskan no 8263772, dia bilang jika ingin menghubunginya bisa dari no itu. Tanpa pikir panjang kartu tersebut langsung ku masukan saku dan segera kembali ketempat Eva. Saat beberapa langkah aku menoleh kebelakang, betapa terkejutnya saat ku lihat ternyata Ana sudah lenyap seperti debu yang tertiup angin, dalam pikirku mungkin dia sudah naik angkot atau taksi, karena memang angkutan umum terlihat berlalu lalang.
        Kamar ini lama-lama mulai terasa gerah, entah pikiranku yang membuatnya atau memang ada sesuatu yang lain, aku pun tak tau. Akhirnya aku duduk diteras depan menikmati udara yang lebih segar, malam ini sedikit sepi tukang bakso dan somay pun tak nampak suaranya. Tiba-tiba aku mempunyai keinginan untuk menghubungi Ana, langsung ku cari kartu yang tadi diberikan olehnya dan kembali duduk diteras depan. Ku perhatikan kartu itu, sedikit aneh memang, untuk ukuran telp rumah nomer itu seperti kurang banyak bahkan untuk nomer telp kantor juga bukan, terus ini nomer apa? Ditambah lagi pada angka 8,3 dan 77 terlihat lebih tebal dari pada angka lainya. Ah, mungkin waktu dibuat dulu salah dalam penulisannya, pikirku sedikit acuh.
Tangan kananku mulai berotak-atik dengan Hp ku, satu-persatu nomer sudah ku masukan dan siap untuk ku telp. Sedikit ragu tangan ini untuk melanjutkan keinginanku itu, akhirnya ku beranikan diri untuk menghubunginya. Setelah beberapa detik kemudian terdengar nada tunggu, tapi setelah itu suaranya berganti dengan suara bising mirip deru angin. Akhirnya ku matikan telpon ku, mungkin aku dikerjai oleh Ana, pikirku kecewa.
         Suatu malam dalam perjalanan pulang kerja, saat melintasi perkebunan tebu dari arah berlawanan aku melihat seorang pengendara motor jatuh, karena menghindari lubang yang ada dijalan. Jalan ini selain sepi juga penerangannya sangat buruk, lampu jalannya pun hanya beberapa yang menyala, ditambah lagi diruas jalan terdapat beberapa lubang yang jika tak hati-hati bisa jadi bahaya. Aku segera menghentikan laju motorku, ku hampiri orang itu, seorang pria yang mungkin berumur 35 tahunan. Setelah semua dirasa baik-baik saja, aku pun kembali menaiki motorku dan ingin segera pulang namun sesaat sebelum ku jalankan motor ini pria tadi berkata padaku.
“Mas temennya tadi kemana?? Masa ditinggal”..!!! tanya pria tadi
“Temen.!! Siapa Pak?? Jawab ku dengan heran
“iya,,temennya tadi yang dibonceng. Kan tadi Masnya bonceng perempuan”..!!! kata pria itu dengan yakin.
“Salah lihat mungkin Bapak”..!!! yaa udah Pak saya mau lanjut, takut kemaleman”. Jawabku sambari melajukan gas motorku.
Kata-kata tadi terus mengisi otak ku selama perjalanan pulang, rasa aneh serta serta bingung mulai hadir disana-sini. Siapa perempuan yang dimaksudkan pria tadi, padahal dari tempat kerja aku tak pernah membonceng siapapun, mungkin bapak tadi jatuh bukan karena menghindari lubang dijalan tapi karena mabuk, pikirku sedikit gusar.

Bersambung...... 

Seminar PBSI


MENGIDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR NASKAH DRAMA DENGAN METODE GAMBAR POHON PADA SISWA KELAS VIII


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Pada proses pembelajaran, kegiatan siswa belajar dan guru mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Artinya bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik dan guru sebagai pendidik (Endang T.S: 2012).
Gagne dan Briggs (1979:3). Mengartikan instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Dalam pembelajaran yang terpenting adalah memahami, memahami disini berarti mengerti akan segala sesuatu yang telah di ajarkan.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tidak maksimalnya hasil pembelajaran, diantaranya adalah jumlah siswa yang melebihi target rombongan belajar (rombel) dalam satu kelas, latar belakang siswa yang bervariasi, peran guru yang kurang aktif, serta pemilihan media dan metode pembelajaran yang kurang tepat sehingga menyebabkan siswa menjadi pasif bahkan tidak mengerti dengan materi yang diterimanya.
            Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mengunakan metode Gambar Pohon dalam mengidentifikasi unsur-unsur naskah drama pada siswa kelas VIII, yang diharapkan dapat menciptakan suanan belajar yang lebih menyenangkan sekaligus meningkatkan kreatifitas siswa.

B. Rumusan Masalah
  • Kurangnya pemahan siswa kelas VIII akan unsur-unsur dalam naskah drama dan apa pengertiannya.
  • Bagaimana penerapan metode ranting pohon dalam meningkatkan pemahan siswa kelas VIII dalam mengidentifikasi unsur-unsur naskah drama.
C. Tujuan
  • Untuk meningkatkan pahaman siswa kelas VIII akan unsur-unsur naskah drama
  • Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membedakan unsur-unsur naskah drama yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik
  • Untuk mengetahui tingkat ketercapain pembelajaran dengan metode ranting pohon dan proses penerapannya



BAB II
PEMBAAHASAN

A. Definisi Drama

Drama adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani yang berarti "aksi", "perbuatan". Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan atau televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera.Di Indonesia, pertunjukan sejenis drama mempunyai istilah yang bermacam-macam. Seperti: Wayang orang, ketoprak, ludruk (di Jawa Tengah dan Jawa Timur), lenong (Betawi),randai (minang), reog (Jawa Barat), rangda (Bali) dan sebagainya.
Sebuah karya sastra yang bercerita terbagi atas dua; tutur dan tulis. Jika cerita-cerita prosa seperti legenda dan dongeng lahir dari sastra tutur kemudian dituliskan, drama adalah kebalikannya, yakni dituliskan dahulu, beru kemudian dituturkan/diperankan. Drama dipertontonkan guna mencapai estetik implementasi. Artinya, ia harus diawali dari tulisan, kemudian diceritakan melalui penggunaan medium seni yang disebut dengan panggung. Cerita drama yang sudah dipanggungkan disebut dengan teater.
Oleh karena itu, pembicaraan drama kerap dikaitkan dengan teater. Tak ayal, terkadang orang menyebut drama sebagai teater dan sebaliknya, teater dikatakan dengan drama. Sejatinya, kedua hal ini tetap berbeda.

B. Pengertian Naskah  Drama
Menuru KBBI naskah adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan yang belum diterbitkan. Menurut Imam Suryono Drama adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa yunani). Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon. Menurut Sendarasik naskah drama merupakan bahan dasar sebuah pementasan dan belum sempurna betuknya apabila belum dipentaskan. Naskah drama juga sebagai ungkapan pernyataan penulis (play wright) yang berisi nilai-nilai pengalaman umum juga merupakan ide dasar bagi actor.
Berdasarkan pengertian diatas naskah drama dapat diartikan suatu karangan atau cerita yang berupa tindakan atau perbuatan yang masih berbentuk teks atau tulisan yang belum duterbitkan (pentaskan).

C. Unsur Pembangun Drama
1.Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri (Nurgiyantoro, 2002). Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah drama adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah drana berwujud. Atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah naskah drama. Unsur yang dimaksud untuk menyebut sebagian saja, misalnya: 1) tema; 2) plot atau alur ; 3) tokoh cerita dan perwatakan; 4) dialog; 5) konflik; dan 6)latar.
1) Tema
Tema adalah ide yang mendasari cerita sehingga berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya  Tema dikembangkan dan ditulis pengarang dengan bahasa yang indah sehingga menghasilkan karya sastra atau drama. Tema merupakan ide pusat atau pikiran pusat, arti dan tujuan cerita, pokok pikiran dalam karya sastra, gagasan sentral yang menjadi dasar cerita dan dapat menjadi sumber konflik-konflik.
Jika dikaitkan dengan dunia pengarang, tema adalah pokok pikiran didalam dunia pengarang. Setiap karya sastra (fiksi) telah mengandung atau menawarkan tema. Tema mengikat pengembangan cerita. Tema juga sebagai premis artinya rumusan inti sari yang merupakan landasan untuk menentukan tujuan dan arah cerita. Menurut Nurgiyantoro (1995), tema dibagi dua, yaitu tema mayor ( tema pokok cerita yang menjadi dasar karya sastra itu) dan tema minor (tema tambahan yang menguatkan tema mayor).

2) Alur/ plot
Alur/plot yaitu jalan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konfelik antara daua tokoh yang berlawanan. Unsur-unsur plot ini meliputi hal-hal berikut :
a. Exposition atau pelukisaan awal cerita 
Dalam tahap ini pembaca diperkenalkan dengan tokoh-tokoh drama dengan watak masing-masing. Pembaca mulai mendapat gambaran tentang lakon yang dibaca.
b. Komplikasi atau pertingkaan awal
Dalam tahap ini pembaca mulai mendapatkan gambaran pertikaian atau konflik yang baru muncul
c. Klimaks atau puncak cerita
Pada tahap ini konflik sudah mencapai titik puncak atau pengawaatan dalam cerita.
d. Resolusi atau penyelesaian atau falling action
Dalam tahap ini konflik mulai mereda atau menurun
e. Denoument atau keputusan
Tahap ini pembaca mendapatkan sebuah penyelisaan dari konflik-konflik yang terjadi disebuah cerita yang menjadi akhir sebuah cerita.

