SOSIO-PSIKOLOGI SASTRA
Analisis
Cerpen ‘’ Dilarang Mencintai Bunga-Bunga’’ dengan menggunakan analisis
Psikologis Sigmund Freud
SINOPSIS
CERPEN “DILARANG MENCINTAI BUNGA-BUNGA”
Cerpen
“Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” mengisahkan seorang anak laki-laki bernama
Buyung yang menyukai bunga, tetapi ditentang keras oleh ayahnya. Cerita dimulai
dengan kepindahan keluarga Buyung dari desa ke kota. Di kota, rumahnya
bersebelahan dengan sebuah rumah berpagar tembok tinggi. Dari orang-orang,
Buyung mendapat kabar bahwa rumah itu dihuni oleh seorang kakek yang hidup
sendiri. Karena terdorong rasa penasaran yang kuat, akhirnya ia mengintip rumah
itu dengan naik ke pagar tembok melalui pohon kates di pekarangan rumahnya. Ia
kaget ketika menyaksikan pemandangan halaman rumah itu yang penuh dengan banyak
bunga. Namun. Ia tak berhasil melihat kakek. Ia pun bertanya pada orang-orang
tentang kakek, tetapi tak satu pun yang mengetahuinya. Walaupun kawan-kawannya
mengejek, ia tetap mencari informasi tentang kakek. Sampai suatu hari, ia
bisa bertemu kakek itu secara dekat. Pada pertemuan pertama, kakek
memberinya bunga yang diselipkan pada tangannya. Anehnya, ia langsung mencintai
bunga itu. Ayahnya menentang dan menghancurkan bunga itu. Buyung merasa sedih.
Sejak
itu, Buyung sering mengunjungi rumah kakek dan pulang membawa bunga ke rumah.
Bunga itu ia simpan di kamarnya. Ayahnya marah besar melihat hal itu. Akhirnya
terjadilah perang dingin antara ia dan ayah. Ia menghindari bertemu ayah. Ia
lebih memilih mengurung diri di kamar sambil menatap bunga-bunga atau pergi ke
rumah kakek. Ayahnya tak menyukai hal tersebut, maka disuruhlah Buyung bekerja
di bengkel yang berada di halaman rumah. Praktis, seluruh waktu yang
dimilikinya habis untuk sekolah, mengaji, dan bekerja. Ia hampir tak punya
waktu untuk berkunjung ke rumah kakek. Ketika ada kesempatan, barulah ia dapat
menemui kakek. Saat itu, ia menanyakan pekerjaan kakek. Kakek menjawab bahwa ia
mencari hidup sempurna melalui bunga. Ia juga bertanya pada ayah. Ayahnya
menjawab bahwa ia mencari hidup sempurna melalui bekerja. ”Engkau mesti
bekerja. Sungai perlu jembatan. Tanur untuk melunakkan besi perlu didirikan.
Terowongan mesti digali. Dam dibangun. Gedung didirikan. Sungai dialirkan.
Tanah tandus disuburkan. Mesti. Mesti, Buyung! Lihat tanganmu!” kata ayahnya.
Buyung pun menemukan jawaban bahwa kedua tangannya harus digunakan untuk
bekerja. Kemudian, cerita ditutup dengan sebuah kalimat singkat, ”Bagaimanapun
aku adalah anak ayah dan ibuku”.
Analisis dengan judul cerpen
‘’Dilarang Mencintai Bunga-Bunga’’ dengan menggunakan analisis Psikologis
Sigmund Freud sebagai berikut:
No.
|
Id
atau Es
|
Ego
atau Ich
|
Super
Ego atau Uber Ich
|
1.
|
Suara
itu serak dan berat. Sebentar darahku tersirap. Aku teringat rumah tua
berpagar tembok tinggi
|
Ia
menkangkau tangan kananku, membungkuk dan tanganku diciumnya
|
Aku
menjerit sekerasnya. Teriakan itu tersumbat ditenggorokanku. Aku meronta
|
2.
|
Aku
mulai tentram duduk disampingnya. Tidak ada lagi yang harus dikhawatirkan.
|
Ia
setia dengan memberikan keindahan. Ia lahir untuk membuat duni indah.
|
Dan
aku tersenyum. Pikirku melambung jauh, ke sebuah dunia asing
|
3.
|
Sore
hari aku pulang dengan bunga-bunga di tangan
|
Di
atas pagar aku berdiri, mencium bunga di tangan, melambai pada kakek
|
Sampai
pintu ayahku telah berdiri di sana. Aku sadar. Hari ini aku lupa mengaji
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar