Kamis, 05 Februari 2015

Materi: Cerita Rakyat

Judul materi: Cerita Rakyat

Mata pelajaran   : Bahasa dan Sastra Indonesia
Pengampu           : Bayu Ardiantoro, S.Pd
Sekolah               : Miftakul Ulum Sitiaji
Kelas/Semester  : Kelas X / 2 (Genap)
Petunjuk             :
1.      Bacalah materi dibawah ini dengan seksama
2.      Kemudian bentuklah kelompok yang beranggotakan 4-5 orang siswa
3.      Bacalah cerita rakyat yang berjudul “BATU NONG”
4.      Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang terkait cerita rakyat
5.   Presentasikan di depan kelas hasil kerja kelompok kamu


Teks Materi
(Cerita Rakyat)


A. Pengertian

Cerita rakyat adalah cerita pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam,mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Cerita rakyat merupakan tradisi lisan yang berkembang dan hidup di kalangan masyarakatsecara turun-temurun dan diwariskan dalam kehidupan masyarakat, seperti Sangkuriang, Si Kancil, Pak Pandir,dan sebagainya. Cerita rakyat biasanya berbentuk tuturan yang berfungsi sebagai media pengungkapan perilaku tentang nilai-nilai kehidupan yang melekat di dalam kehidupan masyarakat. Dalam sastra Indonesia, cerita rakyat adalah salah satu bentuk folklor lisan.

B. Ciri-ciri cerita rakyat, yaitu :
1.      Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan dari generasi ke generasi berikutnya.
2.      Bersifat tradisional, yakni disebarkan di antara masyarakat tertentu dalam waktu yang cukup lama.
3.      Ada dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda karena cara penyebarannya secara lisan.
4.      Bersifat anonim, yaitu nama pengarangnya sudah tidak diketahui lagi.
5.      Mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama di masyarakat sebagai alat pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.
6.      Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika secara umum.
7.      Menjadi milik lisan bersama dari masyarakat tertentu.
8.      Pada umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar dan terlalu spontan.

C. Fungsi cerita rakyat, yaitu :
1.      Sebagai sistem proyeksi, yaitu sebagai alat pencermin angan-angan masyarakat.
2.      Sebagai alat pengesahan lembaga-lembaga kebudayaan.
3.      Sebagai alat pendidik anak.
4.      Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota masyarakatnya.

Cerita rakyat mengandung berbagai hal yang menyangkut hidup dan kehidupan masyarakat, misalnya mengenai sistem nilai, kepercayaan dan agama, kaidah-kaidah sosial, dan etos kerja. Nilai adalah hal-hal atau sifat-sifat yang penting dan berguna,serta digunakan dalam kehidupan bermasyarakat yang dapat pula dijadikan norma atau aturan berkehidupan.Ada beberapa nilai yang dapat ditemukan dalam cerita rakyat, yaitu:
1)      Nilai keagamaan  nilai yang berhubungan dengan perilaku memercayai adanya Tuhan, pengamalan agama, dan sebagainya.
2)      Nilai budaya nilai yang berkaitan dengan budaya masyarakat tertentu saatmenghadapi suatu masalah atau menjalankan kehidupan bermasyarakatdannilai yang mengatur manusia dalamtata cara, adat istiadat, dan tradisi.
3)      Nilai etika atau moral nilai yang mengajarkan kepada manusia bahwa terhadap orang lain harus saling menghormati, tidak menyakiti, dan sebagainya.
4)      Nilai sosial nilai yang mengatur pola hubungan antar individu dalam masyarakatdan berhubungan dengan kehidupan sosial, yakni ketika satu orang tidak dapat hidup sendiri, tetapi selalu membutuhkan kehadiran orang lain.
5)      Nilai pendidikan nilai yang mengajarkan bagaimana seseorang harus berperilaku baik, dewasa, dan bermanfaat, serta dapat membedakan yang baik dan yang buruk.

D. Beberapa contoh cerita rakyat di Indonesia:
1)      Legenda Danau Toba (Sumatera Utara)
2)      Malin Kundang (Sumatera Barat)
3)      Si Pitung (Betawi)
4)      Sangkuriang (Jawa Barat)
5)      Asal mula Banyuwangi (Jawa Timur)

E. Jenis-jenis cerita rakyat, yaitu :
1.      Dongeng  cerita rakyat dimana kejadian yang ada di dalamnya dianggap tidak benar-benar terjadi dan berfungsi untuk menghibur, serta sebagai cerita pelipur lara.
Contoh : Pak Belalang, Si Kancil, Si Lebai Malang, dan sebagainya.

2.      Legenda  cerita rakyat yang menceritakan asal mula terjadinya suatu tempat, nama tempat, peristiwa, atau keberadaan suatu daerah.
Contoh : Legenda Danau Toba, Asal Mula Kota Surabaya, dan sebagainya.

3.      Mitos/Mite  cerita rakyat dimana kejadian di dalamnya dianggap benar-benar terjadi dan dianggap suci atau sakral, serta memiliki unsur mistis. Tokoh-tokoh yang diceritakan adalah tokoh kayangan atau tokoh supranatural yang memiliki kekuatan hebat.
Contoh : Nyi Roro Kidul, Dewi Padi, dan sebagainya.

4.      Sage/Saga  cerita rakyat yang mengandung unsur sejarah.
Contoh : Ken Arok dan Ken Dedes, Asal Mula Kota Majapahit, dan sebagainya.

5.      Epos  cerita rakyat yang mengandung unsur kepahlawanan.
Contoh : Si Pitung, I La Galigo, dan sebagainya.
F. Unsur-unsur dalam Cerita Rakyat, yaitu:
  1. Unsur Intrinsik
Unsur Intrinsik ini terdiri dari :
a. Tema
Tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari jalan cerita (Drs. Rustamaji, M.Pd, Agus priantoro, S.Pd)


b. Setting/Latar
Setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita, setting ini meliputi waktu, tempat, suasana.
c. Sudut Pandang
Sudut pandang dijelaskan perry Lubback dalam bukunya The Craft Of Fiction (Lubbock, 1968).
Menurut Harry Show (1972 : 293) sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu :
  1. Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri.
  2. Pengarang mengunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati dari luar daripada terlihat di dalam cerita pengarang biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga.
  3. Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.
d. Alur / Plot
Alur / plot merupakan rangkaian peristiwa dalam cerita. Alur dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu alur maju (progresif) yaitu apabila peristwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung (Paulus Tukan, S.Pd)
e. Penokohan
Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa diketahu karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal. (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus Priantoro, S.Pd)



Bacalah cerita rakyat dibawah ini.

