Kamis, 05 Februari 2015

SOSIO-PSIKOLOGI SASTRA

SOSIO-PSIKOLOGI SASTRA

Analisis Cerpen ‘’ Dilarang Mencintai Bunga-Bunga’’ dengan menggunakan analisis Psikologis Sigmund Freud


SINOPSIS CERPEN  “DILARANG MENCINTAI BUNGA-BUNGA”

Cerpen “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” mengisahkan seorang anak laki-laki bernama Buyung yang menyukai bunga, tetapi ditentang keras oleh ayahnya. Cerita dimulai dengan kepindahan keluarga Buyung dari desa ke kota. Di kota, rumahnya bersebelahan dengan sebuah rumah berpagar tembok tinggi. Dari orang-orang, Buyung mendapat kabar bahwa rumah itu dihuni oleh seorang kakek yang hidup sendiri. Karena terdorong rasa penasaran yang kuat, akhirnya ia mengintip rumah itu dengan naik ke pagar tembok melalui pohon kates di pekarangan rumahnya. Ia kaget ketika menyaksikan pemandangan halaman rumah itu yang penuh dengan banyak bunga. Namun. Ia tak berhasil melihat kakek. Ia pun bertanya pada orang-orang tentang kakek, tetapi tak satu pun yang mengetahuinya. Walaupun kawan-kawannya mengejek, ia tetap mencari informasi  tentang kakek. Sampai suatu hari, ia bisa bertemu  kakek itu secara dekat. Pada pertemuan pertama, kakek memberinya bunga yang diselipkan pada tangannya. Anehnya, ia langsung mencintai bunga itu. Ayahnya menentang dan menghancurkan bunga itu. Buyung merasa sedih.
Sejak itu, Buyung sering mengunjungi rumah kakek dan pulang membawa bunga ke rumah. Bunga itu ia simpan di kamarnya. Ayahnya marah besar melihat hal itu. Akhirnya terjadilah perang dingin antara ia dan ayah. Ia menghindari bertemu ayah. Ia lebih memilih mengurung diri di kamar sambil menatap bunga-bunga atau pergi ke rumah kakek. Ayahnya tak menyukai hal tersebut, maka disuruhlah Buyung bekerja di bengkel yang berada di halaman rumah. Praktis, seluruh waktu yang dimilikinya habis untuk sekolah, mengaji, dan bekerja. Ia hampir tak punya waktu untuk berkunjung ke rumah kakek. Ketika ada kesempatan, barulah ia dapat menemui kakek. Saat itu, ia menanyakan pekerjaan kakek. Kakek menjawab bahwa ia mencari hidup sempurna melalui bunga. Ia juga bertanya pada ayah. Ayahnya menjawab bahwa ia mencari hidup sempurna melalui bekerja. ”Engkau mesti bekerja. Sungai perlu jembatan. Tanur untuk melunakkan besi perlu didirikan. Terowongan mesti digali. Dam dibangun. Gedung didirikan. Sungai dialirkan. Tanah tandus disuburkan. Mesti. Mesti, Buyung! Lihat tanganmu!” kata ayahnya. Buyung pun menemukan jawaban bahwa kedua tangannya harus digunakan untuk bekerja. Kemudian, cerita ditutup dengan sebuah kalimat singkat, ”Bagaimanapun aku adalah anak ayah dan ibuku”.



Analisis dengan judul cerpen ‘’Dilarang Mencintai Bunga-Bunga’’ dengan menggunakan analisis Psikologis Sigmund Freud sebagai berikut:
No.
Id atau Es
Ego atau Ich
Super Ego atau Uber Ich
1.
Suara itu serak dan berat. Sebentar darahku tersirap. Aku teringat rumah tua berpagar tembok tinggi
Ia menkangkau tangan kananku, membungkuk dan tanganku diciumnya
Aku menjerit sekerasnya. Teriakan itu tersumbat ditenggorokanku. Aku meronta
2.
Aku mulai tentram duduk disampingnya. Tidak ada lagi yang harus dikhawatirkan.
Ia setia dengan memberikan keindahan. Ia lahir untuk membuat duni indah.
Dan aku tersenyum. Pikirku melambung jauh, ke sebuah dunia asing
3.
Sore hari aku pulang dengan bunga-bunga di tangan
Di atas pagar aku berdiri, mencium bunga di tangan, melambai pada kakek
Sampai pintu ayahku telah berdiri di sana. Aku sadar. Hari ini aku lupa mengaji




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tes Formatif Bahasa Indonesia Kelas VIII

Soal teks LHO kelas VIII Klik link bawah ini untuk mengerjakan soal. https://forms.gle/8ZCj6n3udrjJqv8A8