3)   Tokoh cerita dan perwatakan
Tokoh cerita adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh cerita dapat berupa manusia, binatang, makhluk lain seperti malaikat, dewi-dewi, bidadari, setan atau iblis, jin, setan, sikuman, roh, dan benda-benda yang diinsankan. Tokoh dalam karya sastra memiliki perwatakan. Adanya watak yang berbeda-beda menyebabkan timbulnya peristiwa atau konflik yang membuat cerita semakin menarik. Berdasarkan segi peran atau tingkat pentingnya tokoh dalam suatu cerita dibedakan menjadi dua bagian. Yaitu central character (tokoh utama) dan peripheral character (tokoh tambahan). Ada dua macam tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penderitaannya dalam suatu karya sastra (drama).
Ada tiga kriteria untuk menentukan tokoh utama, yaitu :
  1. Mencari tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh lain.
  2. Mencari tokoh yang paling banyak membutuhkan waktu penceritaan
  3. Melihat intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa yang membangun cerita (tema)
Berdasarkan fungsinya dalam drama, tokoh cerita ada empat macam, yaitu tokoh protagonis, antagonis, tritagonis, dan peran pembantu. Ada pula pendapat lain, bahwa ada tiga macam tokoh cerita, yaitu tokoh utama, tokoh pendamping, dan tokoh tambahan. Berdasarkan wataknya, tokoh cerita dibedakan menjadi dau jenis, yaitu flat character (tidak mengalami perubahan) dan round character (mengalami perubahan).

4) Setting/Latar
Latar merupakan unsur struktural yang sangat penting. Latar di dalam lakon atau crita drama harus mendukung para tokoh cerita dan tindakannya. Pengarang tentu membuat latar membuat latar yang tepat demi keberj\hasilan dan keindahan struktur drama. Penggunaan latar yang berhasil juga menentukan keberhasilan suatu karya drama. Penyaji latar yang tepat dapat menciptakan warna kedaerahan yang kuat sehingga dapat menghidupkan carita. Latar adalah lingkungan tempat berlangsungnya peristiwa yang dapat dilihat, termasuk di dalamnya aspek waktu, iklim, dan periode sejarah. Latar mendukung dan menguatkan tindakan tokoh-tokoh cerita. Latar memberikan pijakan cerita dan kesan realistis kepada pembaca untuk menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 1995).
Fungsi latar yaitu:
1.    menggambarkan situasi
2.    proyeksi keadaan batin para tokoh cerita
3.    menjadi metafor keadaan emosional dan spiritual tokoh cerita
4.    menciptakan suasana
Unsur-unsur latar yaitu:
  1. letak geografis
  2. kedudukan / pekerjaan sehari-hari tokoh cerita
  3. waktu terjadinya peristiwa
  4. lingkungan tokoh cerita
Aspek latar berdasarkan fungsinya mencakup:
  1. tempat terjadinya peristiwa
  2. lingkungan kehidupan
  3. sistem kehidupan
  4. alat-alat atau benda-benda
  5. waktu terjadinya peristiwa
Setting atau tempat kejadian cerita sering pula disebut latar cerita. Setting biasanya meliputi tiga deminsi yaitu : tempat, ruang, dan waktu.
Setting tempat tidak berdiri sendiri berhubungan dengan waktu dan ruang misalnya, tempat dijawa, tahun berapa, diluar rumah.
Setting waktu juga berarti apakah lakon terjadi diwaktu siang, pagi, sore, atau malam hari.

5) Amanat
Menurut Akhmad Saliman (1996 : 67) amanat adalah segala sesuatu yang ingin disampaikan pengarang, yang ingin ditanakannya secara tidak langsung ke dalam benak para penonton dramanya.
Harimurti Kridalaksana (183) berpendapat amanat merupakan keseluruhan makna konsep, makna wacana, isi konsep, makna wacana, dan perasaan yang hendak disampaikan untuk dimengerti dan diterima orang lain yang digagas atau ditujunya.
Amanat di dalam drama ada yang langsung tersurat, tetapi pada umumnya sengaja disembunyikan secara tersirat oleh penulis naskah drama yang bersangkutan. Hanya pentonton yang profesional aja yang mampu menemukan amanat implisit tersebut.

2. Unsur ekstrinsik
Menurut  Tjahyono (1985), unsur ekstrinsik karya sastra adalah hal-hal yang berada di luar struktur karya sastra, namun amat mempengaruhi karya sastra tersebut. Misalnya faktor-faktor sosial politik saat karya tersebut diciptakan, faktor ekonomi, faktor latar belakang kehidupan pengarang, dan sebagainya. Mengutip pernyataan Wellek dan Warren, Tjahyono menjelaskan pengkajian terhadap unsur ekstrinsik karya sastra mencakup empat hal. Salah satunya adalah mengkaji hubungan sastra dengan aspek-aspek politik, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan. Bahwa situasi sosial politik ataupun realita budaya tertentu akan sangat berpengaruh terhadap karya sastra tersebut.
Unsur yang membangun karya sastra berdasarkan pendekatan struktural meliputi unsur intrinsik dan ekstrinsik. Pembahasan kali ini akan dikhususkan pada unsur ekstrinsik karya sastra, khususnya prosa.
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara lebih spesifik dapat dikatakan bahwa unsur ekstrinsik berperan sebagai unsur yang mempengaruhi bagun sebuah cerita. Oleh karena itu, unsur esktrinsik karya sastra harus tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting.
Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik pun terdiri atas beberapa unsur. Menurut Wellek & Warren (1956), bagian yang termasuk unsur ekstrinsik tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya itu mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya.
b.      Keadaan psikologis, baik psikologis pengarang, psikologis pembaca, maupun penerapan prinsip psikologis dalam karya.
c.       Keadaan lingkungan pengarang, seperti ekonomi, sosial, dan politik.
d.      Pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni, agama, dan sebagainya.
e.       Latar belakang kehidupan pengarang sebagai bagian dari unsur ekstrinsik sangat mempengaruhi karya sastra. Misalnya, pengarang yang berlatar belakang budaya daerah tertentu, secara disadari atau tidak, akan memasukkan unsur budaya tersebut ke dalam karya sastra.
Menurut Malinowski, yang termasuk unsur budaya adalah bahasa, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian. Unsur-usnru tersebut menjadi pendukung karya sastra. Sebagai contoh, novel Siti Nurbaya sangat kental dengan budaya Minangkabau. Hal ini sesuai dengan latar belakang pengarangnya, Marah Rusli, yang berasal dari daerah Minangkabau. Begitu pula novel Upacara karya Korrie Layun Rampan yang dilatarbelakangi budaya Dayak Kalimantan karena pengarangnya berasal dari daerah Kalimantan.

Begitu pula dalam Novel Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis, kita akan menemukan unsur intrinsik berupa nilai-nilai budaya. Terutama, yang berkaitan dengan sistem mata pencaharian, sistem teknologi, religi, dan kesenian. Mata pencaharian yang ditekuni para tokoh dalam novel tersebut sebagai pencari damar dan rotan di hutan. Alat yang digunakan masih tradisional.
Selain budaya, latar belakang keagamaan atau religiusitas pengarang juga dapat memengaruhi karya sastra. Misalnya, Achdiat Kartamihardja dalam novel Atheis dan Manifesto Khalifatullah, Danarto dalam novel Kubah, atau Habiburahman El-Shirazi dalam Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih.
Latar belakang kehidupan pengarang juga menjadi penting dalam memengaruhi karya sastra. Sastrawan yang hidup di perdesaan akan selalu menggambarkan kehidupan masyarakat desa dengan segala permasalahannya. Misalnya, dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.
Dengan demikian, unsur ekstrinsik tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari bangunan karya sastra. Unsur ekatrinsik memberikan warna dan rasa terhadap karya sastra yang pada akhirnya dapat diinterpretasikan sebagai makna. Unsur-unsur ektrinsik yang mempengaruhi karya dapat juga dijadikan potret realitas objektif pada saat karya tersebut lahir. Sehingga, kita sebagai pembaca dapat memahami keadaan masyarakat dan suasana psikologis pengarang pada saat itu.

D. Metode Gambar Pohon
            Metode ranting pohon merupakan metode yang mengunakan gambar pohon dimana gambar pohon tersebut memiliki banyak ranting yang bercabang-cabang dan ranting-ranting itu diberi nomer dan pada nomer-nomer inilah yang menjadi tempat untuk menempelkan kertas yang berisi materi pembelajaran.
            Metode ini sering digunakan dalam berbagai pembelajaran, mengingaat metode ini memang mudah dalam penerapannya. Dalam metode ini siswa juga menjadi aktif dalam berkreatiftas serta menumbuhkan suasana kelas yang menyenangkan.

Bahan-bahan yang diperlukan:
  1. Kertas manila yang bergambar pohon lengkap berserta ranting dan daun-daunnya
  2. Dari gambar pohon tersebut diberi nomer sesuai dengan jumlah materi yang akan ditempel pada gambar
  3. Kertas berwarna/polosan yang berukuran 5-8 cm yang bertuliskan materi pembelajaran (banyaknya disesuaikan dengan materi) yang kemudian dilipat
  4. Double tip diletakan pada kertas yang bertuliskan materi tersebut.
E. Penerapan Metode Gambar Pohon Dalam Mengetdentifikasi Unsur-Unsur Naskah Drama
Dalam proses belajar mengajar pasti ada langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh seorang guru agar jalannya pembelajaran menjadi maksimal, berikut adalah langkah-langkah dalam pembelajaran yang mengunakan metode ranting pohon dalam mengidentifikasi unsur-unsur naskah drama.
  1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok misalnya 4-6 kelompok
  2. Setiap ketua kelompok maju kedepan untuk mengambil kertas lipatan yang didalamnya bersikan materi
  3. Guru menempelkan gambar pohon dipapan tulis yang bertuliskan unsur intrinsik dan unsur ektrinsik pada kiri-kana/bisa juga atas bawah
  4. Kemudian berdasarkan kertas yang telah diambil tadi ditempelkan pada gambar pohon yang telah diberi nomer
  5. Siswa yang lain bergantian maju untuk mengambil lipatan kertas dan melakukan hal yang sama sampai seluruh kertas habis
  6. Guru dan siswa bersama-sama merevisi ketepatan dalam mencocokan materi yang telah ditempel
  7. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan
1. Kelebihan
  • Siswa menjadi aktif dalam mengikuti pembelajaran
  • Siswa mampu memahami perbedaan dari unsur-unsur naskah drama baik unsur instrinsik maupun ekstrinsik
  • Meningkatkan kretifitas siswa
  • Pembelajaran akan lebih mudah dipahami oleh siswa
2. Kelemahan
  • Guru harus pandai dalam mengelola kelas agar siswa tidak terlalu berisik
  • Jika banyaknya materi yang harus ditempel terlalu sedikit maka siswa yang lain tidak akan mendapat kesempatan
  • Jika siswa terus-menerus salah menempelkan materi maka kertas bisa menjadi rusak




BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Drama adalah salah satu dari karya sastra memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Dalam memerankan sebuah drama sang aktor haruslah bisa memahami naskah drama yang mana hal tersebut merupakan inti dari sebuah drama, karena dalam naskah drama berisi dialog-dialog yang harus diperankan oleh sang aktor.
            Dalam naskah drama memiliki unsur-unsur yaitu unsur instrinsik (di dalam) dan ekstrinsik (di luar). Unsur intrinsik merupakan unsur yang langsung berhubungan dengan naskah drama itu sendiri, seperti tema, alur, penokohan, setting dan amanat. Sedangkah unsur ekstrinsik merupakan unsur yang dilur karya sastra itu sendiri namun tetap memberi pengaruh dalam karya sastra, unsur ekstrinsik meliputi, aspek politik, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan.
            Dalam mengidentifikasi unsur-unsur naskah drama sebenarnya banyak metode yang bisa kita gunakan, namun pada makalah ini penulis mengunakan metode gambar pohon. Yaitu metode yang mengunakan gambar pohon yang diberi nomer-nomer sebagai tempat menempelkan materi. Metode ini dapat mengkatkan pahaman tentang bagaimana cara mengidentifikasi unsur-unsur naskah drama.





Daftar Pustaka
Masnur Muslih. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,  Jakarta: Bumi Aksara.
http//id.wikipedia.org/wiki/Kartu
http://endangtoety.blogspot.com/2012/10/penggunaan-media-kartu-tempel-melalui.html
http://petrukdavid.blogspot.com/2011/03/i.html
KBBI. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga.  Jakarta: Balai Pustaka



SOSIO-PSIKOLOGI SASTRA

SOSIO-PSIKOLOGI SASTRA

Analisis Cerpen ‘’ Dilarang Mencintai Bunga-Bunga’’ dengan menggunakan analisis Psikologis Sigmund Freud


SINOPSIS CERPEN  “DILARANG MENCINTAI BUNGA-BUNGA”

Cerpen “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” mengisahkan seorang anak laki-laki bernama Buyung yang menyukai bunga, tetapi ditentang keras oleh ayahnya. Cerita dimulai dengan kepindahan keluarga Buyung dari desa ke kota. Di kota, rumahnya bersebelahan dengan sebuah rumah berpagar tembok tinggi. Dari orang-orang, Buyung mendapat kabar bahwa rumah itu dihuni oleh seorang kakek yang hidup sendiri. Karena terdorong rasa penasaran yang kuat, akhirnya ia mengintip rumah itu dengan naik ke pagar tembok melalui pohon kates di pekarangan rumahnya. Ia kaget ketika menyaksikan pemandangan halaman rumah itu yang penuh dengan banyak bunga. Namun. Ia tak berhasil melihat kakek. Ia pun bertanya pada orang-orang tentang kakek, tetapi tak satu pun yang mengetahuinya. Walaupun kawan-kawannya mengejek, ia tetap mencari informasi  tentang kakek. Sampai suatu hari, ia bisa bertemu  kakek itu secara dekat. Pada pertemuan pertama, kakek memberinya bunga yang diselipkan pada tangannya. Anehnya, ia langsung mencintai bunga itu. Ayahnya menentang dan menghancurkan bunga itu. Buyung merasa sedih.
Sejak itu, Buyung sering mengunjungi rumah kakek dan pulang membawa bunga ke rumah. Bunga itu ia simpan di kamarnya. Ayahnya marah besar melihat hal itu. Akhirnya terjadilah perang dingin antara ia dan ayah. Ia menghindari bertemu ayah. Ia lebih memilih mengurung diri di kamar sambil menatap bunga-bunga atau pergi ke rumah kakek. Ayahnya tak menyukai hal tersebut, maka disuruhlah Buyung bekerja di bengkel yang berada di halaman rumah. Praktis, seluruh waktu yang dimilikinya habis untuk sekolah, mengaji, dan bekerja. Ia hampir tak punya waktu untuk berkunjung ke rumah kakek. Ketika ada kesempatan, barulah ia dapat menemui kakek. Saat itu, ia menanyakan pekerjaan kakek. Kakek menjawab bahwa ia mencari hidup sempurna melalui bunga. Ia juga bertanya pada ayah. Ayahnya menjawab bahwa ia mencari hidup sempurna melalui bekerja. ”Engkau mesti bekerja. Sungai perlu jembatan. Tanur untuk melunakkan besi perlu didirikan. Terowongan mesti digali. Dam dibangun. Gedung didirikan. Sungai dialirkan. Tanah tandus disuburkan. Mesti. Mesti, Buyung! Lihat tanganmu!” kata ayahnya. Buyung pun menemukan jawaban bahwa kedua tangannya harus digunakan untuk bekerja. Kemudian, cerita ditutup dengan sebuah kalimat singkat, ”Bagaimanapun aku adalah anak ayah dan ibuku”.