Batu Nong

Di Desa Lekong, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa terdapat sebuah batu besar, tinggi, bundar bagian atasnya datar. Batu itu menggantung pada tebing bukit yang tinggi dekat sungai Lekong. Dari atas batu itu orang dengan leluasa dapat melihat ke bawah. Itulah sebabnya disebut “batu nong”. Kata “nong” dalam bahasa Sumbawa berarti “melihat ke bawah dari atas”. Jika batu nong itu dilihat dari kejauhan, kedudukannya sangat genting. Kalau ada getaran sedikit saja, rasa-rasanya batu itu pasti akan runtuh. Dalam kenyataan, telah beratus-ratus tahun batu itu tetap tidak bergeming. Bagaimana batu itu bisa berada di tempat tersebut, inilah ceritanya.
Tersebutlah sebuah negeri di zaman dahulu kala. Negeri itu terkenal makmur, aman, dan damai. Tidak pernah terdengar perselisihan di antara penduduknya. Laki-laki dan perempuan kedudukannya sama, kecuali dalam satu hal, yaitu laki-laki tabu mencuci pantat anaknya yang habis buang air besar. Hal yang demikian diyakini benar oleh penduduk di situ.
Pada suatu hari terdengar berita, di negeri tetangga akan diadakan keramaian besar. Sudah barang tentu semua orang menyambut dengan gembira berita besar itu.
Tersebutlah sebuah keluarga yang mempunyai anak masih kecil. Sang istri merengek kepada suaminya untuk diizinkan pergi menonton.
“Pak, anak kita sudah besar dan tidak menyusu lagi. Sejak kawin, saya tidak pernah mendapat kesempatan nonton keramaian”.
“Maksudmu kamu ingin pergi nonton?” tanya suaminya.
“Ya,” jawab sang istri.
“Kalau anak kita nanti buang air besar bagaimana lanjut sang suami.
“Saya kan hanya sehari, nanti tunggu saja saya datang,” lanjutnya.
Singkat cerita, karena sang suami sangat sayang kepada sang istri, sang suami mengizinkan sang istri pergi. Ternyata negeri yang dituju cukup jauh. Tidak cukup sehari perjalanan. Sang istri dengan gembira larut dalam keramaian di situ. Ia lupa pada lainnya. Telah tiga hari ia pergi meninggalkan anak dan suaminya. Sementara itu sang suami tidak tahan mencium bau busuk pantat anaknya yang telah buang kotoran. Maka dicucilah pantat anaknya. Pada malam harinya, datanglah kutukan itu. Kulit sang ayah menjadi bersisik. Tangan dan kakinya mengerut, dan akhirnya berubahlah badannya menjadi seekor naga yang berkepala manusia.
Alkisah sang istri setelah puas menonton keramaian, pulanglah ia bersama teman-teman sekampungnya. Setibanya di rumah, ia terkejut dan menierit karena melihat suaminya telah berubah menjadi seekor naga. Berita itu telah menyebar di seluruh negeri.
Untuk menghindari rasa malu, suaminya berkata, “Istriku, janganlah engkau bersedih. Ini akibat perbuatan saya membasuh pantat anak kita yang habis buang air besar, karena saya sudah tidak tahan mencium bau busuknya. Seharusnya saya mengatakan “tidak” pada saat kamu minta izin, tetapi karena sayangku kepadamu saya bilang “ya”. Jadi, inilah akibatnya. Oleh karena itu, belilah kamu tempayan yang besar, masukkanlah saya ke dalamnya, dan bawalah saya ke sungai,” kata suaminya.
Mendengar kata-kata suaminya itu, sang istri pun menyesal. Namun, apa hendak dikata, nasi telah menjadi bubur. Suaminya kini telah berubah menjadi ular akibat melanggar aturan.
“Selanjutnya antarkan makanan setiap harl untuk saya,” lanjut suaminya. Demikianlah, sejak itu sang istri setiap hari mengantarkan makanan dan minuman kepada suaminya yang telah berubah menjadi ular naga. Hal yang demikian berlangsung bertahun-tahun. Sampai pada suatu hari ketika terjadi peperangan antar negeri. Seluruh desa porak-poranda. Banyak penduduk yang tewas, namun sebagian bisa melarikan diri dan mengungsi. Di antara mereka terdapat istri sang ular. Mereka berlayar dengan perahu tak tentu arah. Perahu berlayar sesuai dengan arah angin. Ketika mereka telah berhari-hari berlayar, pada suatu hari para pengungsi melihat tempayan besar mengikutinya. Ternyata tempayan itu adalah tempayan yang berisi ular. Tempayan itu mengikuti terus ke mana perahu itu pergi. Akhirnya, perahu itu berhenti di suatu tempat di muara sungai Lekong, di Sumbawa bagian barat. Anehnya, tempayan itu pun ikut berlabuh di dekat perahu mereka.
Para pengungsi kemudian membuat pemukiman di darat. Di tempat itu banyak pohom kemiri. Mereka membuat gubug-gubug sederhana sebagai tempat berlindung sementara.
Pada suatu malam, ketika juragan perahu pergi ke sungai ingin buang air besar, ia terkejut karena di tepi sungai itu terdapat sebuah batu besar yang menghalangi aliran air sungai. Setelah diamati ternyata itu adalah tempayan yang berisi ular tadi. Dari dalam tempayan terdengar suara, “Saya tidak cocok di sini, pindahkanlah saya ke tebing di bukit itu.”
Tak lama kemudian, tempayan itu terangkat ke atas dan menempel pada tebing di bukit dekat pemukiman para pengungsi tersebut. Juragan terheran-heran melihat peristiwa tersebut. Ia semakin heran ketika melihat tempayan itu kini telah berubah menjadi sebuah batu yang besar.
Pada pagi harinya, juragan menceritakan pengalamannya yang luar biasa itu. Kemudian para pengungsi itu beramai-ramai naik ke atas bukit dan berdiri di atas batu besar itu. Mereka dapat melihat ke bawah dengan leluasa. Lalu, batu itu dinamakan “batu nong”.
Desa yang mereka bangun diberi nama desa Lekong karena di situ banyak pohon kemiri. Dalam bahasa Sumbawa, buah kemiri yang sudah digoreng sangan untuk bumbu masak dinamakan lekong.
Sampai sekarang, para suami orang Lekong tidak berani mencuci pantat anaknya yang buang air besar. Di samping itu, mereka menganggap batu nong itu keramat. Sampai sekarang pun batu nong masih tetap bertengger di bukit sebelah utara desa Lekong, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa.



Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar dan tepat.
1. Jelaskan mengapa cerita rakyat disebut foklor lisan?
2. Apa perbedaan antara dogeng dan legenda? Berikan contohnya masing-masing 3.!
3. Apa fungsi dari cerita rakyat?
4. Termasuk kedalam jenis apa cerita rakyat Batu nong tersebut, berikan alasannya!
5. Nilai apa saja yang ada dalam cerita rakyat Batu Nong?
6. Tentukan unsur instrinsik yang ada dalam cerita rakyat Batu Nong!
7. Apa amanat yang bisa kamu ambil dari cerita tersebut?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tes Formatif Bahasa Indonesia Kelas VIII

Soal teks LHO kelas VIII Klik link bawah ini untuk mengerjakan soal. https://forms.gle/8ZCj6n3udrjJqv8A8