Analisis dengan judul cerpen ‘’Dilarang Mencintai Bunga-Bunga’’ dengan menggunakan analisis Psikologis Sigmund Freud sebagai berikut:
No.
Id atau Es
Ego atau Ich
Super Ego atau Uber Ich
1.
Suara itu serak dan berat. Sebentar darahku tersirap. Aku teringat rumah tua berpagar tembok tinggi
Ia menkangkau tangan kananku, membungkuk dan tanganku diciumnya
Aku menjerit sekerasnya. Teriakan itu tersumbat ditenggorokanku. Aku meronta
2.
Aku mulai tentram duduk disampingnya. Tidak ada lagi yang harus dikhawatirkan.
Ia setia dengan memberikan keindahan. Ia lahir untuk membuat duni indah.
Dan aku tersenyum. Pikirku melambung jauh, ke sebuah dunia asing
3.
Sore hari aku pulang dengan bunga-bunga di tangan
Di atas pagar aku berdiri, mencium bunga di tangan, melambai pada kakek
Sampai pintu ayahku telah berdiri di sana. Aku sadar. Hari ini aku lupa mengaji




Pokok Materi : Cerita Rakyat

MATERI: CERITA RAKYTA

1. STANDAR KOMPETENSI :
Mendengarkan :13. Memahami cerita rakyat yang dituturkan

2. KOMPETENSI DASAR :
13.1 Menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman

3. MATERI PEMBELAJARAN
        Materi pembelajaran yang akan disampaikan meliputi:
1)      ciri-ciri cerita rakyat
2)      unsur-unsur intrinsik (tema, penokohan, latar, alur, sudut pandang)
3)      nilai-nilai (budaya, moral, agama)
4)      cara membuat sinopsis

5)      hal-hal yang menarik tentang tokoh 

Materi: Cerita Rakyat

Judul materi: Cerita Rakyat

Mata pelajaran   : Bahasa dan Sastra Indonesia
Pengampu           : Bayu Ardiantoro, S.Pd
Sekolah               : Miftakul Ulum Sitiaji
Kelas/Semester  : Kelas X / 2 (Genap)
Petunjuk             :
1.      Bacalah materi dibawah ini dengan seksama
2.      Kemudian bentuklah kelompok yang beranggotakan 4-5 orang siswa
3.      Bacalah cerita rakyat yang berjudul “BATU NONG”
4.      Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang terkait cerita rakyat
5.   Presentasikan di depan kelas hasil kerja kelompok kamu


Teks Materi
(Cerita Rakyat)


A. Pengertian

Cerita rakyat adalah cerita pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam,mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Cerita rakyat merupakan tradisi lisan yang berkembang dan hidup di kalangan masyarakatsecara turun-temurun dan diwariskan dalam kehidupan masyarakat, seperti Sangkuriang, Si Kancil, Pak Pandir,dan sebagainya. Cerita rakyat biasanya berbentuk tuturan yang berfungsi sebagai media pengungkapan perilaku tentang nilai-nilai kehidupan yang melekat di dalam kehidupan masyarakat. Dalam sastra Indonesia, cerita rakyat adalah salah satu bentuk folklor lisan.

B. Ciri-ciri cerita rakyat, yaitu :
1.      Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan dari generasi ke generasi berikutnya.
2.      Bersifat tradisional, yakni disebarkan di antara masyarakat tertentu dalam waktu yang cukup lama.
3.      Ada dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda karena cara penyebarannya secara lisan.
4.      Bersifat anonim, yaitu nama pengarangnya sudah tidak diketahui lagi.
5.      Mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama di masyarakat sebagai alat pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.
6.      Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika secara umum.
7.      Menjadi milik lisan bersama dari masyarakat tertentu.
8.      Pada umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar dan terlalu spontan.

C. Fungsi cerita rakyat, yaitu :
1.      Sebagai sistem proyeksi, yaitu sebagai alat pencermin angan-angan masyarakat.
2.      Sebagai alat pengesahan lembaga-lembaga kebudayaan.
3.      Sebagai alat pendidik anak.
4.      Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota masyarakatnya.

Cerita rakyat mengandung berbagai hal yang menyangkut hidup dan kehidupan masyarakat, misalnya mengenai sistem nilai, kepercayaan dan agama, kaidah-kaidah sosial, dan etos kerja. Nilai adalah hal-hal atau sifat-sifat yang penting dan berguna,serta digunakan dalam kehidupan bermasyarakat yang dapat pula dijadikan norma atau aturan berkehidupan.Ada beberapa nilai yang dapat ditemukan dalam cerita rakyat, yaitu:
1)      Nilai keagamaan  nilai yang berhubungan dengan perilaku memercayai adanya Tuhan, pengamalan agama, dan sebagainya.
2)      Nilai budaya nilai yang berkaitan dengan budaya masyarakat tertentu saatmenghadapi suatu masalah atau menjalankan kehidupan bermasyarakatdannilai yang mengatur manusia dalamtata cara, adat istiadat, dan tradisi.
3)      Nilai etika atau moral nilai yang mengajarkan kepada manusia bahwa terhadap orang lain harus saling menghormati, tidak menyakiti, dan sebagainya.
4)      Nilai sosial nilai yang mengatur pola hubungan antar individu dalam masyarakatdan berhubungan dengan kehidupan sosial, yakni ketika satu orang tidak dapat hidup sendiri, tetapi selalu membutuhkan kehadiran orang lain.
5)      Nilai pendidikan nilai yang mengajarkan bagaimana seseorang harus berperilaku baik, dewasa, dan bermanfaat, serta dapat membedakan yang baik dan yang buruk.

D. Beberapa contoh cerita rakyat di Indonesia:
1)      Legenda Danau Toba (Sumatera Utara)
2)      Malin Kundang (Sumatera Barat)
3)      Si Pitung (Betawi)
4)      Sangkuriang (Jawa Barat)
5)      Asal mula Banyuwangi (Jawa Timur)

E. Jenis-jenis cerita rakyat, yaitu :
1.      Dongeng  cerita rakyat dimana kejadian yang ada di dalamnya dianggap tidak benar-benar terjadi dan berfungsi untuk menghibur, serta sebagai cerita pelipur lara.
Contoh : Pak Belalang, Si Kancil, Si Lebai Malang, dan sebagainya.

2.      Legenda  cerita rakyat yang menceritakan asal mula terjadinya suatu tempat, nama tempat, peristiwa, atau keberadaan suatu daerah.
Contoh : Legenda Danau Toba, Asal Mula Kota Surabaya, dan sebagainya.

3.      Mitos/Mite  cerita rakyat dimana kejadian di dalamnya dianggap benar-benar terjadi dan dianggap suci atau sakral, serta memiliki unsur mistis. Tokoh-tokoh yang diceritakan adalah tokoh kayangan atau tokoh supranatural yang memiliki kekuatan hebat.
Contoh : Nyi Roro Kidul, Dewi Padi, dan sebagainya.

4.      Sage/Saga  cerita rakyat yang mengandung unsur sejarah.
Contoh : Ken Arok dan Ken Dedes, Asal Mula Kota Majapahit, dan sebagainya.

5.      Epos  cerita rakyat yang mengandung unsur kepahlawanan.
Contoh : Si Pitung, I La Galigo, dan sebagainya.
F. Unsur-unsur dalam Cerita Rakyat, yaitu:
  1. Unsur Intrinsik
Unsur Intrinsik ini terdiri dari :
a. Tema
Tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari jalan cerita (Drs. Rustamaji, M.Pd, Agus priantoro, S.Pd)


b. Setting/Latar
Setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita, setting ini meliputi waktu, tempat, suasana.
c. Sudut Pandang
Sudut pandang dijelaskan perry Lubback dalam bukunya The Craft Of Fiction (Lubbock, 1968).
Menurut Harry Show (1972 : 293) sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu :
  1. Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri.
  2. Pengarang mengunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati dari luar daripada terlihat di dalam cerita pengarang biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga.
  3. Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.
d. Alur / Plot
Alur / plot merupakan rangkaian peristiwa dalam cerita. Alur dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu alur maju (progresif) yaitu apabila peristwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung (Paulus Tukan, S.Pd)
e. Penokohan
Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa diketahu karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal. (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus Priantoro, S.Pd)



Bacalah cerita rakyat dibawah ini.

Batu Nong

Di Desa Lekong, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa terdapat sebuah batu besar, tinggi, bundar bagian atasnya datar. Batu itu menggantung pada tebing bukit yang tinggi dekat sungai Lekong. Dari atas batu itu orang dengan leluasa dapat melihat ke bawah. Itulah sebabnya disebut “batu nong”. Kata “nong” dalam bahasa Sumbawa berarti “melihat ke bawah dari atas”. Jika batu nong itu dilihat dari kejauhan, kedudukannya sangat genting. Kalau ada getaran sedikit saja, rasa-rasanya batu itu pasti akan runtuh. Dalam kenyataan, telah beratus-ratus tahun batu itu tetap tidak bergeming. Bagaimana batu itu bisa berada di tempat tersebut, inilah ceritanya.
Tersebutlah sebuah negeri di zaman dahulu kala. Negeri itu terkenal makmur, aman, dan damai. Tidak pernah terdengar perselisihan di antara penduduknya. Laki-laki dan perempuan kedudukannya sama, kecuali dalam satu hal, yaitu laki-laki tabu mencuci pantat anaknya yang habis buang air besar. Hal yang demikian diyakini benar oleh penduduk di situ.
Pada suatu hari terdengar berita, di negeri tetangga akan diadakan keramaian besar. Sudah barang tentu semua orang menyambut dengan gembira berita besar itu.
Tersebutlah sebuah keluarga yang mempunyai anak masih kecil. Sang istri merengek kepada suaminya untuk diizinkan pergi menonton.
“Pak, anak kita sudah besar dan tidak menyusu lagi. Sejak kawin, saya tidak pernah mendapat kesempatan nonton keramaian”.
“Maksudmu kamu ingin pergi nonton?” tanya suaminya.
“Ya,” jawab sang istri.
“Kalau anak kita nanti buang air besar bagaimana lanjut sang suami.
“Saya kan hanya sehari, nanti tunggu saja saya datang,” lanjutnya.
Singkat cerita, karena sang suami sangat sayang kepada sang istri, sang suami mengizinkan sang istri pergi. Ternyata negeri yang dituju cukup jauh. Tidak cukup sehari perjalanan. Sang istri dengan gembira larut dalam keramaian di situ. Ia lupa pada lainnya. Telah tiga hari ia pergi meninggalkan anak dan suaminya. Sementara itu sang suami tidak tahan mencium bau busuk pantat anaknya yang telah buang kotoran. Maka dicucilah pantat anaknya. Pada malam harinya, datanglah kutukan itu. Kulit sang ayah menjadi bersisik. Tangan dan kakinya mengerut, dan akhirnya berubahlah badannya menjadi seekor naga yang berkepala manusia.
Alkisah sang istri setelah puas menonton keramaian, pulanglah ia bersama teman-teman sekampungnya. Setibanya di rumah, ia terkejut dan menierit karena melihat suaminya telah berubah menjadi seekor naga. Berita itu telah menyebar di seluruh negeri.
Untuk menghindari rasa malu, suaminya berkata, “Istriku, janganlah engkau bersedih. Ini akibat perbuatan saya membasuh pantat anak kita yang habis buang air besar, karena saya sudah tidak tahan mencium bau busuknya. Seharusnya saya mengatakan “tidak” pada saat kamu minta izin, tetapi karena sayangku kepadamu saya bilang “ya”. Jadi, inilah akibatnya. Oleh karena itu, belilah kamu tempayan yang besar, masukkanlah saya ke dalamnya, dan bawalah saya ke sungai,” kata suaminya.
Mendengar kata-kata suaminya itu, sang istri pun menyesal. Namun, apa hendak dikata, nasi telah menjadi bubur. Suaminya kini telah berubah menjadi ular akibat melanggar aturan.
“Selanjutnya antarkan makanan setiap harl untuk saya,” lanjut suaminya. Demikianlah, sejak itu sang istri setiap hari mengantarkan makanan dan minuman kepada suaminya yang telah berubah menjadi ular naga. Hal yang demikian berlangsung bertahun-tahun. Sampai pada suatu hari ketika terjadi peperangan antar negeri. Seluruh desa porak-poranda. Banyak penduduk yang tewas, namun sebagian bisa melarikan diri dan mengungsi. Di antara mereka terdapat istri sang ular. Mereka berlayar dengan perahu tak tentu arah. Perahu berlayar sesuai dengan arah angin. Ketika mereka telah berhari-hari berlayar, pada suatu hari para pengungsi melihat tempayan besar mengikutinya. Ternyata tempayan itu adalah tempayan yang berisi ular. Tempayan itu mengikuti terus ke mana perahu itu pergi. Akhirnya, perahu itu berhenti di suatu tempat di muara sungai Lekong, di Sumbawa bagian barat. Anehnya, tempayan itu pun ikut berlabuh di dekat perahu mereka.
Para pengungsi kemudian membuat pemukiman di darat. Di tempat itu banyak pohom kemiri. Mereka membuat gubug-gubug sederhana sebagai tempat berlindung sementara.
Pada suatu malam, ketika juragan perahu pergi ke sungai ingin buang air besar, ia terkejut karena di tepi sungai itu terdapat sebuah batu besar yang menghalangi aliran air sungai. Setelah diamati ternyata itu adalah tempayan yang berisi ular tadi. Dari dalam tempayan terdengar suara, “Saya tidak cocok di sini, pindahkanlah saya ke tebing di bukit itu.”
Tak lama kemudian, tempayan itu terangkat ke atas dan menempel pada tebing di bukit dekat pemukiman para pengungsi tersebut. Juragan terheran-heran melihat peristiwa tersebut. Ia semakin heran ketika melihat tempayan itu kini telah berubah menjadi sebuah batu yang besar.
Pada pagi harinya, juragan menceritakan pengalamannya yang luar biasa itu. Kemudian para pengungsi itu beramai-ramai naik ke atas bukit dan berdiri di atas batu besar itu. Mereka dapat melihat ke bawah dengan leluasa. Lalu, batu itu dinamakan “batu nong”.
Desa yang mereka bangun diberi nama desa Lekong karena di situ banyak pohon kemiri. Dalam bahasa Sumbawa, buah kemiri yang sudah digoreng sangan untuk bumbu masak dinamakan lekong.
Sampai sekarang, para suami orang Lekong tidak berani mencuci pantat anaknya yang buang air besar. Di samping itu, mereka menganggap batu nong itu keramat. Sampai sekarang pun batu nong masih tetap bertengger di bukit sebelah utara desa Lekong, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa.



Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar dan tepat.
1. Jelaskan mengapa cerita rakyat disebut foklor lisan?
2. Apa perbedaan antara dogeng dan legenda? Berikan contohnya masing-masing 3.!
3. Apa fungsi dari cerita rakyat?
4. Termasuk kedalam jenis apa cerita rakyat Batu nong tersebut, berikan alasannya!
5. Nilai apa saja yang ada dalam cerita rakyat Batu Nong?
6. Tentukan unsur instrinsik yang ada dalam cerita rakyat Batu Nong!
7. Apa amanat yang bisa kamu ambil dari cerita tersebut?


Tes Formatif Bahasa Indonesia Kelas VIII

Soal teks LHO kelas VIII Klik link bawah ini untuk mengerjakan soal. https://forms.gle/8ZCj6n3udrjJqv8A8